Sumber Tetek, Mata Air Andalan Warga Lereng Penanggungan Saat Kemarau

Sumber Tetek, Mata Air Andalan Warga Lereng Penanggungan Saat Kemarau

Muhajir Arifin - detikJatim
Sabtu, 28 Sep 2024 16:10 WIB
Warga mengambil air di Candi Sumber Tetek Pasuruan
Warga mengambil air di Candi Sumber Tetek Pasuruan (Foto: Muhajir Arifin/detikJatim)
Pasuruan -

Sumber mata air di Candi Sumber Tetek, Dusun Belahan, Desa Wonosunyo, Kecamatan Gempol, Kabupaten Pasuruan, tidak kering meski kemarau panjang. Sumber ini menjadi andalan warga sekitar untuk mendapatkan air saat sumber-sumber air lain dan sungai-sungai kering.

Selama musim kemarau panjang, puluhan warga datang ke candi ini yang merupakan petirtaan peninggalan Airlangga ini. Mereka mengambil air dari lokasi ini untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Warga yang mengambil air di Sumber Tetek berasal dari desa setempat hingga desa-desa sekitar yang jaraknya 3 kilometer atau lebih. Mereka datang dengan motor, bahkan mobil pikap membawa jeriken, galon dan wadah lainnya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Warga mengambil air di Candi Sumber Tetek PasuruanWarga mengambil air di Candi Sumber Tetek Pasuruan Foto: Muhajir Arifin/detikJatim

"Setiap hari banyak yang ambil air ke sini. Ada pakai pikap, ada juga yang pakai motor," kata Tosim, salah satu warga yang tengah mengangkut air, Sabtu (28/9/2024).

Tosim mengaku, tiga hari sekali mengambil air ke lokasi. Air yang didapat, dihemat dan dimanfaatkan sebaik-baiknya, seperti memasak, mandi, mencuci, wudhu, juga untuk memberi minum ternak.

ADVERTISEMENT

"Meski gratis, tapi ngambil ke sini butuh tenaga dan biaya bensin," ungkap Tosim.

Warga lain, Jono mengeluhkan kesulitan air bersih yang dialami warga setiap musim kemarau di wilayah ini. Ia berharap, pemerintah setempat membangunkan jaringan saluran air untuk warga.

Bantuan jangka pendek yang diharapkan warga suplai air bersih dari pemerintah. "Kami sangat berharap bantuan air dari pemerintah," terangnya.

Candi Sumber Tetek merupakan petirtaan kuno yang dibangun pada tahun 1049 Masehi atau pada abad ke-11 masa Kerajaan Kahuripan. Candi tersusun dari bata merah. Terdapat dua patung di dinding candi yakni sosok Dewi Laksmi dan Dewi Sri, istri Raja Airlangga. Dari payudara patung Dewi Laksmi memancarkan keluar dari payudara Dewi Laksmi.




(abq/hil)


Hide Ads