Pro Kontra Penggunaan Etanol Campuran Bahan Bakar, Ini Penjelasan Dosen UMM

Pro Kontra Penggunaan Etanol Campuran Bahan Bakar, Ini Penjelasan Dosen UMM

Muhammad Aminudin - detikJatim
Senin, 17 Nov 2025 20:20 WIB
Dosen Teknik Mesin Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) Ir. Iis Siti Aisyah
Dosen Teknik Mesin Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) Ir. Iis Siti Aisyah. (Foto: Istimewa)
Malang -

Di tengah gencarnya transisi energi menuju zero carbon emission, bahan bakar alternatif mulai ramai diperbincangkan. Salah satunya adalah Etanol (C2H5OH) senyawa kimia yang kini digadang-gadang mampu menjadi pengganti bensin di masa depan.

Menariknya, belakangan banyak pro kontra yang lahir dari masyarakat mengenai penggunaan campuran etanol.

Terkait hal ini, Dosen Teknik Mesin Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Ir. Iis Siti Aisyah turut memberikan pandangannya terkait penggunaan etanol dalam bahan bakar kendaraan di Indonesia.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Iis, sapaan akrabnya mengatakan, etanol merupakan bentuk biofuel yang menjanjikan. Sebab etanol memiliki sifat pembakaran yang lebih bersih dibandingkan bensin murni.

Secara teoritis, emisi karbonnya bisa ditekan secara signifikan jika digunakan dalam proporsi yang tepat.

ADVERTISEMENT

"Etanol itu energi alternatif yang dikembangkan bio yaitu tanaman yang diproses. Etanol bagus untuk meningkatkan angka oktan. Jadi, jika digunakan dalam jangka yang relatif pendek, akan baik," kata Iis kepada wartawan, Senin (17/11/2025).

"Namun jika digunakan dalam jangka lama akan merusak komponen dari combustion chamber seperti karet dan korosi pada logam yang tidak tahan air serta lainnya," sambungnya.

Meski demikian, kata Iis, di balik keunggulannya, etanol juga menyimpan sejumlah tantangan teknis dan ekonomis.

Secara ilmiah, etanol mempunyai densitas energi lebih rendah (26.8 MJ/kg) dibanding bensin (46 MJ/kg). Sehingga, menambahkan etanol ke pertalite akan menurunkan nilai energi untuk per liter campuran dibandingkan dengan pertalite murni.

Adapun kelebihan penggunaan etanol yakni merupakan sumber energi terbaharukan, tingkat komersialisasi tinggi dan di Indonesia dapat diproduksi secara massal dari tanaman tebu yang sudah banyak dibudidayakan.

Meski begitu, kata Iis, etanol memiliki octane number tinggi (100+) dibanding Pertalite (92), membuatnya lebih tahan terhadap knocking dan cocok untuk mesin modern berkompresi tinggi.

Namun, campuran etanol dan pertalite tidak disarankan bagi mesin lama dengan karburator karena memerlukan penyetelan ulang dan berisiko menyebabkan overheating dalam jangka panjang.

Tantangan lain muncul dari sifat etanol yang higroskopis, yaitu mudah menyerap air. Proses pemurnian agar etanol benar-benar bebas air memerlukan teknologi mahal, yang berdampak pada harga jualnya.

Harga etanol tipe anhidrat saat ini memang masih sedikit di atas Pertalite atau Pertamax, sehingga perlu insentif agar tetap kompetitif. Dari sisi mesin, etanol sebenarnya tidak menimbulkan kerusakan serius.

Pada mesin modern yang sudah dilengkapi Electronic Control Unit (ECU), sistem dapat menyesuaikan pembakaran secara otomatis. Untuk mesin lawas, pengguna perlu memperhatikan potensi overheat.

"Meskipun ada kekhawatiran tersebut, tetapi berdasarkan penelitian, sampai campuran 10 persen etanol tidaklah terlalu mempengaruhi mesin lama meskipun memakai karburator. Sehingga, modifikasi terhadap engine hanya diperlukan jika memakai 100 persen etanol,"ungkapnya.

Ke depan, Iis optimistis bahwa masa depan etanol di Indonesia cukup cerah. Sumber energi lain seperti biobutanol yang diproduksi dari tanaman belum sampai semasif industri etanol.

"Harapan terhadap penggunaan etanol ke depan adalah kita bisa lebih mempunyai kemandirian energi dengan syarat etanol yang digunakan berasal dari sumber-sumber yang ada di dalam negeri," bebernya.

Menurut Iis, penggunaan bahan bakar yang sangat besar akan memerlukan pasokan etanol yang besar juga.

"Sehingga industri di Indonesia yang selama ini memasok etanol untuk bidang lain (kesehatan) bisa memperbesar kapasitas produksinya," tutupnya.




(auh/abq)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads