Masyarakat dikejutkan dengan adanya informasi terkait dugaan kandungan bahan berbahaya dalam anggur shine muscat impor. Diduga pada anggur yang berasal dari China itu ditemukan residu pestisida berbahaya, salah satunya klorpirifos.
Informasi yang dihimpun detikJatim dari beragam sumber menyebutkan kandungan itu bisa menyebabkan risiko kesehatan. Setelah melalui beberapa pengujian, anggur muscat itu mengandung pestisida berbahaya yang terserap dalam buah. Selain itu, juga membuat tampilan anggur lebih segar dan bisa bertahan dalam jangka waktu yang lama.
Kepala Badan Karantina Indonesia Sahat M. Panggabean langsung turun ke lapangan untuk mengkroscek kebenaran itu. Salah satunya di Terminal Petikemas Surabaya (TPS).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sahat menuturkan keberadaannya di Jatim selama 3 hari salah satunya adalah mengkroscek sejumlah komoditi impor. Salah satunya adalah buah anggur.
"Jadi saya juga memastikan barang-barang yang masuk ke Indonesia itu harus benar-benar bersih, baik, dan bebas dari ambang penyakit dan tercemar," kata Sahat kepada detikJatim saat ditemui di TPS, Selasa (29/10/2024).
Usai mengkroscek sejumlah barang dan pekerja karantina di pelabuhan, terutama pada sektor komoditi pertanian, ia memastikan seluruhnya aman. Menurutnya, dalam program yang dijuluki reborder, artinya barang-barang sebelum masuk ke Indonesia, semua dokumen dan sertifikat kesehatan sudah dikirim ke Indonesia.
"Ketika barang dikirim kita tinggal menyesuaikan saja. Kalau dulu barangnya masuk lalu kita periksa. Nah itu lah yang menunjukkan bahwa perubahan signifikan, makannya kita punya sistem namanya best trust, pertukaran data secara elektronik itu mudah dengan hitungan 3 sampai 4 jam dan bisa kita rilis itu barang," ujarnya.
"Ini kebetulan tadi yang saya periksa tadi yang masuk tadi datang dari China. Selain dari China, ada juga dari Brasil, Chile, dan Australia dan dari mana-mana, semua kita perlakukan sama. Semua yang masuk dan diperiksa ke Indonesia itu memenuhi syarat-syarat karantina dan aman untuk kita konsumsi, perlakuan kita sama semua terhadap semua komoditi dan semua negara," imbuh dia.
Sahat menegaskan petugas selalu menyesuaikan dokumen dengan bentuk fisik barang yang datang. Seluruhnya harus sesuai dengan yang tersurat harapkan.
Kemudian, sebelum diperiksa secara fisik, juga harus sudah melalui x-ray. Ia menyatakan ketika sampling tidak semua harus di bongkar. Sebab, dari citra x-ray itu diklaim semuanya sudah homogen, lalu dibawa ke lab.
"Monitoring ini rutin kita lakukan setiap barang masuk kita periksa. Kita tidak saja anggur, semua komoditi, ada juga jeruk dan yang lainnya, termasuk komoditi hewan dan tumbuhan. Hasilnya negatif atau di bawah ambang batas, itu hasil data laboraturium kita menunjukkan demikian," tuturnya.
Kalau ada yang melebihi atau mengandung hama penyakit, Sahat memastikan akan dimusnahkan atau ditolak. Lantas, ia menyampaikan salah satu temuan di Jawa Barat.
"Contoh, di Jabar ada bunga hias masuk dengan penyakitnya langsung kita musnahkan, kita bakar itu, jadi karantina begitu ya, nggak ada excuse dengan itu, kita straight dengan itu," tutupnya.
(pfr/iwd)