Kisah Isra Mikraj Rasulullah SAW dari Langit Pertama ke Sidratul Muntaha

Kisah Isra Mikraj Rasulullah SAW dari Langit Pertama ke Sidratul Muntaha

Irma Budiarti - detikJatim
Rabu, 15 Jan 2025 18:49 WIB
Ilustrasi bintang di langit
ILUSTRASI LANGIT. Foto: Getty Images/harpazo_hope
Surabaya -

Isra Mikraj merupakan salah satu peristiwa paling agung dalam perjalanan hidup Rasulullah SAW, di mana ia diperjalankan Allah SWT dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa, lalu menuju Sidratul Muntaha di langit ketujuh.

Perjalanan ini bukan sekadar perjalanan fisik, melainkan perjalanan spiritual yang penuh hikmah, pelajaran, dan keajaiban. Rasulullah SAW bertemu nabi-nabi terdahulu di setiap tingkatan langit dan menerima doa-doa kebaikan, hingga akhirnya mendapatkan perintah untuk menjalankan salat sebagai kewajiban muslim.

Dimulai dari pertemuan dengan Nabi Adam AS di langit pertama hingga perjumpaan dengan Nabi Ibrahim AS di langit ketujuh, setiap momen penuh makna dan menjadi pengingat kebesaran Allah SWT. Di Sidratul Muntaha, Rasulullah SAW menerima perintah salat lima waktu, simbol kedekatan antara manusia dengan Sang Pencipta.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Perjalanan Rasulullah dari Langit Pertama hingga Sidratul Muntaha

Dilansir SDIT At-Taubah, peristiwa Isra Mikraj tertuang dalam Al-Qur'an surah Al Isra: "Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Al-Masjidil Haram ke Al-Masjidil Aqsha, yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian tanda-tanda kebesaran Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat".

ADVERTISEMENT

Dalam sebuah hadis dikisahkan, di langit tingkat pertama, Rasulullah SAW bertemu manusia pertama di muka bumi sekaligus wali Allah SWT, Nabi Adam AS. Nabi Adam menyambut dengan hangat dan mendoakan Rasulullah SAW agar selalu diberkahi dalam setiap urusannya.

Perjalanan dilanjutkan ke langit kedua, di mana Nabi Muhammad SAW bertemu Nabi Isa AS dan Nabi Yahya AS. Mereka menyambutnya dengan keramahan, yang menunjukkan rasa hormat kepadanya sebagai nabi terakhir.

Sebelum Rasulullah SAW melanjutkan perjalanannya dari langit kedua, Nabi Isa AS dan Nabi Yahya AS menyampaikan doa kebaikan. Mereka mendoakan agar Rasulullah SAW senantiasa diberkahi dalam setiap urusan yang dijalankan.

Setelah menerima doa tersebut, Rasulullah SAW bersama Malaikat Jibril melanjutkan perjalanan menuju langit ketiga. Di sana, Rasulullah SAW bertemu Nabi Yusuf AS, yang dikenal sebagai manusia tertampan yang pernah diciptakan Allah SWT di bumi. Nabi Yusuf AS menyambut Rasulullah SAW dengan rasa hormat dan penghargaan yang mendalam.

Sebagai bentuk penghormatan, Nabi Yusuf AS bahkan memberikan sebagian dari ketampanannya kepada Rasulullah SAW. Sebelum perpisahan, Nabi Yusuf AS menyampaikan doa kebaikan, memohon kepada Allah SWT agar Rasulullah SAW senantiasa diberkahi dalam setiap urusannya.

Setelah pertemuan tersebut, Rasulullah SAW melanjutkan perjalanan ke langit keempat. Di sini, Rasulullah SAW bertemu Nabi Idris AS, yang dikenal sebagai manusia pertama yang mengenal tulisan dan nabi yang berdakwah kepada Bani Qabil serta masyarakat di Memphis, Mesir.

