6 Contoh Khotbah Ibadah Kenaikan Yesus Kristus 2024

6 Contoh Khotbah Ibadah Kenaikan Yesus Kristus 2024

Albert Benjamin Febrian Purba - detikJatim
Senin, 06 Mei 2024 15:31 WIB
Ilustrasi perayaan Kenaikan Isa Almasih di Gereja
Ilustrasi (Foto: Pradita Utama/detikcom)
Surabaya -

Beberapa hari lagi, umat Kristiani akan menyambut Hari Kenaikan Yesus Kristus. Hari Kenaikan Yesus Kristus merupakan hari untuk memperingati peristiwa diangkatnya Yesus Kristus ke surga setelah 40 hari kebangkitannya. Peristiwa ini bertepatan dengan 40 hari setelah Paskah.

Menjelang hari kenaikan Yesus Kristus, kerap dilakukan khotbah keagamaan sebagai bentuk renungan diri atas pengorbanan Tuhan Yesus Kristus hingga naik ke surga.

Khotbah jadi komponen penting sebagai pelengkap ceramah keagamaan yang bertujuan untuk memberikan pengharapan untuk memperkuat iman umat Kristiani.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Berikut sederet contoh khotbah tentang Kenaikan Yesus Kristus yang telah dihimpun detikJatim untuk dapat dijadikan referensi oleh para pengkhotbah.

1. Khotbah Kenaikan Yesus Kristus 1


Tema Liturgis: GKJW Menjadi Saksi Dan Pelayan Kristus Di Tengah Perubahan

ADVERTISEMENT

Tema Khotbah: Konsisten Bersaksi Dan Melayani Pasca Pandemi

Kisah Para Rasul 1 : 1 - 11

Kisah Para Rasul adalah bagian kedua dari karya penulis Injil Lukas. Dalam Injil Lukas dituliskan segala sesuatu yang dikerjakan dan diajarkan oleh Yesus sampai pada hari Ia terangkat ke surga. Sedangkan dalam Kisah Para Rasul dimulai dari saat Yesus terangkat ke surga serta menceritakan tentang penyebarluasan Pekabaran Injil. Yesus telah mempersiapkan para murid untuk tugas perutusan dengan mengajar mereka selama Ia hidup dan saat menampakkan diri sekitar 40 hari setelah kebangkitan-Nya. Sebelum Yesus terangkat ke surga, Ia memberikan tugas kepada para murid yang telah dipersiapkan-Nya itu. Yesus memerintahkan kepada para murid agar menanti di Yerusalem sampai mereka diperlengkapi kuasa oleh Roh Kudus yang akan memberi mereka kuasa menjadi saksi Kristus di Yerusalem (Kis. 2-7), seluruh Yudea dan Samaria (Kis. 8-12) dan sampai ke ujung bumi (Kis. 13-26). Kuasa dari Roh Kudus itu memberikan perubahan baru di dalam kehidupan mereka. Kuasa (Yunani : δυναμισ : dunamis) bukan sekedar kekuatan atau kemampuan akan tetapi kuasa yang berkuasa dan bertindak (bersifat aktif) termasuk kuasa untuk mengusir roh jahat dan menyembuhkan orang sakit. Kuasa dari Roh Kudus ini juga memberikan kekuatan dan kemampuan kepada mereka untuk bersaksi dan menaati perintah serta pengajaran dari Yesus. Para murid menjadi saksi yang otentik, karena mereka melihat dan mendengar Yesus bangkit dari kematian.


Efesus 1 : 15 - 23

Surat Efesus ditulis dengan tujuan memberi penekanan bahwa mereka adalah persekutuan orang-orang percaya yang dipanggil keluar untuk bersaksi dan melayani. Efesus 1:15-23 adalah bagian dari doa syukur dan permohonan Paulus untuk kehidupan iman orang-orang Efesus. Paulus bersyukur karena saat mengenal Yesus, orang percaya di Efesus memiliki perubahan di dalam kehidupannya. Mereka semakin kuat di dalam iman secara pribadi sekaligus mereka memahami bahwa mereka dipilih dan dipanggil sebagai saksi Kristus, sehingga mereka juga memiliki kasih kepada sesamanya. Oleh karena apa yang mereka lakukan itu, Paulus menaikkan doa syukur atas keberadaan mereka yang telah menjadi saksi Kristus dan melayani dalam kasih bagi sasama, sekaligus memohonkan supaya mereka senantiasa mendapatkan hikmat dan wahyu agar terus dapat mengenal Kristus dengan benar. Hikmat yang mereka dapatkan akan memampukan mereka untuk memahami pengharapan dalam panggilan Kristus untuk mereka, kemuliaan yang diberikan untuk orang-orang kudus, serta kuasa bagi orang-orang percaya (Ay. 18-19). Dengan itu semua, mereka akan semakin berhikmat untuk terus bersaksi tentang Kristus dan melayani dalam kasih bagi sesama.


Lukas 24 : 44 - 53

Yesus menampakkan diri kepada para murid dan membuka pikiran mereka, sehingga mereka mengerti Kitab Suci (Ay. 45). Saat pikiran mereka terbuka dan mengerti Kitab Suci, maka ada perubahan dalam kehidupan mereka. Mereka mengerti akan tugasnya, yaitu menyampaikan berita tentang pertobatan dan pengampunan dosa. Yesus memberikan perintah kepada para murid untuk menjadi saksi-Nya dimulai dari Yerusalem sampai kepada segala bangsa. Akan tetapi sebelum mereka berangkat menjalankan tugas sebagai saksi Kristus, mereka terlebih dahulu harus tinggal di Yerusalem sampai diperlengkapi dengan kuasa Roh Kudus (Yunani: δυναμισ : dunamis). Kuasa yang diterima para murid yang tertulis di ayat 49 sama dengan kuasa untuk para murid yang tertulis pada Kisah Para Rasul 1:8 (karena memiliki akar kata yang sama). Para murid adalah orang Yahudi yang setia, sehingga perutusan mereka awal mulanya masih tetap di Yerusalem sampai mereka dibimbing oleh kuasa yang akan diberikan kepada mereka melalui Roh Kudus. Kuasa yang akan menjadikan mereka kuat dan setia untuk bersaksi akan Kristus dan melayani sesama seperti halnya Kristus. Mereka akan melakukan tugas pelayanan yang besar dan berat, karena akan ada perlawanan yang akan mereka hadapi dan mereka akan mengalami banyak penderitaan. Namun, kuasa itu akan menguatkan mereka dan menjadikan mereka berani, karena kuasa yang mereka terima bersifat aktif.


Setelah memberikan tugas itu, Yesus mengangkat tangan-Nya dan memberkati para murid-Nya. Berkat Tuhan menyatakan penyerahan perutusan-Nya kepada para murid sekaligus janji untuk mendampingi mereka melakukan tugas sebagai saksi-Nya. Para murid sujud untuk menghormati Yesus dan menerima tugas perutusan itu. Para murid tidaklah sedih atas kepergian Yesus ke surga, hal ini tentu berbeda saat kematian-Nya, para murid merasa sangat ketakutan, sehingga bersembunyi di ruang atas sebuah rumah. Mereka penuh kegembiraan kembali ke Yerusalem, karena memahami pemenuhan perutusan Yesus untuk menjadi saksi-Nya dan menantikan karunia yang dijanjikan-Nya, yaitu kuasa yang akan memperlengkapi mereka bersaksi tentang Kristus dan melayani sesama seperti yang diperbuat Kristus.


Benang Merah Tiga Bacaan:

Ketiga bacaan menggarisbawahi tentang perubahan kehidupan manusia setelah mengenal Yesus dan siap menerima tugas perutusan sebagai saksi Kristus dan melayani sesama seperti yang diperbuat Kristus. Para murid telah dipersiapkan sebagai saksi Kristus dengan pengajaran-pengajaran yang diberikan Yesus selama kehidupan-Nya dan melalui penampakan diri-Nya. Pada akhirnya para murid mengalami perubahan hidup dan pemahaman, setelah pikiran mereka dibukakan untuk mengerti Kitab Suci dan menerima janji akan mendapatkan kuasa yang menyertai tugas mereka. Mereka benar-benar siap menjadi saksi dan pelayan Kristus. Orang-orang percaya di Efesus pun mengalami perubahan hidup dan pemahaman setelah mereka mengenal Kristus. Mereka semakin kuat di dalam iman, menjadi saksi Kristus, dan melayani sesama dengan kasih. Pengenalan akan Yesus mengubah kehidupan manusia, sehingga menjadikannya siap untuk menjadi saksi Kristus dan melayani seperti yang diperbuat Kristus.


