Marak Bunuh Diri di Surabaya, Senator Lia Istifhama Tekankan Pencegahan

Marak Bunuh Diri di Surabaya, Senator Lia Istifhama Tekankan Pencegahan

Faiq Azmi - detikJatim
Sabtu, 12 Okt 2024 17:39 WIB
Anggota DPD RI, Dr Lia Istifhama.
Anggota DPD RI, Dr Lia Istifhama. (Foto: Istimewa)
Surabaya -

Kasus bunuh diri baik gantung maupun lompat dari gedung kian meningkat di Indonesia, terutama di wilayah Surabaya akhir-akhir ini. Mirisnya, banyak kasus bunuh diri dilakukan oleh remaja ataupun mahasiswa di Indonesia.

Hal ini menjadi perhatian Anggota DPD RI, Dr Lia Istifhama. Menurut Lia pemerintah di sektor pendidikan maupun masyarakat harus segera merespons aksi-aksi remaja atau mahasiswa yang mengancam nyawanya.

Lia mengungkapkan mahasiswa yang mengalami transisi dari masa remaja ke dewasa awal termasuk ke dalam populasi yang berisiko tersebut.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Banyak permasalahan umum yang dihadapi oleh mahasiswa, antara lain: keuangan, relasi dengan dosen, masalah akademis, hubungan pertemanan, percintaan, dan gangguan kesehatan," kata Ning Lia sapaan Lia istifhama dalam keterangannya, Sabtu (12/10/2024).

Faktornya, kata Lia, juga bervariasi mulai dari depresi yang tinggi, memiliki kecerdasan emosi yang rendah, tipe kepribadian tertentu, serta rendahnya dukungan sosial yang diberikan dan kesejahteraan psikologi.

ADVERTISEMENT

Lia juga mengungkap data yang menunjukkan ada semakin banyak orang yang melakukan bunuh diri baik secara global maupun nasional. Tidak sedikit remaja yang mengakhiri hidup karena berbagai masalah menempatkan kasus bunuh diri pada urutan kedua penyebab kematian tertinggi remaja.

"Saya pernah membaca sebuah penelitian jika ada sekitar 81,9 persen mahasiswa di memiliki ide bunuh diri. Persentase ini menunjukkan jumlah yang cukup tinggi dan harus diantisipasi," katanya.

"Penyebab mereka memiliki ide untuk bunuh diri beraneka ragam, mulai dari masalah kesehatan, pertemanan, keluarga, ekonomi, akademik, percintaan, bullying, peristiwa yang menekan dan masalah sosial. Maka itu, langkah terkecil yang harus dilakukan yakni menguatkan modal sosial dan kebersamaan dalam bangunan keluarga. Bagaimana anak-anak memiliki korelasi positif dengan keluarga sehingga tak pernah merasa kesepian atau tersudutkan," katanya.

Keponakan Gubernur Jatim 2019-2024 Khofifah Indar Parawansa itu menyampaikan perlunya upaya pencegahan primer atas tindakan bunuh diri yang berpotensi semakin banyak dialami para remaja, khususnya di Surabaya.

"Salah satu upaya preventif adalah pencegahan primer melalui penguatan mental atau karakter di dunia pendidikan. Seperti, program berbasis sekolah, krisis hotline, pembatasan metode yang mematikan, edukasi melalui media dan identifikasi anak dan remaja dengan faktor risiko tinggi bunuh diri," ujarnya.

"Selanjutnya bisa dilakukan dengan pencegahan tersier. Dalam upaya pencegahan ini, pemerintah maupun lembaga-lembaga pendidikan, termasuk kampus harus memiliki unit terapi yang tepat setelah melakukan percobaan bunuh diri. Kalau kita bicara penguatan mental atau ketahanan mental, ada istilahnya resiliensi. Dalam hal ini, bagaimana seseorang mampu bertahan melalui masalah, menghadapi dan bangkit setelah terpuruk atau mengalami situasi tidak nyaman saat terjebak dalam masalah tersebut. Resiliensi ini yang utama adalah dari dukungan atau supporting orang-orang terdekat, seperti keluarga atau teman. dan tentu, faktor pendekatan pada sang Pencipta harus dikuatkan," lanjutnya.

Lia juga membeberkan poin penting dampak dari tindakan bunuh diri. Dia menyebutkan istilah postvention.

"Postvention adalah istilah yang digunakan untuk menjelaskan intervensi yang dilakukan setelah terjadi bunuh diri. Setelah anak atau remaja melakukan bunuh diri, sangat dianjurkan untuk melakukan krisis intervensi pada orang-orang terdekatnya karena mereka berisiko menderita depresi, gangguan stres pasca trauma atau reaksi duka cita yang patologis," katanya.

"Angka bunuh diri yang semakin meningkat pada kalangan anak dan remaja membutuhkan perhatian serius. Pengetahuan dan pemahaman yang baik terhadap faktor risiko bunuh diri pada anak dan remaja serta tindakan pencegahan yang komprehensif dan tepat sasaran diharapkan membuat kasus bunuh diri pada remaja maupun mahasiswa tidak terjadi lagi," pungkasnya.




(dpe/iwd)


Hide Ads