Kenali Bahaya Leptospirosis Agar Bisa Segera Ditangani

Kenali Bahaya Leptospirosis Agar Bisa Segera Ditangani

Allysa Salsabillah Dwi Gayatri - detikJatim
Senin, 27 Mei 2024 18:00 WIB
Ilustrasi penyakit yang muncul saat musim hujan dan banjir
Ilustrasi lingkungan yang mudah terserang leptospirosis. Foto: Shutterstock
Surabaya -

Bahaya penyakit leptospirosis menjadi salah satu topik yang penting untuk dipahami. Hal ini dikarenakan penyakit tersebut dapat menyebar melalui darah atau urine hewan yang terinfeksi.

Leptospirosis merupakan salah satu penyakit zoonosa yang menjadi masalah kesehatan di beberapa daerah di Indonesia. Penyakit ini juga tergolong penyakit yang langka.

Masyarakat perlu waspada karena penyakit ini berisiko menimbulkan komplikasi berbahaya seperti meningitis, kerusakan ginjal, hingga gagal hati. Lantas apa saja bahaya penyakit leptospirosis?

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Bahaya Leptospirosis

Dikutip dari laman Instagram Jatimpemprov, leptospirosis merupakan penyakit yang disebabkan kuman leptospira SP. Kuman tersebut masuk ke tubuh melalui kulit luka, selaput ucosa (mata, hidung, mulut) yang kontak dengan lingkungan yang terkontaminasi kencing tikus yang terinfeksi kuman leptospira.

Berdasarkan laman resmi Kementerian Kesehatan, leptospirosis ini ditularkan melalui kontak dengan air, lumpur, tanaman yang telah tercemar air seni tikus, dan hewan lain yang mengandung bakteri leptospira.

ADVERTISEMENT

Umumnya penyakit ini akan menyerang para petani, pekerja perkebunan, pekerja tambang/selokan, pekerja rumah potong hewan, dan militer. Adapun lingkungan yang dapat terkontaminasi penyakit ini yakni banjir, genangan, tempat sampah, persawahan, perkebunan, sungai, sumber air, dan lainnya.

Penyebaran penyakit ini juga dapat meluas ke wilayah lainnya apabila air pada banjir mengalir ke beberapa daerah yang mana mengandung kuman leptospira. Hewan-hewan yang menjadi sumber penularan leptospirosis antara lain ada tikus, babi, sapi, kambing, domba, kuda, anjing, kucing, serangga, burung, landak, tupai, dan kelelawar.

Gejala Penyakit Leptospirosis

Gejala leptospirosis biasanya cenderung sesuai tingkat keparahannya. Terdapat sejumlah gejala awal dari penyakit ini sebagai berikut.

  • Demam di atas 38,5 derajat celsius/tanpa sakit kepala
  • Mata atau kulit kuning
  • Diare
  • Mata merah
  • Nyeri otot
  • Nyeri betis
  • Mual
  • Nafsu makan berkurang
  • Susah kencing dengan warna kecoklatan (seperti teh)

Apabila merasakan gejala tersebut setelah beraktivitas di lingkungan yang terkontaminasi 1-2 minggu sebelumnya, maka dianjurkan segera berobat ke fasilitas kesehatan terdekat.

Cara Pencegahan Leptospirosis

Ada beberapa cara supaya terhindar dari penyakit leptospirosis. Masyarakat yang berada di lingkungan rawan harus memahami cara pencegahannya agar tidak sampai mengalaminya.

  • Menghindari kontak dengan lingkungan yang terkontaminasi.
  • Menggunakan APD (Alat Pelindung Diri) saat beraktivitas dengan lingkungan yang terkontaminasi. APD dapat berupa sarung tangan, sepatu boot, masker, dan lainnya.
  • Menjaga kebersihan lingkungan seperti membuang sampah di tempatnya, membersihkan sarang tikus dan genangan air bekas banjir, menghindari kontak dengan genangan air bekas banjir.
  • Menjalankan pola hidup yang bersih dan sehat. Hal tersebut dapat dilakukan dengan mencuci pakaian bagian tubuh yang kontak dengan lingkungan yang terkontiminasi. Selain itu juga dapat dilakukan dengan mencuci tangan dan kaki dengan sabun setelah beraktivitas.
  • Menggunakan plester luka anti air apabila mempunyai luka terbuka dan harus ke area persawahan.
  • Menghindari area persawahan apabila tidak ada kepentingan yang mendesak.

Artikel ini ditulis oleh Allysa Salsabillah Dwi Gayatri, peserta Magang Bersertifikat Kampus Merdeka di detikcom.




(irb/fat)


Hide Ads