Pendahuluan

Tiada yang abadi di dunia ini, setiap saat kehidupan manusia berubah dan bahkan tidak bisa mengulang kembali apa yang telah terjadi sebelumnya. Kalaupun diulang pasti tidak akan sama persis, semua sudah berubah. Oleh karena itu, Heracletos, seorang filsuf Yunani kuno mengatakan, "Tidak ada yang tidak berubah kecuali perubahan itu sendiri". Pengenalan kita akan Yesus juga dapat mengubah kehidupan kita. Perubahan besar dalam kehidupan sejak mengenal Yesus dialami oleh seorang polisi bernama Fowler seperti yang disaksikan dalam PKJ.239 dengan judul Perubahan Besar (bisa dinyanyikan bersama jemaat).

Perubahan besar di kehidupanku

sejak Yesus di hatiku;

di jiwaku bersinar terang yang cerlang

sejak Yesus di hatiku.


Refrein:

Sejak Yesus di hatiku,

sejak Yesus di hatiku,

jiwaku bergemar, bagai ombak besar

sejak Yesus di hatiku.


Lagu ini ditulis oleh seseorang bernama Rufus. Rufus adalah seorang pendeta asal Ohio dan melayani di Christian Church Disciples of Christ. Lagu ini dia buat pada tahun 1914, ketika ia dan istrinya Margaret Dragoo kehilangan seorang anak mereka yang bernama Herschel. Lirik lagu ini kemudian digubah oleh Charles H. Gabriel dan pada tahun berikutnya diperdengarkan pada sebuah kebaktian "Billy Sunday". Dan pada saat yang sama, ada seorang polisi bernama Fowler mengikuti kebaktian tersebut, kemudian ia memutuskan untuk menerima dan mengikut Yesus. Selanjutnya terjadi "perubahan ajaib", yaitu ratusan rekan Fowler yang sesama polisi datang dan menerima Yesus Kristus dalam hidup mereka, bahkan keluarga mereka. Di dalam lagu tersebut nyata termaktub sebuah pengakuan bahwa ada perubahan dalam hidupnya ketika ia membiarkan Yesus menguasai hatinya. Dikatakan bahwa jiwanya bersinar terang, jiwanya bergemar bagai ombak besar, jiwanya segar, dan ia riang gembira berjalan terus menapaki kehidupan ini bersama dengan Yesus yang bertahta di hatinya. Kalau kita amati, maka perubahan besar yang dimaksudkan oleh si pembuat lagu bukanlah sebuah perubahan lahiriah yang sifatnya permukaan saja, tetapi sebuah perubahan yang bermula dari hati, bersumber pada jiwa terdalam seseorang yang jiwanya disentuh oleh kasih Yesus.


Isi


Perubahan besar dalam kehidupan sejak mengenal dan mengikuti Yesus dengan setia juga dialami oleh para murid Yesus dan juga orang-orang percaya di Efesus. Yesus telah mempersiapkan para murid untuk tugas perutusan dengan mengajar mereka selama Ia hidup dan saat menampakkan diri sekitar 40 hari setelah kebangkitan-Nya. Sebelum Yesus terangkat ke surga, Ia memberikan tugas kepada para murid yang telah dipersiapkan-Nya itu. Yesus memerintahkan kepada para murid agar menanti di Yerusalem sampai mereka diperlengkapi kuasa oleh Roh Kudus yang akan memberi mereka kuasa menjadi saksi Kristus di Yerusalem (Kis. 2-7), seluruh Yudea dan Samaria (Kis. 8-12) dan sampai ke ujung bumi (Kis. 13-26). Kuasa dari Roh Kudus itu memberikan perubahan baru di dalam kehidupan mereka. Kuasa (Yunani: δυναμισ : dunamis) bukan sekedar kekuatan atau kemampuan, akan tetapi kuasa yang berkuasa dan bertindak (bersifat aktif) termasuk kuasa untuk mengusir roh jahat dan menyembuhkan orang sakit. Kuasa dari Roh Kudus ini juga memberikan kekuatan dan kemampuan kepada mereka untuk bersaksi dan menaati perintah serta pengajaran dari Yesus. Para murid menjadi saksi yang otentik, karena mereka melihat dan mendengarkan sendiri, Yesus yang bangkit dari kematian.


Paulus bersyukur karena saat mengenal Yesus, orang percaya di Efesus memiliki perubahan di dalam kehidupannya. Mereka semakin kuat di dalam iman secara pribadi sekaligus mereka memahami bahwa mereka dipilih dan dipanggil sebagai saksi Kristus, sehingga mereka juga memiliki kasih kepada sesamanya. Oleh karena apa yang mereka lakukan itu, Paulus menaikkan doa syukur kepada Tuhan atas keberadaan mereka yang telah menjadi saksi Kristus dan melayani dalam kasih bagi sasama. Paulus juga memohonkan kepada Tuhan supaya mereka senantiasa mendapatkan hikmat dan wahyu, agar mereka dapat terus mengenal Kristus dengan benar. Hikmat yang mereka dapatkan akan memampukan mereka memahami pengharapan dalam panggilan Kristus untuk mereka, memahami kemuliaan yang diberikan untuk orang-orang kudus serta kuasa bagi orang-orang percaya (Ay. 18-19). Dengan itu semua, mereka akan semakin berhikmat untuk terus bersaksi tentang Kristus dan melayani dalam kasih kepada sesama.

Yesus menampakkan diri-Nya kepada para murid dan membuka pikiran mereka, sehingga mereka mengerti Kitab Suci (Ay. 45). Saat pikiran mereka terbuka dan mengerti Kitab Suci, maka ada perubahan dalam kehidupan mereka. Mereka mengerti akan tugas mereka, yaitu menyampaikan berita tentang pertobatan dan pengampunan dosa. Yesus memberikan perintah kepada para murid untuk menjadi saksi-Nya dimulai dari Yerusalem sampai kepada segala bangsa. Akan tetapi sebelum mereka menjalankan tugas sebagai saksi Kristus, mereka terlebih dahulu harus tinggal di Yerusalem sampai diperlengkapi dengan kuasa Roh Kudus (Yunani : δυναμισ : dunamis). Kuasa yang diterima para murid yang tertulis di ayat 49 sama dengan kuasa untuk para murid yang tertulis pada Kisah Para Rasul 1:8 (karena memiliki akar kata yang sama). Para murid adalah orang Yahudi yang setia, sehingga perutusan mereka awal mulanya masih tetap di Yerusalem sampai mereka dibimbing oleh kuasa yang akan diberikan kepada mereka melalui Roh Kudus. Kuasa yang akan menjadikan mereka kuat dan setia untuk bersaksi akan Kristus dan melayani sesama seperti halnya Kristus. Mengingat tugas yang mereka lakukan sangat besar dan berat karena akan ada perlawanan yang akan mereka hadapi dan penderitaan yang mereka alami. Akan tetapi kuasa itu akan menguatkan mereka dan menjadikan mereka berani, karena kuasa yang mereka terima bersifat aktif.

Setelah memberikan tugas itu, Yesus mengangkat tangan-Nya dan memberkati para murid. Berkat Tuhan menyatakan penyerahan perutusan-Nya kepada para murid sekaligus janji untuk mendampingi mereka melakukan tugas sebagai saksi-Nya. Para murid sujud untuk menghormati Yesus dan menerima tugas perutusan itu. Para murid tidaklah sedih atas kepergian Yesus ke surga. Hal ini tentu berbeda saat kematian-Nya, para murid merasa sangat ketakutan, sehingga bersembunyi di ruang atas sebuah rumah. Mereka dengan penuh kegembiraan kembali ke Yerusalem. Mereka memahami pemenuhan perutusan Yesus untuk menjadi saksi-Nya dan menantikan karunia yang dijanjikan-Nya, yaitu kuasa yang akan memperlengkapi mereka bersaksi tentang Kristus dan melayani sesama seperti yang diperbuat Kristus.


Penutup

Dari ketiga bacaan kita jelas sekali bahwa pengenalan yang sempurna akan Yesus dapat mengubah kehidupan para murid dan juga orang-orang percaya di Efesus. Mereka yang dulunya tidak memahami Kitab Suci, akhirnya paham Kitab Suci dan juga segala pengajaran Yesus. Bahkan setelah Yesus terangkat ke surga, mereka terus setia dan penuh keberanian bersaksi tentang Kristus serta melayani sesama seperti yang diperbuat oleh Kristus. Ada perubahan baik dalam kehidupan mereka. Demikian juga yang menjadi panggilan dan tanggungjawab kita sebagai orang percaya. Ada perubahan baik dalam kehidupan kita, karena pengenalan kita akan Yesus.

Membuka Bulan Keksaksian dan Pelayanan, kita diingatkan bahwa kita sebagai orang percaya adalah saksi Kristus yang setia dan pelayan Kristus yang penuh kasih untuk sesama. Akan tetapi yang menjadi tantangan dalam kesaksian dan pelayanan kita saat ini adalah dunia telah berubah sejak pandemi Covid-19 melanda. Iya dunia sedang berubah, dari kondisi yang baik-baik saja menuju pandemi dan sekarang kita berada dalam situasi pasca pandemi.

Di masa pandemi, kita sebagai gereja tidak bisa leluasa bergerak keluar, bahkan harus "memenjara diri" demi memelihara kehidupan diri sendiri dan sesama. Di masa pasca pandemi, kita sebagai gereja menjadi komunitas terluka yang harus keluar dari lubang persembunyian. Akan tetapi di tengah luka dan kerapuhan yang kita alami, kita harus juga menjumpai orang-orang lain yang juga rapuh dan terluka, orang-orang yang membutuhkan pertolongan kita. Lalu bagaimana wujud kesaksian dan pelayanan kita sebagai orang terluka. Kita diingatkan oleh para murid, mereka yang ditinggalkan oleh Yesus untuk naik ke surga. Mereka menghadapinya bukan dengan sedih atau ketakutan, tetapi dengan penuh kegembiraan, karena ada pengharapan, yaitu kuasa yang akan diberikan Roh Kudus atas diri mereka. Demikian juga kita di tengah luka dan kerapuhan, kita memiliki pengharapan pemulihan kehidupan, pemulihan persekutuan, dan pemulihan ekonomi pasca pandemi.

Pdt.Joas Adiprasetyo dalam bukunya "Gereja Pasca Pandemi, Merengkuh Kerapuhan" menawarkan model gereja proflektif sebagai cara bersaksi dan melayani pasca pandemi. Proflektif adalah keterarahan kepada yang lain (lawan dari reflektif yang selalu terarah pada diri sendiri). Gereja proflektif seperti halnya yang dilakukan para murid setelah Yesus naik ke surga. Alih-alih mereka meratapi kehilangan dan ketakutan mereka, akan tetapi mereka bergembira, bersukacita, dan dengan penuh keberanian bersaksi dan melayani sesama di Yerusalem, Yudea, Samaria, bahkan sampai ke ujung dunia. Di tengah luka dan kerapuhan pasca pandemi, kita tidak lagi meratapi luka, kerapuhan dan kehilangan itu, tetapi memandang kepada pengharapan akan kuasa yang diberikan Yesus melalui Roh Kudus. Kita harus terus konsisten, setia menjadi saksi Kristus serta melayani seperti yang Kristus lakukan. Bahwa ada perubahan kehidupan saat kita mengenal Yesus, dari luka dan rapuh menjadi penuh kuasa dan keberanian untuk bersaksi dan melayani. Selamat menjadi Saksi Kristus dan melayani seperti yang Kristus lakukan. Amin.


2. Khotbah Kenaikan Yesus Kristus 2


Judul khotbah: Saksi Kristus yang Mengusahakan Kedamaian dan Keadilan Sosial di Tengah Dunia

Kisah Para Rasul merupakan kelanjutan dari Injil Lukas, yang ditulis oleh penulis yang sama. Injil Lukas menceritakan kisah Yesus sejak awal pelayanan-Nya hingga kenaikan-Nya ke surga. Kisah Para Rasul dimulai tepat setelah kenaikan Yesus dan berfokus pada penyebaran Injil oleh para rasul.

Sebelum naik ke surga, Yesus mempersiapkan para murid untuk tugas perutusan mereka. Dia mengajar mereka selama hidup-Nya dan menampakkan diri kepada mereka selama 40 hari setelah kebangkitan-Nya. Yesus juga memberikan perintah kepada para murid untuk menanti di Yerusalem sampai mereka diperlengkapi dengan kuasa Roh Kudus.

Roh Kudus dicurahkan pada hari Pentakosta, dan para murid menerima kuasa untuk menjadi saksi Kristus di seluruh dunia. Kisah Para Rasul menceritakan bagaimana mereka memberitakan Injil di Yerusalem, Yudea dan Samaria, dan bahkan sampai ke ujung bumi.

Kuasa Roh Kudus yang diterima para rasul bukan hanya kekuatan biasa, tetapi kuasa yang luar biasa dan aktif. Kuasa ini memampukan mereka untuk mengusir roh jahat, menyembuhkan orang sakit, dan memberitakan Injil dengan penuh keberanian.

Para murid memiliki peran penting sebagai saksi Kristus karena mereka telah melihat dan mendengar sendiri Yesus dalam pelayanan-Nya, termasuk kebangkitan-Nya dari kematian. Kesaksian mereka adalah otentik dan penuh kuasa karena mereka telah mengalaminya secara langsung.

Tugas para rasul untuk menyebarkan Injil bukanlah tugas yang mudah. Mereka menghadapi banyak tantangan dan penolakan, sama seperti yang dialami Yesus dalam pelayanan-Nya. Namun, dengan kuasa Roh Kudus, mereka mampu tetap setia dan kuat dalam menjalankan tugas mereka.

Kisah Para Rasul menunjukkan kepada kita bahwa Roh Kudus memberi kita kuasa untuk menjadi saksi Kristus di mana pun kita berada. Kita semua dipanggil untuk memberitakan Injil dan membawa terang Kristus ke dunia.


Efesus 1 : 15 - 23


Surat Efesus ditulis dengan tujuan memberi penekanan bahwa mereka adalah persekutuan orang-orang percaya yang dipanggil keluar untuk bersaksi dan melayani. Pada saat itu, orang-orang di Efesus masih menyembah dewi Artemis (dewi kesuburan) dan menyembah kepada Kaisar. Akan tetapi, Paulus mengingatkan orang-orang percaya di Efesus untuk senantiasa hidup di dalam Kristus, karena Dialah yang mempersatukan seluruh isi dunia dan sebagai penguasa bumi dan surga. Efesus 1:15-23 adalah bagian dari doa syukur dan permohonan Paulus untuk kehidupan iman orang-orang percaya di Efesus. Paulus bersyukur karena saat mengenal Yesus, orang percaya di Efesus mengalami perubahan dalam kehidupannya, mereka benar-benar hidup di dalam Sang Kristus. Mereka semakin kuat dalam iman secara pribadi sekaligus mereka memahami bahwa mereka dipilih dan dipanggil menjadi saksi Kristus, sehingga mereka memiliki kasih kepada sesama. Oleh karena apa yang telah mereka lakukan, maka Paulus menaikkan doa syukur atas keberadaan mereka yang telah menjadi saksi Kristus dan melayani dalam kasih bagi sesama. Sekaligus memohon supaya mereka senantiasa mendapatkan Roh Hikmat dan wahyu agar terus mengenal Kristus dengan benar. Hikmat yang mereka dapatkan akan memampukan mereka untuk memahami pengharapan dalam panggilan Kristus untuk mereka, kemuliaan yang diberikan untuk orang-orang kudus, serta kuasa bagi orang-orang percaya (Ay. 18-19). Dengan itu semua, mereka akan semakin berhikmat untuk terus bersaksi tentang Kristus dan melayani sesama dengan kasih Kristus.


Lukas 24 : 44 - 53


Yesus menampakkan diri kepada para murid dan membuka pikiran mereka, sehingga mereka mengerti Kitab Suci (Ay. 45). Saat pikiran mereka terbuka dan mengerti Kitab Suci, mereka dikuatkan dan dimampukan untuk menjadi saksi Kristus. Mereka pun mengerti tugasnya, bukan untuk kepentingan dan kepuasan diri mereka sendiri, tetapi untuk menyampaikan berita tentang pertobatan dan pengampunan dosa. Yesus memberikan perintah kepada para murid untuk menjadi saksi-Nya mulai dari Yerusalem sampai ke segala bangsa. Akan tetapi sebelum mereka berangkat menjalankan tugasnya sebagai saksi Kristus, mereka terlebih dahulu harus tinggal di Yerusalem sampai diperlengkapi dengan kuasa Roh Kudus (Yunani : δυναμισ : dunamis). Kuasa yang diterima oleh para murid dalam ayat 49 sama dengan kuasa yang diterima para murid yang ditulis dalam Kisah Para Rasul 1:8 (karena memiliki akar kata yang sama). Para murid adalah orang Yahudi yang setia, sehingga perutusan mereka awal mulanya masih tetap di Yerusalem sampai mereka dibimbing oleh kuasa yang akan diberikan kepada mereka melalui Roh Kudus. Kuasa yang menjadikan mereka kuat dan setia untuk bersaksi akan Kristus dan melayani sesama seperti halnya Kristus. Mereka akan melakukan tugas pelayanan yang besar dan berat, karena ada perlawanan yang akan mereka hadapi dan mereka akan mengalami banyak penderitaan. Namun kuasa Roh Kudus akan menguatkan mereka dan menjadikan mereka berani, karena kuasa yang mereka terima bersifat aktif.

Setelah memberikan tugas itu, Yesus mengangkat tangan-Nya dan memberkati para murid-Nya. Berkat Tuhan menyatakan penyerahan perutusan-Nya kepada para murid sekaligus janji untuk mendampingi mereka melakukan tugas sebagai saksi-Nya. Para murid sujud untuk menghormati Yesus dan menerima tugas perutusan itu. Kali ini para murid tidak sedih atas kepergian Yesus, berbeda saat berhadapan dengan kematian Yesus, para murid merasa sangat ketakutan. Dengan berkat dan kuasa yang diberikan kepada mereka, para murid kembali ke Yerusalem dengan perasaan penuh sukacita dan kegembiraan. Mereka siap melanjutkan karya Yesus di dunia. Karya yang membawa kedamaian dan mengusahakan keadilan bagi yang tersisih, termarjinalkan dalam kehidupan masyarakat maupun keagamaan. Walaupun mereka menyadari konsekuensinya untuk memperjuangkan itu semua, akan ada penolakan dan tantangan yang harus dihadapi. Tetapi para murid tetap merasa bersukacita karena yakin bahwa kuasa Yesus akan melingkupi mereka. Kuasa (Yunani : δυναμισ : dunamis (Lukas 24:49, Kisah Para Rasul 1:8)) bukan sekedar kekuatan atau kemampuan akan tetapi kuasa yang berkuasa dan bertindak (bersifat aktif), termasuk kuasa untuk mengusir roh jahat dan menyembuhkan orang sakit. Kuasa dari Roh Kudus ini juga memberikan kekuatan dan kemampuan kepada para murid untuk bersaksi dan menaati perintah serta pengajaran Yesus. Para murid adalah saksi yang otentik karena mereka melihat dan mendengarkan Yesus dalam karya pelayanan-Nya serta kebangkitan-Nya dari antara orang mati.


