Seseorang yang memiliki 1 ginjal akan lebih berisiko apabila dibandingkan dengan orang yang memiliki dua ginjal. Hal ini diungkapkan Pengamat Kesehatan dari Universitas Muhammadiyah (UM) Surabaya dr Gina Noor Djalilah SpA.
Menurutnya, seseorang yang memiliki 1 ginjal harus menjaga pola makan hingga mengurangi makanan berisiko tinggi.
"Seiring waktu, kerusakan lebih lanjut pada ginjal yang tersisa bisa terjadi. Kalau misalnya dia nggak menjaga betul pola makan, mengurangi makanan minuman yang berisiko tinggi atau berpengaruh dengan ginjal," ujar dr Gina ketika dikonfirmasi detikJatim, Senin, (11/11/2024).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Gina menambahkan, seseorang yang memiliki 1 ginjal akan berusaha lebih keras untuk mempertahankan fungsi normal tubuh. Sebab, akan ada risiko terjadinya infeksi pada ginjal tersebut. Bahkan, infeksi pada saluran kemih pun bisa terjadi.
"Kalau punya 1 ginjal, risiko untuk mempertahankan fungsi normal tubuh kan agak lebih keras usahanya. Tetapi, sebetulnya hidup dengan 1 ginjal selama fungsi itu masih baik, masih bisa berjalan, hanya saja perlu ekstra banget supaya menghindari komplikasi (pada ginjal) itu," jelasnya.
"Dalam jangka waktu panjang (risiko itu), harus betul-betul diperketat pola makan sehat, kecukupan cairannya. Olahraga harus teratur, tetapi tidak terlalu ekstrem. Paling penting karena punya ginjal 1, harus dirutinkan pemeriksaan ginjalnya, sehingga kalau mulai ada kerusakan bisa ditanggulangi," sambungnya.
Lebih lanjut, Gina menegaskan bahwa pengelolaan tekanan darah harus dilakukan secara rutin serta menghindari obat-obatan yang dapat merusak ginjal. Selain itu, berat badan pun harus dikontrol supaya tetap ideal agar tidak timbul tekanan darah tinggi maupun diabetes.
"Ini juga menjadi penting, yaitu menghindari makanan yang jelek ya seperti rokok, alkohol serta mengelola stres itu juga penting. risikonya memang lebih berat dari yang punya 2 ginjal," pungkasnya.
Sebelumnya diberitakan, lima warga negara Indonesia (WNI) di Surabaya gagal berangkat ke India diduga hendak menjual ginjal secara ilegal. Dua di antaranya merupakan pasangan suami istri yang sebelumnya pernah menjual ginjal mereka. Para WNI diiming-iming Rp 600 juta untuk satu ginjal.
Kepala Kantor Imigrasi Surabaya, Ramdhani, mengungkapkan bahwa salah satu pelaku mengaku pernah menjual ginjal secara ilegal dan mencari pendonor melalui Facebook. Kelima WNI tersebut telah diserahkan kepada Lanudal Juanda untuk pendalaman lebih lanjut.
Ke depan, Imigrasi Surabaya terus memberikan komitmen agar memperketat pengawasan dan melakukan penegakan hukum yang sesuai terkait tindak pidana perdagangan orang (TPPO).
(irb/hil)