Sosok Mama Ghufron yang Viral Bisa Berbicara dengan Semut di Mata Santrinya

Sosok Mama Ghufron yang Viral Bisa Berbicara dengan Semut di Mata Santrinya

Ardian Dwi Kurnia - detikJatim
Kamis, 27 Jun 2024 21:00 WIB
Santri Pesantren UNIQ Surabaya bersama Mama Ghufron.
Mama Ghufron bersama para santrinya/Foto: Dok Pesantren UNIQ Surabaya
Surabaya -

Mama Ghufron Al Bantani sedang viral dan menjadi perbincangan di media sosial. Sebab, tersebar video ceramahnya yang menggunakan bahasa Suryani serta klaim bahwa ia bisa berbicara dengan semut.

Penceramah yang dikenal dengan nama Mama Ghufron ini memiliki sembilan ponpes di pulau Jawa, Sumatera, dan Kalimantan. Ia pertama kali mendirikan ponpes di Surabaya tahun 1999.

Semua ponpes yang didirikan Mama Ghufron bernama Ponpes UNIQ, akronim dari Ulin Nuril Islamil Qoyyidi. Artinya, adalah orang-orang yang mempunyai cahaya Islam yang kokoh.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Terkait ramainya video sang guru di media sosial, santri senior sekaligus pengurus Ponpes UNIQ Surabaya Muhammad Qusairi angkat bicara. Ia tak menampik adanya komentar miring di setiap unggahan video Mama Ghufron.

"Saya juga melihat komentar buruk tentang Abuya Ghufron di TikTok, Snack Video, dan Instagram. Tapi saya biarkan, mungkin itu karena ketidaktahuan mereka," kata Qusairi pada detikJatim, Kamis (27/6/2024).

ADVERTISEMENT

Qusairi yang sudah nyantri di Ponpes UNIQ sejak tahun 2000 ini juga menjelaskan bagaimana Mama Ghufron bisa berbahasa Suryani dan berbicara dengan semut. Menurutnya, kemampuan ini didapatkan sang guru melalui perjalanan spiritual.

"Sekitar tahun 1982 sampai 1983, Abuya Ghufron pernah dikubur hidup-hidup selama 40 hari 40 malam. Waktu itu Beliau masih jadi santri di Banten," terang Qusairi," terang Qusairi.

"Dari situ kemudian beliau bisa bahasa Suryani. Memang sulit dilogika, tapi kalau sudah setingkat beliau memang seperti itu adanya," sambungnya.

Bagi Qusairi, Mama Ghufron adalah guru sekaligus teladan. Kepada detikJatim, ia menceritakan bagaimana sang guru saat merintis ponpes.

"Dulu waktu awal di Surabaya, beliau sampai ngontrak tiga rumah yang harganya sampai Rp 30 juta untuk dibuat ponpes. Santrinya sampai 200 lebih," kenang Qusairi.

"Semua digratiskan. Seperti makanan, kebutuhan sehari-hari, bahkan keperluan bagi perempuan itu tidak diminta biaya sama sekali. Jadi kita fokus hanya belajar di sini," imbuhnya.

Kedermawanan sang guru begitu terkenang bagi Qusairi. Mama Ghufron dikenal sebagai seseorang yang senang berbagi.

"Setiap zakat, ponpes ini tidak pernah dizakati, tetapi justru memberi zakat kepada warga sekitar. Ya dari Abuya Ghufron itu semuanya. Pernah juga waktu pandemi, beliau membagikan beras sampai 50 ton di beberapa tempat di pulau Jawa dan Madura," ungkap Qusairi.

"Jadi beliau memberikan contoh langsung kepada santrinya untuk berbagi kepada siapapun. Tidak hanya lewat lisan tapi langsung dicontohkan dalam keseharian Abuya Ghufron," tambahnya.

Selain menjadi teladan, Qusairi juga menganggap Mama Ghufron seperti ayahnya sendiri. Karena sekarang sang guru lebih banyak menghabiskan waktu di Ponpes UNIQ Malang dan berkeliling untuk ceramah, kunjungan ke Surabaya menjadi momen yang dinantikan Qusairi.

"Saya ke abuya itu manggilnya bapak, karena sudah lama juga saya diasuh oleh beliau. Semenjak 2010, beliau lebih banyak di Ponpes yang di Malang, jadi sesekali saja datang ke sini," tutur Qusairi.

"Datangnya juga tidak tentu dan tidak bisa diprediksi kapan. Apalagi sekarang banyak mengisi acara di luar kota, kadang bisa sebulan sekali baru datang ke sini. Tapi kalau beliau berkunjung ya seperti bapak yang sedang menengok anaknya," pungkasnya.




(hil/iwd)


Hide Ads