Kades Kedungpeluk Muhammad Madenan yang menyatakan bahwa anak-anak desa setempat masih suka menjadikan sungai itu tempat bermain dan berenang.
Namun, dia berupaya meyakinkan bahwa selama ini pihaknya belum pernah dapat laporan warga yang menjadi korban keganasan binatang melata menakutkan itu.
"Sampai saat ini belum ada laporan warga yang menjadi korban buaya itu. Bahkan masih banyak anak-anak main berenang di sungai ini," kata Madenan kepada detikJatim, Senin (22/7/2024).
Kemunculan buaya besar itu seolah hal biasa bagi warga setempat karena buaya itu tidak pernah mengganggu. Meski demikian, Madenan terap meminta warga mewaspadai buaya itu.
Diketahui, sejumlah petani yang hendak berangkat ke tambak sering melihat buaya besar itu muncul di tepian sungai. Biasanya buaya itu muncul di pagi hari saat matahari sedang terik.
Madenan menambahkan akhir-akhir ini buaya itu muncul tak hanya pagi hari, tapi juga saat siang maupun malam. Sebab itulah dia mengimbau warga desa tetap waspada dan hati-hati.
"Meski warga tidak merasa terganggu dengan kemunculan buaya-buaya itu, kami berharap petani tambak tetap waspada dan berhati-hati pada saat menjumpai buaya, baik di sungai atau di tambak," katanya.
Informasi yang dihimpun dari warga yang tinggal di pinggir Sungai Kedungpeluk, munculnya buaya tersebut paling sering pada awal 2024. Tepatnya saat permukaan air surut.
"Paling sering buaya itu muncul pada awal tahun 2024, saat puncaknya musim hujan. Meski sering muncul, tapi buaya itu tidak pernah ada kabar mengganggu warga," kata Madenan.
Pihaknya menyakini di sepanjang Sungai Kedungpeluk ini banyak buayanya. Sebab, selama ini banyak petani yang akan ke tambak sering menjumpai kemunculan buaya dengan ukuran dan warna yang berbeda-beda.
"Diperkirakan, buaya itu mencari makanan, selain ikan, di sungai Kedungpeluk ini banyak juga binatang biawak (nyambik) yang menjadi santapan buaya itu," jelas Madenan.
Lokasi kemunculan buaya ini berada di sepanjang Sungai Kedungpeluk yang saat ini dihebohkan dengan jembatan ambrol dan belum kunjung diperbaiki hingga para petani tambak mengeluh.
(dpe/iwd)