Kisah Jukir Jombang dan Celengan Kayu Pewujud Mimpi ke Tanah Suci

Kisah Jukir Jombang dan Celengan Kayu Pewujud Mimpi ke Tanah Suci

Esti Widiyana - detikJatim
Kamis, 30 Mei 2024 12:30 WIB
Salamun jemaah haji Jombang
Salamun (kanan), jukir Jombang yang naik haji tahun ini. (Foto: Dok. Istimewa)
Surabaya -

Salamun akhirnya bisa mewujudkan mimpinya berangkat ke Tanah Suci. Bekerja sebagai juru parkir (jukir) tak membuatnya pesimistis pergi haji. Dia bahkan sudah membulatkan tekad dengan menabung untuk haji sejak 2005.

Pria berusia 64 tahun ini sehari-hari menjadi tukang parkir di kawasan pertokoan sekitar kampus Universitas Darul 'Ulum (Undar) Jombang. Penghasilannya itu disisihkan dan bisa berangkat haji tahun ini dari Embarkasi Surabaya kloter 63.

"Saking inginnya naik haji, suatu siang pada tahun 2005 saya mengambil kotak celengan yang sudah saya pesan dari tukang kayu. Saya sudah membulatkan niat untuk rutin menabung. Pada malam hari setelah salat tahajud, saya masukkan uang 50 ribu ke celengan tersebut sambil saya niatkan saya harus pergi haji dan saya harus bisa rutin menabung," kata Salamun di Asrama Haji, Kamis (30/5/2024).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dari celengan kayu itu lah, mimpi Salamun ke Tanah Suci pelan-pelan dipupuk. Ia tak menabung dengan nominal sama setiap hari. Terkadang Rp 2 ribu, Rp 10 ribu, hingga Rp 50 ribu bila mendapat rezeki tak terduga.

Setelah enam tahun menabung, pada tahun 2011 Salamun membongkar celengan kayu khusus untuk haji. Ternyata sudah terkumpul Rp 25 juta dan langsung mendaftar haji. Celengan kayu itu jadi saksi bisu Salamun mewujudkan mimpinya pergi haji.

ADVERTISEMENT

Warga Dusun Temulawak, Desa Kebon Temu, Kecamatan Peterongan ini mengatakan, untuk menambah pelunasan haji, ia tak hanya menjadi juru parkir. Salamun juga menjual minuman kemasan di tempat ia menjadi jukir.

Dia bercerita, pada 2016 saat sedang bekerja ada seseorang yang mengingatkannya. Yakni, bila ia tidak segera mendaftarkan istrinya haji, maka mereka tidak akan bisa segera berangkat bersama.

"Dari awal memang saya hanya mampu mendaftar haji untuk saya sendiri. Saat itu saya masih ada tanggungan membayar biaya kuliah dua anak serta seorang anak yang masih SMA," ceritanya.

Setelah itu, ia memecahkan celengan untuk modal sang istri mendaftar haji. Tabungannya sudah terkumpul Rp 6 juta.

"Agar mencukupi untuk mendaftar haji, saya meminjam dana talangan haji di KBIH," ujarnya.

Setelah menunggu 13 tahun, Salamun dan istri bisa berangkat haji bersama istrinya lewat kuota penggabungan. Dia tak menyangka, dari penghasilan yang tak menentu itu akhirnya bisa menjalankan rukun Islam ke-5.

"Semoga anak-anak, cucu-cucu, para saudara dan tetangga, serta semua orang yang pernah memberi saya uang, bisa dipanggil ke tanah suci semua," harapnya.




(hil/dte)

Koleksi Pilihan

Kumpulan artikel pilihan oleh redaksi detikjatim


Hide Ads