Benarkah Harimau Jawa Masih Ada?

Irma Budiarti - detikJatim
Jumat, 10 Okt 2025 01:00 WIB
Harimau Jawa di Ujung Kulon, 1938. Foto: Andries Hoogerwerf (29 August 1906 – 5 February 1977)/Wikimedia Commons
Surabaya -

Puluhan tahun lamanya, hutan-hutan di Pulau Jawa tak lagi mendengar auman sang raja rimba. Harimau Jawa (Panthera tigris sondaica) dinyatakan punah pada dekade 1980-an, setelah penampakan terakhirnya terkonfirmasi di Taman Nasional Meru Betiri, Jawa Timur, pada 1976.

Dalam catatan Daftar Merah IUCN (International Union for Conservation of Nature), harimau yang dulu mendiami hutan dataran rendah hingga semak belukar itu telah hilang dari alam liar. Namun, setelah lebih dari empat dekade, secercah harapan muncul kembali.

Temuan sehelai rambut di Sukabumi Selatan, Jawa Barat, mengguncang dunia riset dan konservasi. Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) menduga rambut tersebut berasal dari Harimau Jawa, spesies yang selama ini dianggap telah benar-benar lenyap dari muka bumi.

Harimau Jawa, Sang Penguasa Hutan

Harimau Jawa merupakan predator puncak yang dulu tersebar di hutan dataran rendah, perbukitan, dan kawasan hutan lebat di Pulau Jawa. Namun, populasi mereka mulai menurun drastis sejak awal abad ke-20 akibat perburuan intensif dan penyempitan habitat.

Banyak individu diburu karena dianggap hama yang memangsa ternak atau mengancam keselamatan warga. Dalam catatan IUCN, Harimau Jawa resmi dikategorikan punah pada 1980-an. Penampakan terakhirnya terkonfirmasi di kawasan Meru Betiri pada tahun 1976.

Dari tiga subspesies harimau yang pernah hidup di Indonesia, yaitu Bali (Panthera tigris balica), Jawa (Panthera tigris sondaica), dan Sumatera (Panthera tigris sumatrae), kini hanya Harimau Sumatera yang masih bertahan di alam liar.

Kepunahan Harimau Jawa menjadi simbol hilangnya keseimbangan antara manusia dan alam di pulau terpadat di Indonesia. Hilangnya hutan alami dan meningkatnya alih fungsi lahan menjadi pertanian dan permukiman membuat spesies ini kehilangan rumahnya, hingga akhirnya punah.

Sejarah Kepunahan Sang Raja Rimba

Pada awal abad ke-19, Harimau Jawa masih banyak berkeliaran di hutan-hutan Pulau Jawa. Namun, memasuki 1940-an, populasinya mulai menyusut drastis dan hanya ditemukan di hutan-hutan terpencil.

Upaya pelestarian sempat dilakukan dengan pembentukan taman nasional seperti Ujung Kulon dan Meru Betiri, tetapi luas habitat dan ketersediaan mangsa yang terbatas membuat harimau ini tak mampu bertahan lama.

Memasuki tahun 1950-an, populasi Harimau Jawa diperkirakan hanya sekitar 25 ekor, dengan sekitar 13 ekor berada di Taman Nasional Ujung Kulon. Sepuluh tahun kemudian, jumlah itu terus menurun.

Pada tahun 1972, diperkirakan hanya tersisa tujuh ekor di Meru Betiri, dan pada 1979, mungkin tinggal tiga individu terakhir. Penampakan terakhir yang terverifikasi terjadi pada 1976 di Meru Betiri, menjadikan kawasan itu simbol perpisahan manusia dengan harimau endemik Jawa.

Meskipun demikian, laporan penampakan Harimau Jawa tak pernah benar-benar hilang. Sejak 1990-an, sejumlah warga di hutan-hutan Jawa Tengah dan Jawa Timur mengaku masih melihat sosok menyerupai harimau.

Bahkan pada 1998, Seminar Nasional Harimau Jawa di Universitas Gadjah Mada menghasilkan kesepakatan untuk meninjau kembali status kepunahannya, setelah ditemukan jejak, guratan di pohon, dan rambut yang diduga milik Harimau Jawa.

Secara mikroskopis, struktur rambutnya juga diketahui berbeda dengan macan tutul (Panthera pardus), menambah keyakinan sebagian peneliti bahwa harimau ini mungkin belum sepenuhnya hilang.

Sensus terakhir dilakukan pada 1999-2000 di Taman Nasional Meru Betiri atas permintaan langsung Kepala Taman Nasional saat itu, Indra Arinal. Dengan bantuan "The Tiger Foundation", tim lapangan memasang puluhan kamera inframerah selama 12 bulan.

Namun, hasilnya nihil. Tak satu pun Harimau Jawa terekam, hanya sedikit mangsa dan banyak pemburu liar yang justru ditemukan. Dari sinilah status "punah" kembali diperkuat.

BRIN Temukan Sehelai Rambut Diduga Harimau Jawa

Dilansir laman BRIN, pada Maret 2024, peneliti Pusat Riset Biosistematika dan Evolusi BRIN Wirdateti mengumumkan temuan yang mengejutkan. Ia menemukan sehelai rambut yang diduga milik Harimau Jawa di pagar pembatas antara kebun rakyat dan jalan desa Cipeundeuy, Sukabumi Selatan, Jawa Barat.

"Rambut tersebut ditemukan Kalih Reksasewu atas laporan Ripi Yanuar Fajar, yang berpapasan dengan hewan mirip Harimau Jawa yang dikabarkan telah punah, pada malam hari 19 Agustus 2019," tutur peneliti yang akrab disapa Teti tersebut kepada Humas BRIN pada Minggu (24/3/2024).

Hasil analisis DNA menunjukkan bahwa rambut tersebut memiliki kesesuaian genetik dengan Panthera tigris sondaica. Temuan ini dibandingkan dengan spesimen Harimau Jawa koleksi Museum Zoologicum Bogoriense (MZB) tahun 1930, serta beberapa subspesies harimau lain seperti Bengal, Amur, dan Sumatera.

Selain rambut, di lokasi yang sama juga ditemukan bekas cakaran yang memperkuat dugaan adanya Harimau Jawa di kawasan tersebut. Hasil analisis DNA dikirim ke GenBank dan menunjukkan sampel dari Sukabumi berada dalam kelompok yang sama dengan spesimen MZB, namun terpisah dari subspesies lain.

Meski begitu, Wirdateti menegaskan, penelitian ini belum bisa menjadi bukti bahwa Harimau Jawa benar-benar masih hidup di alam liar. Diperlukan observasi lapangan dan studi genetik lanjutan untuk memastikan keberadaan spesies yang dikabarkan punah itu.

Temuan BRIN itu membuka kembali perdebatan lama tentang apakah Harimau Jawa benar-benar punah. Banyak pihak menilai, meski peluangnya kecil, temuan tersebut menjadi tanda bahwa masih ada celah harapan untuk memulihkan satwa yang pernah menjadi ikon Pulau Jawa itu.



Simak Video "Video: Haikal Korban Ponpes Al Khoziny Masih Dirawat di HCU"

(auh/irb)
Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork