Mengenal Tsunami Senyap Banyuwangi 1994

Mengenal Tsunami Senyap Banyuwangi 1994

Mira Rachmalia - detikJatim
Kamis, 15 Agu 2024 12:15 WIB
tsunami di banyuwangi
Tsunami Banyuwangi. Foto: Istimewa
Surabaya -

Ancaman gempa megathrust yang menurut BMKG berpotensi melanda pesisir selatan Jawa Timur, juga diikuti ancaman tsunami senyap, seperti yang pernah melanda pantai selatan Banyuwangi dan sekitarnya pada 3 Juli 1994.

Akibat peristiwa ini ratusan orang menjadi korban, 90% rumah warga yang berada di pesisir mengalami kerusakan. Peristiwa di Banyuwangi ini dikenal sebagai peristiwa tsunami senyap. Bagaimana karateristiknya dan apakah ada kemungkinan peristiwa serupa berulang di masa yang akan datang. Simak ulasannya berikut ini.

Rumah hancur diterjang tsunami BanyuwangiRumah hancur diterjang tsunami Banyuwangi. Foto: Istimewa (BPBD Banyuwangi)


Fenomena Tsunami Senyap Banyuwangi 1994

Periset ahli tsunami dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Widjo Kongko, yang merekonstruksi peristiwa tsunami pada 1994, mengatakan saat itu daerah paling terdampak adalah pesisir selatan Banyuwangi, Jember, Lumajang, Malang, dan Blitar.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Tsunami tertinggi terjadi di selatan Jember, yaitu 10 meter di pantai dan run up atau tinggi rambatan gelombang di darat 20 meter. Tsunami juga melanda pesisir barat Bali dengan run up hingga 5 meter. Waktu tiba tsunami rata-rata 25-30 menit setelah gempa.

Menurutnya, istilah tsunami senyap berasal dari guncangan gempa yang mendahului peristiwa tsunami yang dirasakan pelan mengayun. Hal ini dikuatkan kesaksian warga Dusun Pancer, yang tak banyak merasakan guncangan gempa sebelum peristiwa tsunami menghantam pemukiman.

ADVERTISEMENT

Masyarakat mengaku mendengar suara bergemuruh seperti bunyi pesawat jelang kedatangan gelombang tsunami. Beberapa saksi mata mengatakan setelah dua gelombang tsunami menyerbu tempat tinggal mereka, dalam sekejap 215 orang tewas, ratusan lainnya terluka, dan ribuan rumah hancur. Sebagian besar korban berada di Dusun Pancer, Pantai Plengkung, dan Rajegwesi.

Sejarah tsunami di IndonesiaSejarah tsunami di Indonesia Foto: Dok BNPB

Potensi Tsunami Senyap Pesisir Selatan Jawa

Ketika ditanya terkait potensi berulangnya fenomena tsunami senyap seperti bencana gempa dan tsunami Banyuwangi 1994, Widjo mengatakan hal itu tak bisa dipastikan.

"Tetapi belajar dari kejadian gempa tsunami 1994, 2006, dan 2010 (ketiganya tsunami earthquake/tsunami senyap), maka ke depan ada kemungkinan bisa terjadi," kata Widjo kepada detikJatim, Kamis (15/8/2024).

Sebagai pengingat, tahun 2006, pesisir selatan Jawa Barat diguncang gempa magnitudo 6,8 dengan kedalaman kurang dari 30 kilometer. 15-20 menit kemudian pesisir Jabar, Jateng, dan DIY dilanda tsunami setinggi 2-4 meter. Air laut naik sekitar 100 meter ke daratan.

Sementara itu, di Pantai Parangtritis gelombang menyapu 100 meter ke arah dalam bibir pantai, kemudian surut lama sejauh 200 meter ke arah laut. Lebih dari 500 orang tercatat menjadi korban jiwa.

Lalu pada 25 Oktober 2010, gempa bumi melanda Kepulauan Mentawai yang terletak di lepas pantai Sumatera Barat. Tak lama kemudian datang gelombang tsunami yang mencapai ketinggian 3 meter. Ratusan orang meninggal dan belasan ribu lainnya mengungsi.

Kejadian berulang inilah yang menjadi pelajaran penting dan perlu diperhatikan masyarakat. Terutama seiring dengan ancaman gempa megathrust yang disebut BMKG hanya tinggal menunggu waktu.

Infografis langkah mitigasi bila ada gempa berpotensi tsunamiInfografis langkah mitigasi bila ada gempa berpotensi tsunami Foto: Fuad Hasim/detikcom


Langkah Mitigasi Hadapi Kemungkinan Tsunami Senyap

Menurut Widjo, potensi tsunami senyap (tsunami earthquake) akan selalu mengintai selatan Jawa. Bahkan, ke depan, tsunami bisa lebih tinggi dari kejadian sebelumnya.

"Data Pusgen (Pusat Studi Gempa Bumi Nasional), potensi gempa megathrust di selatan Jawa Timur bisa mencapai M 8.9," kata Widjo.

Kondisi pemukiman penduduk di pesisir selatan Pulau Jawa yang saat ini semakin padat, serta dibukanya banyak lokasi wisata di wilayah ini menimbulkan kerentanan bencana.

"Jika ada gempa yang cukup lama, menjauh dari pantai. Salah satu tanda juga, jika air surut mendadak. Selalu ikuti info dari Badan resmi/otoritas BMKG/BNPB/BPBD," imbaunya.

Bagi masyarakat yang tinggal di daerah rentan bencana, harus mempelajari kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana. Berikut ini mitigasi bencana yang perlu diketahui untuk antisipasi.

  • Jika terjadi gempa bumi, berlindunglah di bawah meja atau sudut ruangan, lindungi kepala, pastikan tidak ada barang di atas atau benda yang mudah jatuh di sekitar detikers.
  • Hindari berada di dekat kaca.
  • Ketika sudah cukup aman, segera keluar rumah.
  • Jangan lupa matikan kompor dan listrik ketika meninggalkan rumah untuk menyelamatkan diri.
  • Segera lari ke tanah yang lapang, jauhi pohon dan tiang listrik.
  • Untuk yang berada di daerah pesisir, perhatikan muka air laut. Jika tiba-tiba surut segera menjauh dari pantai dan naik ke tempat tinggi.




(ihc/irb)


Hide Ads