Banjir yang terjadi saat musim hujan membawa penyakit penyerta yang wajib diwaspadai. Salah satu penyakit yang tidak boleh disepelekan adalah leptospirosis. Apa itu penyakit leptospirosis? Yuk, kenali gejala hingga cara pencegahannya.
Dilansir dari situs resmi Kementerian Kesehatan, penyakit leptospirosis merupakan salah satu penyakit yang ditularkan melalui kencing tikus. Bakteri dari kencing tikus masuk ke dalam tubuh melalui kulit yang lecet maupun selaput lendir saat kontak dengan banjir.
Apa Itu Leptospirosis
Situs resmi Siloam Hospitals menerangkan, leptospirosis terjadi karena infeksi bakteri leptospira interrogans. Leptospirosis termasuk penyakit zoonosis karena penularan dapat terjadi dari hewan ke manusia. Sejumlah hewan yang kerap menularkan leptospirosis adalah tikus, anjing, serta hewan ternak.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ada dua fase leptospirosis, yaitu fase leptospiremia (septisemik) dan fase imun. Fase leptospiremia merupakan fase pertama yang terjadi dalam jangka waktu 2-14 hari setelah tubuh terinfeksi. Pada fase ini, bakteri leptospira dapat ditemukan pada darah sehingga dapat dideteksi melalui tes darah.
Sementara dalam fase imun, bakteri leptospira telah masuk ke dalam organ tubuh tertentu, terutama ginjal yang memproduksi urine. Oleh karena itu, pada fase ini diagnosis leptospirosis dilakukan melalui tes urine.
Penyebab Leptospirosis
Penyebaran penyakit leptospirosis dari hewan ke manusia karena bakteri leptospira hidup dan berkembang di dalam ginjal hewan. Berikut cara penyebaran leptospirosis.
- Kontak langsung dengan urine atau darah hewan yang terinfeksi bakteri leptospira.
- Kontak langsung dengan air atau tanah yang terkontaminasi bakteri leptospira.
- Konsumsi makanan atau minuman yang terkontaminasi bakteri leptospira.
Penyakit leptospirosis juga dapat terjadi karena berbagai faktor risiko lainnya. Berikut beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko terserang penyakit leptospirosis.
- Pekerjaan berhubungan dengan hewan seperti peternak dan dokter hewan.
- Pekerja tambang.
- Bekerja di area sekitar saluran pembuangan atau selokan.
- Tinggal di daerah yang rawan banjir.
- Sering berkemah dan rekreasi air di alam bebas.
Leptospirosis juga bisa menular antarmanusia melalui hubungan seksual dan ASI. Namun, kasus leptospirosis yang disebabkan hubungan seksual dan ASI sangat jarang terjadi.
Gejala Leptospirosis
Ada beberapa gejala penyakit leptospirosis yang dapat dirasakan pasien yang terjangkit. Mengenal gejala leptospirosis dapat membantu penanganan penyakit lebih cepat.
- Demam mendadak
- Lemah
- Mata merah
- Kekuningan pada kulit
- Sakit kepala
- Nyeri otot betis
Penanganan Leptospirosis
Leptospirosis dengan gejala ringan tidak memerlukan penanganan khusus dan dapat sembuh sendiri dalam tujuh hari. Namun, leptospirosis dengan gejala berat harus mendapatkan penanganan tepat untuk mencegah risiko komplikasi. Berikut penanganan yang bisa dilakukan untuk menangani leptospirosis.
1. Pemberian Obat
Pemberian obat antibiotik untuk menangani infeksi leptospirosis. Dokter biasanya juga memberikan obat anti-nyeri dan penurun demam seperti ibuprofen atau paracetamol untuk meredakan gejala leptospirosis.
2. Rawat Inap di RS
Jika gejala cukup parah, penderita leptospirosis harus menjalani rawat inap di rumah sakit agar mendapatkan penanganan lebih lanjut. Penanganan tersebut meliputi di bawah ini.
- Pemberian antibiotik melalui injeksi atau infus.
- Infus cairan untuk mencegah dehidrasi.
- Pemasangan ventilator apabila mengalami gagal napas.
- Transfusi darah apabila terjadi perdarahan berat di dalam tubuh.
- Cuci darah apabila infeksi leptospirosis menyebabkan kerusakan ginjal.
Pencegahan Leptospirosis
Mencegah lebih baik dari mengobati. Untuk itu, perlu dikehatui cara pencegahan leptospirosis. Berikut beberapa hal penting untuk mencegah penyakit leptospirosis.
- Menggunakan sarung tangan dan sepatu boots saat membersihkan rumah/selokan.
- Mencuci tangan dengan sabun setelah selesai beraktivitas.
(irb/fat)