Para biksu agama Buddha menjalankan salah satu ritual menjelang hari raya Waisak yang disebut dengan thudong. Apa yang dimaksud dengan ritual thudong yang dilakukan para biksu untuk menyambut hari raya Tri Suci Waisak?
Pada 20 Mei 2024, sebanyak 40 biksu yang melakoni ritual thudong dari Semarang telah tiba di Candi Borobudur, Kabupaten Magelang. Rombongan biksu ini telah berjalan sepanjang 60 km atau setara dengan lima hari perjalanan. Tidak hanya dari Indonesia, biksu yang datang juga berasal dari Thailand, Malaysia, Singapura, hingga Korea Selatan.
Selama perjalanan, para biksu yang menjalankan ritual thudong itu mendapatkan sambutan hangat dari masyarakat lintas agama. Para warga turut memberikan minuman, buah-buahan, dan obat-obatan sebagai bentuk perhatian.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Setiap tahunnya, ritual thudong selalu berhasil menarik antusias masyarakat. Ritual ini bahkan kerap viral di media sosial saat menjelang Waisak. Tak sedikit pula masyarakat yang penasaran dengan tradisi ini. Lantas, apa itu ritual thudong?
Pengertian Ritual Thudong
Dikutip laman Ditjen Bimas Buddha Kemenag RI, thudong adalah perjalanan ritual para bhante atau biksu yang dilakukan dengan berjalan kaki sepanjang ribuan kilometer. Tradisi ini juga dianggap sebagai perjalanan spiritual.
Tujuan para biksu melakukan thudong adalah sebagai perjalanan religi. Hal ini karena thudong merupakan tradisi berjalan sejak zaman Sang Buddha belum memiliki wihara, tempat tinggal, dan transportasi. Sehingga, para bhante yang hidup kala itu harus jalan dari hutan ke hutan untuk menyebarkan ajaran mereka.
Thudong dilakukan dengan cara berjalan kaki sembari merenung. Sebelum melakukan perjalanan, para biksu akan berdiam diri di suatu tempat dan berpuasa. Kegiatan ini dilakukan selama empat bulan pada musim hujan. Thudong baru dilaksanakan ketika telah memasuki musim kemarau atau musim semi.
Ritual thudong juga mengajarkan arti dari kesabaran. Sepanjang menjalankan ritual ini, rombongan bhante hanya mengenakan jubah biksu, sepasang sandal, dan kaus kaki. Terlebih, para biksu pun berhadapan dengan panasnya matahari.
Mereka juga makan hanya sebanyak satu kali sehari dan minum secukupnya. Sebab dalam ajaran Buddha, kesabaran adalah praktik dhamma tertinggi. Ini sebagaimana diajarkan oleh Sang Buddha.
Ritual Thudong dan Waisak 2024
Seperti tahun sebelumnya, para biksu kembali menjalankan tradisi thudong. Sebanyak 40 biksu mancanegara berpartisipasi dalam ritual thudong 2024. Bahkan, 32 biksu thudong telah melakukan perjalanan dari Thailand sejak tahun lalu.
Perjalanan dari Thailand bisa memakan waktu hingga empat bulan. Rombongan tersebut tiba di Candi Borobudur pada 20 Mei 2024 untuk mengikuti serangkaian prosesi Waisak.
Kemenag RI menyebut ada sederet rangkaian hari raya Waisak yang diawali dengan karya bakti ke taman makam pahlawan di seluruh Indonesia. Kegiatan ini dilakukan pada 5 Mei 2024. Acara kemudian dilanjutkan dengan berbagai kegiatan yang digelar di Candi Borobudur. Peringatan Waisak ini berlangsung pada 17-23 Mei 2024 dengan jadwal berikut.
- Screening pasien dan bakti sosial pengobatan gratis di Vihara GVA Mendut.
- Seremoni pembukaan bakti sosial pengobatan gratis di Taman Lumbini zona II Candi Borobudur.
- Kegiatan bakti sosial.
- Penyambutan Bhikkhu Thudong.
- Tradisi Mahayana, Nyingma Monlam Chenmo Indonesia di Taman Aksobya Candi Borobudur, puja bakti, dan meditasi malam di Candi Borobudur.
- Pengambilan api dharma di Mrapen, Grobogan dan dilanjutkan dengan ritual pensakralan air di Candi Mendut.
- Larung pelita purnama Siddhi di Sungai Progo, pradaksina pagi di Candi Borobudur, puja bakti, dan meditasi malam di Candi Borobudur.
- Pengambilan Air Berkah di Umbul Jumprit, Temanggung dan ritual pensakralan di Candi Mendut.
- Ada Atthasila di Vihara GVA Mendut, pradaksina pagi di Candi Borobudur, dan pindapata di pelataran Candi Mendut.
- 3rd Borobudur Peace & Prosperity Festival di Taman Aksobya Candi Borobudur, puja bakti, dan meditasi malam di Candi Borobudur.
- Festival Bhumi Mandala di Candi Ngawen.
Menjelang puncak Waisak 2568 BE/2024 M, akan dilakukan prosesi berjalan dari Candi Mendut menuju Candi Borobudur. Hal tersebut merupakan bagian dari rangkaian Waisak berupa menyemayamkan api dharma, yang dilanjutkan mengambil air suci.
Artikel ini ditulis oleh Alifia Kamila, peserta Magang Bersertifikat Kampus Merdeka di detikcom.
(irb/fat)