Kekeringan yang melanda wilayah Ponorogo, ternyata juga berdampak pada Waduk Bendo. Debit air yang ada di satu-satunya waduk di Ponorogo ini menyusut. Bahkan, bagian dasar waduk, tanahnya merekah.
Bagian sisi waduk Bendo di Desa Ngadirojo, Kecamatan Sooko dan Desa Temon, Kecamatan Sawoo menyusut. Penyusutan ini cukup drastis lantaran hanya menyisakan 20 persen kapasitas air.
"Penyusutan ini terjadi sejak Mei lalu dan semakin parah hingga saat ini," terang pemilik kapal, Misenun kepada wartawan, Minggu (8/9/2024).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Misenun menerangkan, penyusutan ini berdampak pada ekonominya. Lantaran, perahunya tidak bisa beroperasi karena tidak ada air.
"Kemarau ini semakin sepi. Airnya sudah berkurang lebih dari separuh nyaris habis," ujar Misenun.
Sementara itu, salah satu pemancing Sukirno menambahkan, ia harus berjalan sejauh 1,5 kilometer untuk mencari spot memancing.
"Biasanya di pinggiran sudah bisa mancing. Ini harus jalan dulu 1,5 kilometer baru dapat tempat mancing," tambah Misenun.
Setelah ditelusuri, tidak hanya sisi hulu saja. Ternyata, di sisi hilir juga mengalami penyusutan. Di bagian Desa Ngindeng, Kecamatan Sawoo, secara keseluruhan volume air masih 50 persen dari volume total.
"Volume air total 43.457.979,43 meter kubik. Saat ini volume air ada 26.346.454,56 meter kubik. Dari hitungan itu volume air tinggal 50 persen," ungkap Kabid Tanaman Pangan dan Holtikukturan Dinas Pertanian, Ketahanan Pangan dan Perikanan (Dipertahankan), Tri Budi.
Menurutnya, meski terjadi penyusutan, hal ini tidak berdampak pada pertanian warga. Lantaran, jumlah air saat ini masih mencukupi untuk pengairan 1.900 hingga 2.000 hektare.
"Kalau pun menyusut aman sampai November. Kemudian, musim panen dan tanam perkiraan volume air sudah bertambah karena sudah memasuki musim hujan," kata Tri.
Menurutnya, saat ini waduk Bendo masih mengairi sawah di enam Kecamatan Sawoo, Sambit, Jetis, Mlarak, Siman dan Ponorogo kota. Ribuan hektare itu ditanami padi dan jagung. Dia menyebut, untuk pertumbuhan aman tidak ada kendala.
"Pertumbuhan padi dan jagung di 6 Kecamatan itu aman, tidak ada kendala," ungkap Tri.
Sementara, Kasat Operasi Unit Pengelola Bendungan (UPB) Bendo BBWS Bengawan Solo Rudy Yudhapratama mengatakan, saat ini memang terjadi penyusutan 40 persen. Hingga tersisa 26 juta meter kubik atau 60 persen dari kapasitas penuh tampungan 43 juta meter kubik.
"Merujuk rencana tahunan operasi waduk (RTOW), kapasitas saat ini masih di atas batas rencana," papar Rudy.
Meski begitu, Rudy menambahkan saat ini ada pembatasan pintu air. Untuk irigasi pertanian misalnya, biasa dialiri selama tujuh hari penuh, kini dibatasi tiga hari saja. Ini sebagai antisipasi ketersediaan dan kebutuhan air sebagai penampungan darurat Ponorogo dan sekitarnya. Juga sebagai siasat jika prediksi penghujan meleset, dan kemarau berlanjut hingga awal 2025. Sebab, BMKG memprediksi hujan baru turun Oktober mendatang.
"Normalnya Waduk Bendo memiliki kapasitas genangan 170 hektare. Dengan membendung aliran Kali Keyang hingga Kecamatan Sooko. Selain sebagai cadangan air, bendungan turut dijadikan stok irigasi 7.800 hektare lahan pertanian di Ponorogo dan Madiun," pungkas Rudy.
(auh/hil)