Warga Sumber Wuluh Hidup dalam Bayang-bayang Letusan Dahsyat Semeru

M Rofiq - detikJatim
Jumat, 21 Nov 2025 15:00 WIB
Warga Desa Sumber Wuluh hidup dalam kecemasan ancaman letusan Semeru/Foto: M Rofiq/detikJatim
Lumajang -

Rasa resah dan cemas terus menghantui warga lereng Gunung Semeru, khususnya di Desa Sumber Wuluh, Kecamatan Candipuro, Kabupaten Lumajang. Dalam beberapa hari terakhir, aktivitas vulkanik Semeru kembali meningkat, mengeluarkan awan panas dan aliran lahar yang mengancam permukiman warga.

Salah satu warga, Hanafi (45), menceritakan bagaimana ia dan keluarganya merasakan ketegangan setiap kali gunung tertinggi di Pulau Jawa itu memperlihatkan tanda-tanda erupsi. Meski pagi hari tampak cerah, gelagat erupsi sudah terlihat dari kepulan asap yang muncul dari sisi bawah gunung.

"Sekitar jam tiga sore itu sudah ramai awan panasnya. Kami dapat peringatan dari grup WhatsApp, langsung panik dan keluar rumah untuk cari tempat aman," ujar Hanafi, Jumat (21/11/2025).

Rumah Hanafi berada hanya sekitar 500 meter dari aliran sungai yang menjadi jalur lahar awan panas dan kurang lebih 17 kilometer dari puncak Semeru. Kedekatan jarak inilah yang membuat keluarganya selalu waspada, terutama pada malam hari.

"Yang kami takutkan itu kalau malam. Lahar dingin atau Awan Panas Guguran (APG) itu tidak berbunyi keras seperti banjir air, tapi meluncur sangat cepat. Itu yang membuat kami selalu siaga," tuturnya.

Setiap kali muncul peringatan bahaya, Hanafi dan warga lainnya memilih mengungsi ke titik aman, baik ke balai desa, rumah saudara, maupun lokasi lain yang dinilai lebih tinggi dan jauh dari aliran lahar.

Menurutnya, arahan dari pemerintah desa dan perangkat RT/RW sudah cukup jelas untuk menyelamatkan nyawa terlebih dahulu, dengan membawa dokumen penting dan barang yang mudah dibawa.

"Kami sudah siapkan tas isi surat-surat berharga, baju, selimut. Jadi kalau harus keluar cepat, sudah tinggal angkat," kata Hanafi.

Meski penanganan pengungsian dinilai cukup baik, Hanafi berharap pemerintah dapat menyediakan fasilitas yang lebih lengkap, termasuk matras, selimut, hingga petugas kesehatan.

Selain itu, erupsi Semeru juga berdampak pada ekonomi warga. Banyak warga Sumber Wuluh bekerja di sektor pertambangan manual dan alat berat. Aktivitas ini terhenti total selama status siaga meningkat.

"Ini sudah hari ketiga kami tidak bekerja. Pendapatan harian berhenti total, sementara kebutuhan makan tetap ada," jelasnya.

Ia juga menyampaikan bahwa meski tinggal di radius yang dekat dengan jalur lahar, ia dan beberapa warga belum mendapatkan bantuan perumahan permanen seperti sebagian tetangganya yang berada di tepi tanggul sungai.

Hanafi berharap pemerintah daerah semakin memperkuat sarana pengungsian, memastikan kebutuhan dasar pengungsi terpenuhi, dan memberikan solusi ekonomi selama masa tanggap darurat.

"Kami berharap ada tempat pengungsian yang lebih permanen dan fasilitas yang lebih lengkap. Supaya kalau harus mengungsi, tidak terlalu kesusahan," ujarnya.

Sementara itu, warga tetap diminta meningkatkan kewaspadaan mengingat cuaca yang sulit diprediksi dapat memicu banjir lahar maupun awan panas guguran sewaktu-waktu.



Simak Video "Video: Kondisi Terkini Aliran Sungai Curah Kobokan Usai Gunung Semeru Erupsi"

(auh/hil)
Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork