Seorang dokter konsultan bedah umum di RSUD Bhakti Dharma Husada (BDH) Surabaya menjadi korban penganiayaan brutal oleh pasien emak-emak. Usai menjalani operasi, dokter itu dihajar dengan batu hingga mengalami luka berat.
Insiden memilukan itu terjadi pada Jumat (25/4/2025), sekitar pukul 10.56 WIB. Berdasarkan informasi yang dihimpun detikJatim, pelaku adalah pasien bernama Norliyanti (48) warga Babat Jerawat. Setelah menjalani operasi, Norliyanti merasa keluhannya diabaikan dr Faradina.
Pelaku memukul dr Faradina menggunakan batu sebanyak lima kali. Memukul bagian kepala sebanyak dua kali sampai mengalami luka robek yang harus dijahit dan tiga kali pada area punggung menyebabkan luka memar.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi menegaskan kasus ini harus diproses hukum. Ia meminta tidak ada perdamaian dalam perkara penganiayaan tenaga medis tersebut.
"Pada waktu itu saya juga tidak ingin kasus ini berhenti. Maka saya minta untuk dilaporkan dan tidak ada perdamaian. Karena saya harus betul-betul menjaga dan melindungi dokter. Karena para dokter ini menjalankan tugasnya, menjaga Kota Surabaya dan memberikan pelayanan kesehatan," kata Eri saat dihubungi, Selasa (26/8/2025).
Setelah meminta melaporkan kasus kekerasan terhadap dokter ke kepolisian, Eri menekankan agar kasus ini tidak boleh berhenti. Ia ingin memastikan dokter terlindungi, oleh karena itu pemkot memberikan pendampingan sampai di persidangan.
"Jadi kami tidak ingin para dokter merasa tidak nyaman, padahal beliau para dokter ini sudah memberikan menjalankan tugasnya untuk memberikan kesehatan, menyelamatkan nyawa orang di Kota Surabaya," tegasnya.
Eri menegaskan, Pemkot Surabaya berkomitmen melindungi profesi dokter atau tenaga kesehatan. Baik nakes yang ada di RS milik pemerintah maupun swasta.
Usai kejadian April lalu, Eri meminta untuk memperketat pengecekan barang bawaan pasien atau setiap orang yang masuk RS. Sehingga tidak terjadi kejadian serupa di RS.
"Jadi kan setiap datang kan pasti begitu (pengecekan bawang bawaan). Kan bawa tas, (di dalamnya) bawa opo, ya opo, kan ngono. Seperti itulah yang kita lakukan nanti," jelasnya.
Sementara Plt Direktur RSUD BDH dr Arif Setiawan mengatakan, hingga kini tidak ada permintaan maaf dari pelaku kepada dr Faradina.
"Sejak kejadian sudah dilakukan pertemuan beberapa kali, tidak ada permintaan maaf oleh pelaku kepada dr Faradina secara langsung, hanya melalui suaminya," pungkas dr Arif.
(auh/abq)