Suhu politik di Surabaya makin menghangat. Paslon petahana Eri Cahyadi-Armuji terus aktif bergerilya berburu rekomendasi partai politik. Sedangkan nama-nama lain juga mulai bermunculan.
Munculnya baliho Kaesang Pangarep di sejumlah jalanan Kota Pahlawan tak dapat dimungkiri menambah tensi politik jelang Pemilihan Wali Kota (Pilwali) Surabaya. Sebelumnya juga ada beberapa nama yang mencuat meramaikan pesta demokrasi 5 tahunan sekali itu.
Pengamat Universitas Airlangga (Unair) Fahrul Muzaqqi menyebut Eri memang masih belum tertandingi saat ini. Tapi, ketika ada nama-nama tenar diturunkan di Surabaya, potensi mengalahkan Eri sangat terbuka lebar.
"Karena Surabaya ini kota besar, dan perlu figur atau tokoh level nasional untuk bertarung di Surabaya. Jika ada tokoh nasional turun di Surabaya, maka bisa sangat seru Pilwali," kata Fahrul kepada detikJatim, Rabu (29/5/2024).
Fahrul menyebut nama-nama tenar yang dimaksud. Di antaranya Ketum PSI yang juga putra bungsu Presiden Jokowi, Kaesang Pangarep hingga kader Gerindra Ahmad Dhani.
"Dua nama ini Kaesang dan Dhani punya bekal popularitas sebagai tokoh nasional. Keduanya saya kira akan laku dijual di masyarakat karena punya bekal elektabilitas dan popularitas," jelasnya.
"Dhani kita tahu baru saja menjadi anggota DPR RI terpilih dari dapil Surabaya-Sidoarjo. Sementara Kaesang, kita tahu semua kiprah Kaesang," tambahnya.
Menurut Fahrul, jika tokoh-tokoh nasional turun di Surabaya, bukan tidak mungkin mereka bakal jadi pesaing kuat Eri. Apalagi, jika tokoh nasional itu diduetkan dengan tokoh lokal potensial, utamanya anak muda.
"Sangat potensial, semisal Kaesang-Bayu Airlangga atau Dhani-Bayu Airlangga sangat kompetitif untuk ukuran menang-kalah melawan Eri-Armuji," jelasnya.
"Kolaborasi tokoh nasional dengan tokoh lokal, apalagi anak muda sangat bagus di Surabaya. Namun, tentu perlu kerja keras, mengingat ceruk warga Surabaya ini cukup banyak pemilih rasional yang melihat rekam jejak bakal calon pemimpinnya," tandasnya.
Simak Video "Video: Jurus Walkot Eri Bantu UMKM-Turunkan Kemiskinan di Surabaya"
(dpe/dte)