Kampung Ilmu Surabaya: Penjaga Literasi Agar Aksara Tetap Bermakna

Kampung Ilmu Surabaya: Penjaga Literasi Agar Aksara Tetap Bermakna

Katherine Yovita - detikJatim
Senin, 28 Apr 2025 05:00 WIB
Menilik Toko Buku Bekas di Kampung Ilmu Surabaya
Salah satu sudut kampung ilmu (Foto: Rifki Afifan Pridiasto)
Surabaya -

'Selama toko buku ada, selama itu pustaka bisa dibentuk kembali. Kalau perlu dan memang perlu, pakaian dan makanan dikurangi'. Seperti itulah kira-kira kutipan dari tokoh aktivis kemerdekaan Indonesia, Tan Malaka.

Dari pernyataan tersebut, tokoh yang akrab dengan julukan Bapak Republik Indonesia menegaskan akan pentingnya merawat dan menjaga dunia literasi agar terus bertahan di tengah gempuran perkembangan zaman.

Tak dapat dipungkiri, di era yang serba modern seperti saat ini, budaya membaca buku perlahan semakin tergerus oleh masa. Kemajuan teknologi menawarkan kemudahan aksesibilitas terhadap buku-buku digital dengan harga yang jauh lebih murah dan praktis.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ketika banyak toko buku yang mulai gulung tikar, tak jauh dari pusat kota Surabaya, terdapat sudut tersembunyi yang menjadi rahasia para Bibliophile untuk mendapatkan buku-buku dengan harga yang sangat terjangkau, tepatnya di Kampung Ilmu Surabaya.

Kawasan ini menjadi rumah bagi para penjual buku bekas yang tidak hanya menjajakan lembar-lembar usang penuh cerita, tetapi juga sebagai bentuk usaha untuk menjaga denyut nadi literasi tetap hidup dari balik kios-kios sederhana mereka.

ADVERTISEMENT

Jejak Penjaga Literasi di Kampung Ilmu

Kampung Ilmu berlokasi di Jalan Semarang, Surabaya, dekat dengan Stasiun Pasar Turi. Sebelumnya, tepatnya pada tahun 1975, para penjual buku bekas berjualan di sepanjang trotoar Stasiun Pasar Turi. Diketahui bahwa Kampung Ilmu merupakan bentuk kolaborasi antara Pemerintah Kota, para pedagang buku, dan para pedagang buku di Jalan Semarang.

Dilansir dari laman Bappeda Jatimprov, kehadiran Perda Kota Surabaya Nomor 17 Tahun 2003 tentang penertiban PKL berdampak pada penggusuran sejumlah pedagang. Peristiwa tersebut berujung pada aksi demonstrasi masyarakat dan para pecinta buku murah di Surabaya. Petisi pun segera disebarkan dan ribuan tanda tangan dikumpulkan.

Anna, salah satu penjual buku bekas di Kampung Ilmu menuturkan bahwa dirinya sempat melakukan aksi unjuk rasa bersama dengan mahasiswa dan masyarakat Surabaya sebagai bentuk protes terhadap penggusuran tersebut.

"Dulunya belum di sini, di itu pinggir jalan. Nah setelah di pinggir jalan, kita itu sering digusur gitu, kan di pertokoan itu kan nggak boleh, terus kita sama mahasiswa unjuk rasa di Pemkot," ujar Anna kepada detikJatim, Senin (28/4/2025).

Pemkot Surabaya akhirnya menindaklanjuti respons publik dengan melakukan penataan dan pengelolaan ruang yang lebih terstruktur, agar para PKL memiliki tempat untuk menjajakan buku-buku mereka dengan lebih nyaman.

Menilik Toko Buku Bekas di Kampung Ilmu SurabayaSalah satu toko buku di Kampung Ilmu Surabaya (Foto: Rifki Afifan Pridiasto)

Anna mengaku telah dekat dengan dunia literasi sejak remaja. Ia kerap memberikan bacaan buku-buku bekas kepada anak-anaknya. Buku-buku yang ia jajakan cukup bervariasi dan semua adalah koleksi pribadi.

Mulai dari buku-buku pelajaran sekolah, buku mahasiswa, novel, hingga majalah tersedia dengan harga yang sangat terjangkau yakni mulai dari Rp 5.000 saja. Bahkan beberapa di antaranya ada yang masih tersegel dengan rapi.

Lebih dari 20 tahun ditemani dengan buku-buku bekas, sebagai penjual, Anna telah menapaki perjalanan panjang yang penuh warna dan tantangan.

"Kita dulunya ramai memang, terus adanya TikTok sama Shopee nah itu lho, terkendala dari situ, gitu. Jadi orang-orang itu nggak kayak langsung beli di sini ndak, kan melalui Shopee, melalui TikTok gitu. Kita juga ada shopee, kan juga enak, yang nggak bisa itu lho kan kasihan," terangnya.

Kehadiran berbagai platform digital yang semakin menjamur seringkali menjadi pisau bermata dua bagi para pengusaha. Di satu sisi, e-commerce dapat menjadi kesempatan bagi para pelaku usaha untuk menjangkau target pasar yang lebih luas.

Namun, di sisi yang lain, ketatnya persaingan yang kian meningkat, akan berdampak pada pelaku usaha kecil seperti Anna yang mengandalkan interaksi langsung dan keunikan suasana lapak fisik.

Anna berharap agar pemerintah turut mendukung para penjual buku bekas di Kampung Ilmu agar lebih berdaya. Dengan demikian, masyarakat diharapkan juga dapat memiliki semangat yang sama dalam memupuk budaya membaca.

Usaha para penjual buku bekas di sana merupakan salah satu bentuk dedikasi dalam merawat dunia literasi dan menjaga ilmu dari lembaran-lembaran menguning yang mulai ditinggalkan.




(irb/iwd)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads