Kata Disdikpora Puluhan SD Negeri di Trenggalek Kekurangan Siswa

Kata Disdikpora Puluhan SD Negeri di Trenggalek Kekurangan Siswa

Adhar Muttaqin - detikJatim
Selasa, 15 Jul 2025 23:10 WIB
Suasana MPLS di SDN 1 Kendalrejo, Kecamatan Durenan, Trenggalek yang hanya mendapatkan satu siswa baru
Suasana MPLS di SDN 1 Kendalrejo, Kecamatan Durenan, Trenggalek yang hanya mendapatkan satu siswa baru (Foto: Adhar Muttaqin/detikJatim)
Trenggalek - Dinas Pendidikan Pemuda dan Olah Raga (Disdikpora) Trenggalek tetap menjamin hak pendidikan anak, meskipun banyak SD negeri yang kekurangan murid. Hingga saat ini belum ada rencana penutupan maupun penggabungan sekolah.

Kepala Disdikpora Trenggalek, Agus Setiyono, menyebut fenomena ini dipengaruhi oleh beberapa faktor. Salah satunya adalah penurunan jumlah calon siswa di sekitar area sekolah.

"Seperti di Kendalrejo itu, satu TK hanya ada tiga siswa. Dari tiga itu tidak semuanya masuk ke SD situ, mereka memilih sekolah lain yang lebih dekat," kata Agus, Selasa (15/7/2025).

Dari catatan dinas pendidikan, setidaknya ada 21 SD negeri yang memiliki murid baru kurang dari tiga siawa. Bahkan di SDN 3 Sumurup, Kecamatan Bendungan sama sekali tidak mendapatkan murid. Sedangkan tiga sekolah hanya mendapatkan satu siswa, antara lain SDN 1 Kendalrejo, SDN 1 Gembleb dan SDN 1 Manggis. Sementara itu sembilan sekolah lain mendapatkan 2 siawa dan delapan sekolah masing-masing mendapat dua siswa.

Meskipun jumlah siswa sangat minim, Agus memastikan bahwa proses pembelajaran tetap berjalan seperti biasa. Pihaknya tidak ada rencana untuk menghentikan proses pembelajaran.

"Sekalipun hanya ada satu siswa, guru tetap wajib mengajar. Itu adalah hak anak untuk memperoleh pendidikan yang layak dan berkualitas," ujarnya.

Pihaknya mengaku mulai melakukan langkah evaluasi terhadap kondisi sekolah-sekolah dengan jumlah siswa sangat minim. Namun pihaknya belum berencana melakukan penggabungan sekolah jika setiap tahun masih bisa mendapatkan siswa baru.

Penggabungan sekolah harus melakukan kajian mendalam, sebab jika dilakukan sembarangan justru bisa berdampak negatif bagi akses pendidikan bagi lingkungan. Mengingat masing-masing daerah memiliki karakteristik lingkungan hingga medan yang berbeda-beda.

"Kalau digabung bisa jadi akses masyarakat ke sekolah akan lebih jauh," jelasnya.

Meski demikian langkah penggabungan bisa menadi alternatif jika kondisi sekolah terus menerus tidak memiliki siswa baru.

Agus menambahkan persoalan sekolah negeri minim murid tidak hanya terjadi di Trenggalek.. Kondisi itu juga dipengaruhi oleh ketatnya persaingan antarsekolah. Saat ini sekolah swasta juga saling berpacu dalam peningkatan mutu pendidikan, termasuk memberikan layanan ekstra antar jemput sekolah.

"Antar jemput ya tentu akan berpengaruh bagi lingkungan sekitarnya. Apalagi sekolah swasta saat ini mutunya juga bagus-bagus," imbuhnya.


(dpe/abq)


Hide Ads