Cara Mencegah Serangan Jantung Saat Berolahraga, Dokter Ungkap Faktanya!

Cara Mencegah Serangan Jantung Saat Berolahraga, Dokter Ungkap Faktanya!

Esti Widiyana - detikJatim
Kamis, 27 Feb 2025 11:40 WIB
ilustrasi serangan jantung
Ilustrasi serangan jantung (Foto: Getty Images/iStockphoto/monstArrr_)
Surabaya -

Olahraga memiliki banyak manfaat bagi kesehatan tubuh. Namun, tidak sedikit orang yang mengalami gangguan jantung saat atau setelah berolahraga.

Kasus terbaru, legenda Persebaya Bejo Sugiantoro meninggal dunia diduga akibat serangan jantung setelah bermain sepak bola di Lapangan SIER Surabaya, pada Selasa (25/2/2025).

Untuk menghindari risiko serupa, dokter spesialis jantung dan pembuluh darah Universitas Muhammadiyah (UM) Surabaya, dr. Mohammad Perdana Airlangga, Sp. JP, memberikan beberapa tips agar olahraga tetap aman untuk kesehatan jantung.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

1. Ketahui Kondisi Tubuh Sebelum Berolahraga

Setiap orang perlu memahami kondisi tubuhnya sendiri, apakah termasuk olahragawan atau bukan, serta tidak memaksakan diri saat berolahraga.

"Misalnya kalau nggak pernah olahraga, lalu diajak lari, maka punya risiko," ujar dr. Airlangga saat dihubungi detikJatim, Kamis (27/2/2025).

ADVERTISEMENT

2. Lakukan Medical Check-Up Secara Rutin

Meskipun seorang atlet, risiko gangguan jantung tetap ada. Oleh karena itu, pemeriksaan kesehatan secara rutin sangat penting untuk mengetahui faktor risiko dan penyakit penyerta (komorbid) yang bisa menyebabkan masalah jantung.

"Maka perlu dipantau kesehatannya dengan medical check-up agar tahu faktor risiko dan komorbid apa saja yang bisa menyebabkan jantung," jelas dr. Airlangga.

3. Hindari Overtraining atau Olahraga Berlebihan

Olahraga yang berlebihan dapat membebani jantung, sehingga berisiko menimbulkan gangguan serius.

"Nggak boleh overtraining agar tidak berisiko. Paling aman olahraga jogging, sepeda, jalan, senam. Itupun bukan sepeda mendaki, karena mendaki butuh kerja jantung lebih berat. Olahraga ringan. Kalau kompetisi harus profesional, tes kesehatan, usia di atas 40 tidak boleh kompetisi dan harus dipantau," paparnya.

4. Pahami Perbedaan Serangan Jantung dan Henti Jantung

Banyak orang masih bingung membedakan serangan jantung dan henti jantung. Menurut dr. Airlangga, keduanya memiliki perbedaan signifikan.

"Henti jantung dengan serangan jantung itu berbeda. Serangan jantung pasien masih bisa mengeluh nyeri, sedangkan henti jantung sudah pingsan," jelasnya.

Secara medis, serangan jantung terjadi karena penyumbatan pembuluh darah koroner. Jika tidak segera ditangani, dapat menyebabkan henti jantung, yang berisiko fatal jika tidak mendapatkan pertolongan cepat.

5. Semua Jenis Olahraga Berisiko, Perhatikan Usia dan Kesehatan

Risiko gangguan jantung bisa terjadi pada semua jenis olahraga, baik itu lari, bulu tangkis, sepak bola, maupun basket. Faktor usia juga berpengaruh terhadap tingkat risiko.

"Usia muda juga bisa terkena serangan atau henti jantung. Lari, badminton, sepak bola, basket juga bisa berisiko. Kalau mau olahraga kompetisi harus ada tes medical check-up untuk profesional dan dipantau tenaga medis layak atau tidak. Kita nggak tahu sepak bolanya rekreasi atau profesional, karena beda. Rekreasi hanya keringat, kalau profesional meski dulunya atlet tapi latihannya nggak seperti dulu, maka ada risiko," pungkasnya.

Olahraga memang penting bagi kesehatan, namun keselamatan tetap harus menjadi prioritas. Dengan memahami kondisi tubuh, melakukan pemeriksaan kesehatan rutin, serta menghindari olahraga berlebihan, risiko gangguan jantung dapat diminimalisir.

Jika ingin berpartisipasi dalam kompetisi olahraga, pastikan melakukan tes kesehatan dan berada di bawah pengawasan tenaga medis agar aktivitas tetap aman. Jaga kesehatan jantung, dan berolahraga dengan bijak!




(esw/hil)


Hide Ads