Temuan yang Jadi Sinyal Baru Keberadaan Harimau Jawa

Temuan yang Jadi Sinyal Baru Keberadaan Harimau Jawa

Jihan Navira - detikJatim
Kamis, 27 Nov 2025 13:15 WIB
Harimau Jawa Muncul Lagi di Ujung Kulon
Harimau Jawa muncul lagi di Ujung Kulon. Foto: dok TNUK
Surabaya -

Sudah puluhan tahun hutan-hutan Pulau Jawa tak lagi mendengar auman sang raja rimba, Harimau Jawa. Penampakan terakhir satwa bernama ilmiah Panthera tigris Sondaica itu tercatat di Taman Nasional Meru Betiri, Jawa Timur, pada 1976. Dan, sejak dekade 1980-an, Harimau Jawa resmi dinyatakan punah.

Daftar Merah IUCN (International Union for Conservation of Nature) mencatat harimau yang dulunya mendiami hutan dataran rendah hingga semak belukar itu telah hilang dari alam liar. Namun setelah lebih dari empat dekade, secercah harapan tiba-tiba muncul.

Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) menemukan sehelai rambut yang diduga kuat berasal dari spesies yang selama ini dianggap benar-benar punah tersebut. Temuan ini kembali memantik harapan akan kemungkinan keberadaan Harimau Jawa di alam.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Mengenal Harimau Jawa

Harimau Jawa merupakan predator puncak rantai makanan yang dulunya tersebar di hutan daratan rendah, perbukitan, dan kawasan hutan lebat di Pulau Jawa. Namun pada abad ke-20, populasi mereka menurun drastis akibat perburuan intensif dan penyempitan habitat.

Dari tiga subspesies harimau yang pernah hidup di Indonesia, yaitu Bali (Panthera tigris balica), Jawa (Panthera tigris Sondaica), dan Sumatera (Panthera tigris sumatrae), kini hanya Harimau Sumatera yang masih bertahan di alam liar.

ADVERTISEMENT

Banyak pemburuan yang dilakukan karena menganggap harimau sebagai hama yang memangsa ternak atau mengancam keselamatan warga. Berdasarkan catatan IUCN, Harimau Jawa resmi dikategorikan punah pada 1980-an, yang terkonfirmasi terakhir kali menampakkan diri di kawasan Meru Betiri pada tahun 1976.

Kepunahan Harimau Jawa ini menjadi simbol hilangnya keseimbangan antara manusia dan alam, terutama di pulau terpadat Indonesia. Tidak hanya sebatas kepunahan, ini justru menandai ekosistem yang tidak lagi stabil.

Hilangnya hutan alami dan meningkatnya alih fungsi lahan menjadi pertanian dan pemukiman, menjadi salah satu faktor hilangnya rumah bagi spesies Harimau Jawa hingga akhirnya punah.

Awal Mula Kepunahan Raja Rimba Jawa

Harimau Jawa pada awal abad ke-19 masih banyak dijumpai berkeliaran di hutan-hutan Pulau Jawa. Namun memasuki 1940-an, satwa ini hanya dapat ditemui di kawasan hutan terpencil, bahkan populasinya menyusut drastis.

Upaya pelestarian sebenarnya sempat dilakukan untuk menyelamatkan satwa khas Jawa ini. Pembentukan taman nasional seperti Ujung Kulon dan Meru Betiri menjadi salah satu langkah untuk melindungi Harimau Jawa dari perburuan.

Sayangnya, luas habitat yang terbatas dan minimnya ketersediaan mangsa membuat harimau ini tetap kesulitan bertahan. Memasuki tahun 1950-an, populasi Harimau Jawa diperkirakan hanya sekitar 25 ekor, dengan sekitar 13 ekor berada di Taman Nasional Ujung Kulon. 10 tahun kemudian, jumlah itu terus menurun.

Pada 1972, diperkirakan hanya tersisa tujuh ekor di Meru Betiri, dan pada 1979 mungkin tinggal tiga individu terakhir. Penampakan terakhir yang terverifikasi terjadi pada 1976 di Meru Betiri, menjadikan kawasan itu sebagai simbol perpisahan manusia dengan harimau endemik ini.

Meski begitu, sejak 1990-an, sejumlah warga di hutan-hutan Jawa Tengah dan Jawa Timur mengaku masih melihat sosok menyerupai harimau. Laporan ini membuat dugaan keberadaan Harimau Jawa tak pernah benar-benar hilang.

Upaya pencarian pun kembali dilakukan, salah satunya oleh Universitas Gadjah Mada lewat Seminar Nasional Harimau Jawa pada 1998. Dalam forum tersebut disepakati perlunya meninjau ulang status kepunahannya setelah ditemukan jejak, guratan di pohon, hingga rambut yang diduga berasal dari Harimau Jawa.

Temuan rambut tersebut bahkan memperkuat keyakinan sebagian peneliti bahwa harimau ini mungkin belum sepenuhnya hilang. Secara mikroskopis, struktur rambut Harimau Jawa memiliki ciri berbeda dibandingkan dengan macan tutul (Panthera pardus).

Sensus lapangan terakhir digelar pada 1999-2000 di Taman Nasional Meru Betiri atas permintaan Kepala Taman Nasional saat itu, Indra Arinal. Dengan dukungan "The Tiger Foundation", puluhan kamera inframerah dipasang selama 12 bulan.

Namun hasilnya nihil. Alih-alih menemukan Harimau Jawa, tim justru mendapati sedikit mangsa dan banyak aktivitas perburuan liar. Temuan ini kembali menguatkan status "punah" bagi Harimau Jawa.

BRIN Duga Harimau Jawa Masih Ada

Melansir laman BRIN, pada Maret 2024, peneliti Pusat Riset Biosistematika dan Evolusi BRIN Wirdateti mengumumkan temuan yang mengejutkan. Ia menemukan sehelai rambut yang diduga milik Harimau Jawa di pagar pembatas antara kebun rakyat dan jalan Desa Cipeundeuy, Sukabumi Selatan, Jawa Barat.

"Rambut tersebut ditemukan Kalih Reksasewu atas laporan Ripi Yanuar Fajar, yang berpapasan dengan hewan mirip Harimau Jawa yang dikabarkan telah punah, pada malam hari 19 Agustus 2019," tutur peneliti yang akrab disapa Teti tersebut kepada Humas BRIN pada Minggu 24 Maret 2024.

Hasil DNA yang dianalisis menunjukkan terdapat kesesuaian genetik pada rambut temuan dengan Panthera Tigris Sondaica. Temuan ini dibandingkan kembali dengan spesimen Harimau Jawa koleksi Museum Zoologicum Bogoriense (MZB) tahun 1930, serta beberapa subspesies harimau lain seperti Bengal, Amur, dan Sumatera.

Tak hanya rambut, telah ditemukan juga bekas cakaran di lokasi yang sama. Itu memperkuat dugaan adanya Harimau Jawa di kawasan tersebut. Hasil analisis DNA dikirim ke GenBank, dan menunjukkan sampel dari Sukabumi berada dalam kelompok yang sama dengan spesimen MZB, namun terpisah dari subspesies lain.

Meski terdengar seperti angin segar, Wirdateti menegaskan, penelitian ini belum bisa menjadi bukti bahwa Harimau Jawa benar-benar masih hidup di alam liar. Diperlukan observasi lapangan dan studi genetik lebih lanjut untuk memastikan keberadaan spesies yang dikabarkan punah itu.

Pun begitu, temuan BRIN berhasil membuka kembali perdebatan lama tentang apakah Harimau Jawa lenyap dari muka bumi. Banyak pihak menilai, meski peluangnya kecil, temuan tersebut menjadi tanda bahwa masih ada celah harapan untuk memulihkan satwa yang pernah menjadi ikon Pulau Jawa itu.

Upaya pencarian yang puluhan tahun ini sudah dilakukan bukan hanya semata-mata bagian dari penelitian, tetapi mengingatkan kepada kita pentingnya konservasi. Harimau Jawa mungkin telah menjadi bagian dari legenda, tetapi kita tidak boleh lengah untuk tetap melestarikan alam Jawa.




(hil/irb)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads