Intermittent fasting merupakan salah satu metode diet yang cukup populer akhir-akhir ini. Lantas, apa itu intermittent fasting?
Ada banyak cara diet yang dapat dilakukan demi menjaga bentuk badan ideal, salah satunya intermittent fasting atau metode puasa intermiten. Mayoritas orang berpendapat metode ini dapat membantu menurunkan berat badan dan menyederhanakan gaya hidup.
Dikutip dari Healthline, beberapa penelitian menunjukkan intermittent fasting berdampak baik bagi kesehatan. Ini dibuktikan dengan meningkatnya fungsi kognitif, kesehatan jantung, dan kondisi pencernaan yang lebih baik.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca juga: 6 Tips Diet Sehat, Tak Selalu soal Asupan |
Apa Itu Intermittent Fasting?
Sebelum menerapkan metode diet ini, ada baiknya mencari tahu terlebih dahulu seputar intermittent fasting. Puasa intermiten adalah pola makan yang berkaitan dengan periode puasa. Kegiatan puasa yang telah lekat dalam kehidupan sehari-hari menjadikan metode ini digemari masyarakat.
Intermittent fasting tidak menentukan jenis makanan yang harus dimakan, melainkan mengatur waktu untuk memakannya. Bagi sebagian orang, cara ini lebih tepat digambarkan sebagai mengatur pola makan.
Umumnya, metode ini melibatkan puasa selama 16 jam dengan rentang waktu untuk makan sepanjang 8 jam. Beberapa orang bahkan melakukannya selama 24 jam dalam dua kali seminggu.
Metode Intermittent Fasting
Pada dasarnya, intermittent fasting dilakukan dengan membagi periode antara makan dan puasa. Selama melangsungkan puasa, seseorang hanya boleh menenggak minuman bebas kalori seperti air putih, teh herbal, dan kopi hitam.
Meski begitu, ada beberapa cara berbeda untuk menerapkan intermittent fasting. Adapun berikut ini metode yang paling sering diterapkan untuk diet intermittent fasting.
1. Metode 16/8
Disebut juga sebagai protokol leangains, metode ini melibatkan periode makan 8 jam dan puasa 16 jam. Beberapa orang melakukan hal ini dengan melewatkan sarapan. Namun, ini bisa dilaksanakan secara sebaliknya dengan melewatkan makan malam untuk bisa menikmati sarapan.
2. Makan-Berhenti-Makan
Ini melibatkan puasa selama 24 jam sebanyak sekali hingga dua kali seminggu. Akan tetapi perlu diperhatikan, metode ini hanya bisa dilakukan seseorang yang sudah terbiasa dan tidak memiliki gangguan penyakit tertentu.
3. Diet 5:2
Metode ini mendorong seseorang untuk hanya mengonsumsi 500 hingga 600 kalori pada dua hari dalam seminggu. Kendati demikian, hal tersebut dapat dilakukan secara tidak berurutan. Lima hari sisanya bisa digunakan untuk mengonsumsi makanan dengan porsi normal.
Baca juga: 8 Tips Efektif Menurunkan Berat Badan |
Manfaat Intermittent Fasting
Turunnya berat badan menjadi alasan utama dalam penerapan intermittent fasting. Meski begitu, metode ini menyimpan banyak manfaat lainnya. Berdasarkan studi yang dibagikan dalam laman Healthline, setidaknya terdapat empat manfaat di balik puasa intermiten.
1. Penurunan Berat Badan
Manfaat pertama pastinya intermittent fasting akan menurunkan berat badan. Namun perlu diingat, penurunan berat badan tidak akan terjadi apabila seseorang masih mengonsumsi makanan dalam porsi yang besar.
2. Mengurangi Resistensi Insulin
Resistensi insulin mengacu pada kondisi ketika sel dalam tubuh tidak dapat mengatur kadar gula darah dengan baik akibat gangguan dalam merespons insulin. Intermittent fasting dapat menjadi salah satu upaya untuk menjaga kesehatan bagi para penderita resistensi insulin.
Ini disebabkan porsi dan waktu makan yang terkontrol akan mengatur tingkatan kadar gula darah dalam tubuh. Secara tidak langsung, puasa intermiten akan menghindarkan seseorang dari diabetes tipe 2.
3. Mencegah Peradangan
Intermittent fasting juga bisa menekan risiko peradangan. Umumnya, peradangan menjadi pemicu awal terjadinya berbagai penyakit kronis. Dalam kata lain, puasa intermiten melindungi seseorang dari penyakit berbahaya.
4. Meningkatkan Kesehatan Otak
Manfaat terakhir puasa intermiten adalah meningkatnya kesehatan otak. Beberapa penelitian menunjukkan metode ini berpotensi mendorong pertumbuhan neuron baru di hipokampus.
Hipokampus adalah bagian kecil di otak yang berperan penting dalam pembelajaran dan memori. Adanya pertumbuhan neuron baru berkontribusi pada peningkatan fungsi kognitif dan penurunan risiko penyakit neurodegeneratif.
Demikianlah penjelasan mengenai intermittent fasting. Tertarik untuk mencobanya sebagai metode diet, detikers?
Artikel ini ditulis oleh Alifia Kamila, peserta Magang Bersertifikat Kampus Merdeka di detikcom.
(irb/fat)