Sejarah Puasa Asyura 10 Muharram

Sejarah Puasa Asyura 10 Muharram

Irma Budiarti - detikJatim
Senin, 15 Jul 2024 19:00 WIB
female hand of prayer with wooden beads in sunlight, iftar concept, Ramadan month, Koran, plate of dried fruit, Cup of tea on wooden table
Ilustrasi puasa Asyura. Foto: Getty Images/iStockphoto/RasselOK
Surabaya -

Ada bulan-bulan tertentu dalam kalender Hijriah yang dimuliakan (asyhurul hurum) Allah SWT, salah satunya bulan Muharram. Dalam bulan Muharram, ada hari-hari yang dimuliakan dan dianjurkan untuk mengerjakan puasa, yaitu puasa Asyura. Lantas, bagaimana sejarah puasa Asyura 10 Muharram?

Dilansir dari situs resmi Nahdlatul Ulama (NU) Online, dalam Al-Qur'an surah At-Taubah ayat 36 menjelaskan tentang bulan-bulan haram. Berikut bunyi surah At-Taubah yang menjelaskan tentang bulan haram.

"Sesungguhnya bilangan bulan di sisi Allah adalah 12 bulan, dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya empat bulan haram."

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Maksud Asyhurul hurum atau bulan haram yang dimuliakan pada ayat tersebut adalah Dzulqadah, Dzulhijjah, Muharram, dan Rajab. Imam Fakhruddin ar-Razi dalam Mafâtîh al-Ghaib menjelaskan, penamaan al-hurum karena keutamaannya.

Di mana, jika umat Islam berbuat maksiat pada bulan-bulan tersebut, maka akan mendapatkan balasan yang lebih berat. Begitupun sebaliknya, jika sesoorang berbuat ketaatan, maka akan mendapatkan pahala yang berlipat.

ADVERTISEMENT

Sejarah Puasa Asyura

Bulan Muharram menjadi bulan mulia karena terdapat hari Asyura di dalamnya. Hari Asyura bertepatan dengan 10 Muharram. Dalam sejarah tercatat banyak peristiwa penting dan luar biasa yang terjadi pada hari Asyura.

Pertama, peristiwa luar biasa ketika Nabi Musa AS selamat dari kejaran pasukan Firaun pada hari Asyura. Nabi Musa AS pun berpuasa pada hari Asyura sebagai bentuk rasa syukur. Umat Yahudi pun mengikuti apa yang dilakukan nabinya itu dengan berpuasa setiap 10 Muharram.

Imam Fakhruddin ar-Razi menyebutkan, puasa 10 Muharram bagi umat Yahudi merupakan satu-satunya puasa yang dilakukan dalam kurun waktu satu tahun. Artinya, umat Yahudi hanya memiliki puasa Asyura, berbeda dengan umat Islam yang mempunyai puasa Ramadan.

Menurut Syekh Musa Lasyin dalam kitabnya, Fathul Mun'im Syarhu Shahîh Muslim menjelaskan, puasa Asyura sebenarnya sudah dilakukan orang Arab Jahiliyyah Kota Makkah. Sebelum Rasulullah SAW bertemu orang Yahudi yang berpuasa Asyura, penduduk Makkah sebelum Islam sudah melaksanakan puasa ini.

Ada dua kemungkinan alasan orang Jahiliyyah berpuasa Asyura. Pertama, mengikuti syariat Nabi Ibrahim AS untuk memuliakan hari Asyura yang juga dibarengi pemasangan kiswah untuk bangunan Ka'bah. Kedua, menebus dosa-dosa di masa Jahiliyyah, di mana mereka merasa sangat bersalah dan meyakini puasa Asyura mampu meleburnya.

Dilansir dari situs resmi Masjid Manarul Ilmi ITS, Rasulullah SAW sudah mengerjakan puasa Asyura saat masih berada di Makkah. Namun saat itu, Nabi Muhammad SAW tidak meminta umatnya untuk ikut mengerjakan puasa sunah ini.

Lalu, Nabi Muhammad SAW tiba di Madinah. Di sana, ia melihat orang-orang Yahudi berpuasa Asyura dan memuliakan hari tersebut. Nabi SAW pun berpuasa pada hari itu dan memerintahkan para sahabat untuk ikut melakukannya.

Menurut penjelasan Syekh Muhammad bin 'Abdul Baqi az-Zurqani dalam kitabnya Syarhu Mawâhibil Ladduniyyah dengan mengutip Imam al-Qurtubi, Nabi Muhammad SAW berpuasa Asyura untuk meluluhkan hati orang Yahudi. Nabi Muhammad SAW menggunakan metode dakwah ini untuk mengajak ahlul kitab (Yahudi dan Nasrani) masuk Islam.

Rasulullah SAW ingin menunjukkan bahwa syariatnya tidak jauh berbeda dengan syariat Nabi Musa AS. Jadi, umat Yahudi berkesimpulan bahwa agama yang dibawa Nabi Musa AS dan Nabi Muhammad SAW memiliki ajaran, sumber, dan tuhan yang sama.

Umat Yahudi pun luluh dan lebih mudah diajak masuk Islam. Namun pada akhirnya, Nabi Muhammad SAW memerintahkan umat Islam berpuasa Tasua pada 9 Muharramagar tidak sama dengan Yahudi.

Pada waktu itu, puasa Asyura merupakan ibadah wajib, tapi berubah menjadi sunah muakkad (sunah yang sangat dianjurkan) setelah muslim diwajibkan puasa Ramadan. Ibnu 'Umar -radhiyallahu 'anhuma- mengatakan:

أَنَّ أَهْلَ الْجَاهِلِيَّةِ كَانُوا يَصُومُونَ يَوْمَ عَاشُورَاءَ وَأَنَّ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- صَامَهُ وَالْمُسْلِمُونَ قَبْلَ أَنْ يُفْتَرَضَ رَمَضَانُ فَلَمَّا افْتُرِضَ رَمَضَانُ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « إِنَّ عَاشُورَاءَ يَوْمٌ مِنْ أَيَّامِ اللَّهِ فَمَنْ شَاءَ صَامَهُ وَمَنْ شَاءَ تَرَكَهُ.

Artinya: Sesungguhnya orang-orang Jahiliyah biasa melakukan puasa pada hari Asyura. Rasulullah SAW pun melakukan puasa tersebut sebelum diwajibkannya puasa Ramadan, begitu pula kaum muslimin saat itu. Tatkala Ramadan diwajibkan, Rasulullah SAW mengatakan, "Sesungguhnya hari Asyura adalah hari di antara hari-hari Allah. Barang siapa yang ingin berpuasa, silakan berpuasa. Barang siapa meninggalkannya juga silakan,".

Keutamaan Puasa Asyura

Puasa Asyura 10 Muharram dalam kalender Hijriah memiliki keutamaan yang sangat besar dalam ajaran Islam. Beberapa keutamaan puasa Asyura antara lain sebagai berikut.

1. Menghapus Dosa Setahun Lalu

Salah satu keutamaan utama puasa Asyura adalah Allah SWT mengampuni dosa-dosa kecil setahun lalu bagi orang yang berpuasa pada hari Asyura. Hal ini berdasarkan hadis yang diriwayatkan Abu Qatadah RA bahwa Nabi Muhammad SAW bersabda:

"Puasa hari Asyura, aku berharap kepada Allah agar menghapus dosa setahun yang lalu." (HR. Muslim)

2. Meneladani Rasulullah SAW

Berpuasa pada hari Asyura merupakan sunah yang diajarkan Nabi Muhammad SAW. Dengan melaksanakannya, umat Islam mengikuti jejak dan teladan Rasulullah SAW.

3. Mengikuti Tradisi Nabi Sebelumnya

Para nabi terdahulu juga menganjurkan mengerjakan puasa Asyura. Termasuk Nabi Musa AS yang berpuasa pada hari ini sebagai tanda syukur atas penyelamatan Bani Israil dari penindasan Firaun.

Ketika Nabi Muhammad SAW mengetahui hal ini, beliau bersabda, "Kami lebih berhak terhadap Musa daripada kalian,". Kemudian Rasulullah SAW pun berpuasa pada hari Asyura dan menganjurkan umatnya untuk berpuasa juga. (HR. Bukhari dan Muslim).

4. Pahala dan Keberkahan

Berpuasa pada hari Asyura membawa keberkahan dan pahala besar. Banyak ulama mengajarkan berpuasa pada hari ini untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT dan memperkuat iman serta ketakwaan. Umat Islam juga dianjurkan berpuasa Tasua 9 Muharram sebagai pembeda dengan puasa umat Yahudi.




(irb/fat)


Hide Ads