Semburan Lumpur Lapindo terjadi 18 tahun silam. Hingga saat ini semburan lumpur itu belum berhenti dan masih menyisakan kepedihan bagi sejumlah korbannya. Salah satunya Purwaningsih, warga Kelurahan Siring, Porong, Sidoarjo.
Tepatnya pada 29 Mei 2006 semburan lumpur pertama kali muncul di fasilitas pengeboran PT Lapindo Brantas. Semburan lumpur itu terus meluas hingga ditetapkan sebagai bencana nasional dengan jumlah warga yang menjadi korban kehilangan rumah dan tanah mencapai ribuan orang.
Salah satu korban itu Purwaningsih (65), warga RT 3, RW 1, Kelurahan Siring, Porong. Peristiwa kebakaran di 4 rukun tetangga imbas gas metana liar yang turut tersembur dari Lumpur Lapindo di Siring barat pada 8 September 2010 tidak akan dia lupakan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dalam kebakaran itu Purwaningsih (65) dan Devi Purbawiyanto (33) turut menjadi korban. Akibat kebakaran itu Purwaningsih mengalami luka bakar 78% sedangkan Devi mengalami luka bakar 47%.
Luka bakar Purwaningsih tak kunjung sembuh hingga saat ini. Bahkan, kaki kanan Purwaningsih harus diamputasi akibat peristiwa kebakaran yang masih menyisakan kengerian baginya.
"Kalau teringat kejadian kebakaran, saya sedih, karena mulai tahun 2010 luka bakar saya tak kunjung sembuh. Bahkan saat ini saya rela kaki kanan diamputasi demi kesembuhan," kata Purwaningsih di rumahnya, Rabu (29/5/2024).
Purwaningsih mengakui dirinya mendapatkan ganti rugi sebesar Rp 1 miliar lebih. Namun uang ganti rugi itu habis untuk pengobatan luka bakar dirinya dan anaknya.
"Uang ganti rugi habis untuk pengobatan, hanya tersisa membeli rumah di daerah Blitar yang harganya sekitar Rp 250 juta," kata Purwaningsih.
Sambil meneteskan air mata saat ditemui detikJatim di rumahnya, Purwaningsih berharap dirinya segera memiliki kaki palsu agar tidak hanya bisa duduk di kursi roda. Dia ingin melakukan aktifitas layaknya ibu-ibu normal lainnya.
"Namun harganya sekitar Rp 25 juta. Mana saya mampu?" Ucapnya.
Sebelum kaki Purwaningsih diamputasi, setiap hari dia memiliki kesibukan membuka warung kecil-kecilan untuk menyambung hidup bersama anak laki-lakinya di Kelurahan Gedang, Kecamatan Porong, Sidoarjo. Kini dia hanya bisa mengandalkan bantuan dari kerabatnya.
"Kami berharap Pemkab atau penjabat di Kabupaten Sidoarjo untuk memberikan bantuan. Apapun bantuan kami menerima, syukur bantuan kursi roda," tandas Purwaningsih.
(dpe/dte)