Perlombaan perkutut lokal itu digelar di salah satu lapangan di Desa Sumberkedawung, Kecamatan Leces. Sebanyak 900 orang peserta mendaftar mengikuti perlombaan ini.
Tidak hanya diikuti warga lokal Probolinggo saja, perlombaan ini juga diikuti peserta yang berasal dari Kediri, Lumajang, Jember, Madiun, Blitar, Madura, juga dari Surabaya.
Penyelenggara lomba KH Abu Hasan menjelaskan bahwa perlombaan burung perkutut ini sebenarnya digelar untuk melestarikan burung perkutut lokal, selain karena peminatnya cukup banyak.
"Sampai ditutup, pendaftarnya sudah 900 orang. Perlombaan ini untuk mengangkat jenis burung perkutut lokal," katanya, Minggu (19/6/2024).
Pantauan detikJatim, sebelum perlombaan dimulai panitia melakukan ritual menghilangkan praktik perdukunan atau ilmu hitam demi memenangkan burung tertentu, diakhiri dengan doa bersama.
![]() |
"Jadi burung perkutut lokal ini menurut nenek moyang dipercaya bisa mendatangkan rejeki, keselamatan, dan kewibawaan. Tapi juga identik dengan kejawen dan hal-hal ghaib," ujar Hasan.
Dia berharap dengan perhelatan lomba perkutut ini semakin banyak peminat yang menggemari atau hobi memelihara burung perkutut sehingga keberadaan burung ini tetap lestari.
Ada beberapa kelas yang dilombakan. Mulai dari Gacoran Poin 50, Gacoran Poin 75, Gacoran Poin 150, Gacoran Poin 200, serta Gacoran VIP, Gacoran A, dan Gacoran Bebas.
"Dari segi penilaian, yang dinilai mulai dari durasi bunyi burung prrkutut selama 20 menit. Termasuk suara depan, tengah, ujung, irama, dan dasar suara," katanya.
Salah seorang peserta perempuan asal Blitar, Wilda Arka Bagus mengaku untuk mengikuti lomba ini tidak ada persiapan khusus. Hanya saja burung perkutut lokal miliknya diberi jamu dan dilatih rutin selama beberapa minggu.
"Tidak ada persiapan khusus untuk mengikuti perlombaaan di Probolinggo. Nggak cuma sekali ini ikut lomba. Sudah beberapa kali dan Alhamdulillah sudah pernah menang lomba," ujar Wilda.
(dpe/iwd)