Nabi Idris AS menyambut Rasulullah SAW dengan penuh hormat dan mendoakan kebaikannya. Nabi Idris AS berdoa agar Rasulullah SAW selalu diberkahi dalam setiap urusannya, memohon agar diberikan keberkahan dalam segala langkah yang diambilnya.

Di langit kelima, Rasulullah SAW bertemu Nabi Harun AS, yang terkenal karena mendampingi saudaranya, Nabi Musa AS, dalam dakwah mengajak Raja Firaun-yang menganggap dirinya sebagai tuhan-dan kaum Bani Israil untuk bertakwa kepada Allah SWT. Nabi Harun AS dikenal dengan kepandaian berbicara dan kemampuannya meyakinkan orang.

Dalam pertemuan tersebut, Nabi Harun AS mendoakan Nabi Muhammad SAW dengan penuh keikhlasan, memohon agar ia senantiasa diberi kebaikan dan keberkahan dalam setiap perbuatan yang dilakukan. Setelah itu, Rasulullah SAW melanjutkan perjalanan ke langit selanjutnya.

Pada langit keenam, Rasulullah SAW bersama Malaikat Jibril bertemu Nabi Musa AS, seorang nabi besar yang memiliki jasa luar biasa dalam membebaskan Bani Israil dari perbudakan dan membimbing mereka menuju kebenaran.

Pertemuan ini berlangsung penuh keakraban, di mana Nabi Musa AS menyambut Rasulullah SAW seolah-olah mereka adalah dua sahabat lama yang telah lama tidak bertemu. Sebelum Rasulullah SAW melanjutkan perjalanan, Nabi Musa AS memberikan doa kebaikan agar segala urusan yang dihadapi Rasulullah SAW senantiasa diberkahi dan dilancarkan.

Perjalanan terakhir membawanya ke langit ketujuh, di mana Rasulullah SAW bertemu sahabat Allah SWT, bapaknya para nabi, Nabi Ibrahim AS. Saat bertemu, Nabi Ibrahim AS sedang menyandarkan punggung ke Baitul Makmur, tempat yang disediakan Allah SWT untuk para malaikat. Setiap hari, tidak kurang dari 70 ribu malaikat masuk ke dalamnya.

Kemudian, Nabi Ibrahim AS mengajak Rasulullah SAW untuk melanjutkan perjalanan menuju Sidratul Muntaha, pohon yang terletak di ujung langit ketujuh. Sidratul Muntaha adalah pemisah antara dunia ciptaan Allah SWT dan alam yang lebih tinggi.

Disebut muntaha (akhir) karena ia adalah batas akhir dari perjalanan yang tidak ada satu makhluk pun, kecuali Rasulullah SAW, yang bisa melampauinya. Rasulullah SAW menggambarkan Sidratul Muntaha sebagai pohon besar dengan daun yang lebar seperti telinga gajah dan buah yang menyerupai tempayan besar.

Namun, keindahan pohon tersebut berubah ketika Allah SWT hadir, menciptakan perubahan yang begitu luar biasa sehingga Nabi Muhammad SAW tak mampu menggambarkannya. Di Sidratul Muntaha, Nabi Muhammad SAW berdialog langsung dengan Allah SWT, untuk menerima perintah yang sangat penting, yaitu kewajiban salat lima waktu dalam sehari.

Pada awalnya, Allah SWT memerintahkan salat 50 waktu, namun setelah mendapat nasehat dari Nabi Musa AS yang mengingatkan tentang kemampuan umat, Rasulullah SAW memohon keringanan kepada Allah SWT. Sebagai jawaban, perintah salat pun diringankan menjadi lima waktu sehari semalam.

Sejak saat itu, umat Islam diwajibkan melaksanakan salat lima waktu, yaitu subuh, zuhur, asar, magrib, dan isya, sebagai bentuk ibadah yang sangat penting dalam kehidupan muslim. Perjalanan Isra Mikraj tidak hanya membawa makna spiritual yang mendalam, tetapi menjadi pengingat pentingnya ibadah salat sebagai tiang agama.




(hil/irb)


Hide Ads