Hujan mengguyur Kota Semarang sore tadi. Namun, hal ini tak menyurutkan langkah para biksu thudong yang tengah berjalan kaki.
Pantauan detikJateng sekitar pukul 15.20 WIB, 36 biksu dari Thailand, Malaysia, dan Indonesia yang tengah menjalani ritual jalan kaki dari Thailand menuju Candi Borobudur itu tengah melintas di Jalan Perintis Kemerdekaan, Kelurahan Pudakpayung, Kecamatan Banyumanik, Kota Semarang.
Tampak para biksu yang mengenakan jubah khas berwarna coklat itu tidak mengeluh meski hujan deras mengguyur Kota Semarang. Beberapa warga dan pengendara yang melintas pun terlihat memberikan semangat.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tak jarang para biksu juga melambaikan tangan kepada pengendara dan warga yang mengabadikan momen tersebut melalui ponsel pribadi mereka masing-masing.
Salah satunya warga asal Kecamatan Semarang Barat, Wahyu (26). Ia menunggu di halte di tepi Jalan Perintis Kemerdekaan untuk mengabadikan para biksu thudong yang tengah menapaki perjalanan suci.
"Iya, tadi saya lihat para biksu jalan terus, walaupun hujan, mereka tetap semangat. Saya juga sempat kasih semangat dari pinggir jalan," kata Wahyu kepada detikJateng di lokasi, Rabu (7/5/2025).
![]() |
"Semangat juangnya patut dicontoh, karena kelihatan bajunya sudah basah, tapi mereka nggak mengeluh sama sekali," lanjutnya.
Wahyu mengaku mengikuti perjalanan para biksu dari Vihara Buddhagaya Watugong hingga prosesi puja bakti selesai. Ini menjadi kali ketiga dirinya menyaksikan langsung perjalanan Biksu Thudong di Indonesia.
"Walaupun tahun ini terlihat lebih sedikit dari tahun sebelumnya, rutenya kayaknya beragam. Cuma memang nggak melewati Bukit Kassapa yang bagus karena ada sungai, hutan," tuturnya.
![]() |
Terpisah, Ketua Umum Thudong 2025, Welly Widadi, menjelaskan, para Biksu akan bermalam di Vihara Gunung Kalong, Ungaran, sebelum melanjutkan perjalanan ke Ambarawa, Magelang Kota, dan akhirnya tiba di Candi Borobudur pada 10 Mei.
Welly menyebut, biksu telah terbiasa menghadapi situasi ekstrem sebagai bagian dari latihan batin dan fisik dalam tradisi Thudong.
"Biksu ini sebagian besar sudah dua-tiga kali ikut thudong di Indonesia. Kalau di Thailand, Nepal, India, sudah sering mengikuti thudong," jelasnya.
Perjalanan di Indonesia, kata Welly, justru terasa lebih menyenangkan bagi para biksu. Selain cuaca yang relatif bersahabat, sambutan masyarakat yang hangat dan antusias di sepanjang jalan membuat kelelahan terasa terbayar.
"Semua punya karakter masing-masing. Kalau panas semua juga ada karakternya sendiri. Kalau di Indonesia relatif lebih nyaman buat mereka berjalan," ungkapnya.
"Dari awal sampai Indonesia ini sudah kurang lebih berjalan 4 bulan. Di Indonesia tidak ada kendala, yang pasti panas dan hujan. Tetapi para bante sepanjang perjalanan happy (senang) sekali, bahagia melihat sambutan masyarakat," tambahnya.
(apu/ahr)