Puasa Asyura adalah puasa pada hari ke-10 bulan Muharram. Puasa Asyura 2024 jatuh tanggal berapa sedang ramai dicari. Simak jadwal puasa Asyura 2024 lengkap dengan niat hingga keutamaannya.
Merangkum situs resmi Muhammadiyah, puasa Asyura merupakan salah satu amalan yang dianjurkan saat bulan Muharram. Nabi Muhammad SAW memerintahkan umat Islam memperbanyak puasa sunah pada bulan Muharram, khususnya menjalankan puasa Asyura.
وَسُئِلَ عَنْ صَوْمِ يَوْمِ عَرَفَةَ فَقَالَ يُكَفِّرُ السَّنَةَ الْمَاضِيَةَ وَالْبَاقِيَةَ . قَالَ وَسُئِلَ عَنْ صَوْمِ يَوْمِ عَاشُورَاءَ فَقَالَ يُكَفِّرُ السَّنَةَ الْمَاضِيَةَ
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Artinya: Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam ditanya mengenai keutamaan puasa Arafah? Beliau menjawab, "Puasa Arafah akan menghapus dosa setahun yang lalu dan setahun yang akan datang,". Beliau juga ditanya mengenai keistimewaan puasa Asyura? Beliau menjawab, "Puasa Asyura akan menghapus dosa setahun yang lalu,".
Jadwal Puasa Asyura 2024
Tahun ini, ada perbedaan jadwal puasa Asyura 2024 antara pemerintah, Muhammadiyah, dan Nahdlatul Ulama (NU). Jadwal puasa Asyura versi pemerintah sama dengan Muhammadiyah, yaitu jatuh hari Selasa 16 Juli 2024.
Sementara NU menetapkan jadwal puasa Asyura 10 Muharram 1446 Hijriah jatuh pada Rabu 17 Juli 2024. Dengan begitu, puasa Tasua versi NU bertepatan pada Selasa 16 Juli 2024, sedangkan puasa tasua versi pemerintah dan Muhammadiyah jatuh Senin 15 Juli 2024.
Niat Puasa Asyura 10 Muharram
نَوَيْتُ صَوْمَ عَاشُورَاءَ لِلّٰهِ تَعَالَى
Latin: Nawaitu shauma asyura-a lilahi ta'ala.
Artinya: Saya niat puasa Asyura karena Allah ta'ala.
Tata Cara Puasa Asyura
Pada dasarnya tata cara puasa Asyura tidak berbeda dengan puasa sunah lainnya. Melansir NU Online, berikut ini tata cara puasa Asyura 10 Muharram yang bisa diamalkan.
- Membaca niat dalam hati.
- Disunahkan makan sahur.
- Menahan dari dari hal-hal yang membatalkan puasa sejak terbit fajar hingga terbenamnya matahari.
- Menjaga diri dari hal-hal yang mengurangi pahala puasa seperti berdusta, berkata kotor, menggunjing orang lain dan lain sebagainya.
- Menyegerakan berbuka puasa begitu masuk waktu Magrib.
Keutamaan Puasa Asyura
Puasa Asyura 10 Muharram dalam kalender Hijriyah memiliki keutamaan yang sangat besar dalam ajaran Islam. Beberapa keutamaan puasa Asyura antara lain sebagai berikut.
1. Menghapus Dosa Setahun Lalu
Salah satu keutamaan utama puasa Asyura adalah Allah SWT mengampuni dosa-dosa kecil setahun lalu bagi orang yang berpuasa pada hari Asyura. Hal ini berdasarkan hadis yang diriwayatkan Abu Qatadah RA bahwa Nabi Muhammad SAW bersabda:
"Puasa hari Asyura, aku berharap kepada Allah agar menghapus dosa setahun yang lalu." (HR. Muslim)
2. Meneladani Rasulullah SAW
Berpuasa pada hari Asyura merupakan sunah yang diajarkan Nabi Muhammad SAW. Dengan melaksanakannya, umat Islam mengikuti jejak dan teladan Rasulullah SAW.
3. Mengikuti Tradisi Nabi Sebelumnya
Para nabi terdahulu juga menganjurkan mengerjakan puasa Asyura. Termasuk Nabi Musa AS yang berpuasa pada hari ini sebagai tanda syukur atas penyelamatan Bani Israil dari penindasan Firaun.
Ketika Nabi Muhammad SAW mengetahui hal ini, beliau bersabda, "Kami lebih berhak terhadap Musa daripada kalian,". Kemudian Rasulullah SAW pun berpuasa pada hari Asyura dan menganjurkan umatnya untuk berpuasa juga. (HR. Bukhari dan Muslim).
4. Pahala dan Keberkahan
Berpuasa pada hari Asyura membawa keberkahan dan pahala besar. Banyak ulama mengajarkan berpuasa pada hari ini untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT dan memperkuat iman serta ketakwaan. Umat Islam juga dianjurkan berpuasa Tasua 9 Muharram sebagai pembeda dengan puasa umat Yahudi.
Sejarah Puasa Asyura
Dilansir dari situs resmi Masjid Manarul Ilmi ITS, Rasulullah SAW awalnya mengerjakan puasa Asyura saat masih berada di Makkah. Saat itu, Nabi Muhammad SAW tidak meminta umatnya untuk ikut mengerjakan puasa sunah ini.
Lalu, Nabi Muhammad SAW tiba di Madinah. Di sana, ia melihat orang-orang Yahudi berpuasa Asyura dan memuliakan hari tersebut. Nabi SAW pun berpuasa pada hari itu dan memerintahkan para sahabat untuk ikut melakukannya.
Pada waktu itu puasa Asyura merupakan ibadah wajib. Hingga akhirnya berubah menjadi sunah muakkad (sunah yang sangat dianjurkan) setelah puasa Ramadan menjadi ibadah wajib.
Nabi SAW pun tidak lagi memerintahkan secara khusus untuk melaksanakan puasa Asyura. Ibnu 'Umar -radhiyallahu 'anhuma- mengatakan:
أَنَّ أَهْلَ الْجَاهِلِيَّةِ كَانُوا يَصُومُونَ يَوْمَ عَاشُورَاءَ وَأَنَّ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- صَامَهُ وَالْمُسْلِمُونَ قَبْلَ أَنْ يُفْتَرَضَ رَمَضَانُ فَلَمَّا افْتُرِضَ رَمَضَانُ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « إِنَّ عَاشُورَاءَ يَوْمٌ مِنْ أَيَّامِ اللَّهِ فَمَنْ شَاءَ صَامَهُ وَمَنْ شَاءَ تَرَكَهُ.
Artinya: Sesungguhnya orang-orang Jahiliyah biasa melakukan puasa pada hari Asyura. Rasulullah SAW pun melakukan puasa tersebut sebelum diwajibkannya puasa Ramadan, begitu pula kaum muslimin saat itu. Tatkala Ramadan diwajibkan, Rasulullah SAW mengatakan, "Sesungguhnya hari Asyura adalah hari di antara hari-hari Allah. Barang siapa yang ingin berpuasa, silakan berpuasa. Barang siapa meninggalkannya juga silakan,".
(irb/iwd)