Benang Merah Tiga Bacaan:

Ketiga bacaan menggarisbawahi tentang kesiapan para murid Yesus dan orang percaya untuk melanjutkan karya Yesus setelah naik ke sorga. Para murid sudah memiliki modal, saat hidup bersama-sama dengan Yesus, mereka dapat melihat langsung sebagai saksi akan apa yang telah Yesus lakukan di dunia, karya yang membawa kedamaian dan keadilan bagi mereka yang tersisih dan termarjinalkan. Para murid juga mendengarkan langsung pengajaran-pengajaran Yesus yang melawan kesewenang-wenangan. Berkat dan kuasa yang diberikan kepada mereka akan memampukan mereka untuk melanjutkan karya Yesus di dunia, walau akan ada pertentangan dan penolakan yang mereka alami. Demikian juga dengan orang-orang percaya di Efesus, Roh Hikmat yang mereka terima memampukan umat untuk hidup di dalam Kristus dan menjadi saksi Kristus, melayani sesama dengan penuh sukacita walaupun kepada sesama yang berbeda.


Pendahuluan

Di dalam proses peradilan, keberadaan saksi merupakan elemen penting. Mereka bisa menjadi saksi meringankan maupun saksi memberatkan bagi terdakwa. Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) online mendefinisikan saksi sebagai individu yang secara langsung menyaksikan suatu peristiwa (kejadian) atau yang dapat memberikan keterangan guna kepentingan penyidikan, penuntutan, dan peradilan terkait perkara pidana yang mereka dengar, lihat, atau alami sendiri.

Sebelum memberikan kesaksian, seorang saksi terlebih dahulu disumpah untuk memastikan mereka akan memberikan keterangan yang sejujur-jujurnya sesuai dengan apa yang mereka ketahui di dalam persidangan. Keterangan saksi ini kemudian dijadikan sebagai alat bukti. Apabila terbukti berbohong dalam kesaksiannya, saksi dapat dikenakan sanksi pidana.

Dari sini, kita dapat memahami bahwa tugas dan tanggung jawab seorang saksi tidaklah ringan. Mereka harus bersaksi dengan penuh kebenaran, berlandaskan akal budi dan hati nurani. Tak jarang, kesaksian yang disampaikan dapat menimbulkan konflik atau bahkan penolakan dari pihak penggugat ataupun terdakwa. Hal ini menyebabkan banyak orang yang enggan menjadi saksi karena beban tanggung jawab yang berat.

Namun demikian, seorang saksi harus tetap teguh dalam memberikan kesaksian yang sejujur-jujurnya, berlandaskan akal budi dan hati nurani. Harapannya, kesaksian mereka dapat membantu hakim dalam mempertimbangkan keadilan dalam setiap putusan yang diambil.


Isi

Di antara banyak pengikut-Nya, Yesus memilih dan mempercayakan tugas khusus kepada para murid untuk menjadi saksi-Nya. Menjadi saksi dan meneruskan karya Yesus bukanlah tugas yang mudah. Hal ini dibuktikan dengan berbagai rintangan dan penolakan yang Yesus hadapi selama hidup-Nya.

Mengapa Yesus ditentang? Karena dalam setiap pengajaran dan karya-Nya, Yesus menentang kesewenang-wenangan, membela kaum tertindas, terpinggirkan, dan termarjinalkan, baik dalam kehidupan sosial maupun keagamaan. Yesus membawa kedamaian dan keadilan bagi mereka yang terpinggirkan, tertindas, dan mengalami kesewenang-wenangan dari penguasa dan pemimpin agama.

Perubahan paradigma yang dibawa Yesus tidak mudah dipahami dan diterima oleh banyak orang. Kenyamanan dan dogma mereka terusik, sehingga muncul penolakan dan perlawanan terhadap Yesus. Ketika manusia merasa terancam dalam zona nyamannya, terutama terkait dogma dan kesejahteraan hidup, mereka akan mudah bereaksi negatif.

Para murid diutus oleh Yesus untuk menjadi saksi-Nya di dunia. Tugas mereka adalah melanjutkan karya Yesus, membawa kedamaian, dan memperjuangkan keadilan bagi mereka yang terpinggirkan dan tertindas, baik dari penguasa maupun pemimpin agama. Namun, tugas ini bukanlah hal yang mudah bagi para murid.

Sebelum memberikan perutusan ini, Yesus terlebih dahulu membuka pikiran mereka (Lukas 24:45) agar mereka memahami Kitab Suci, pengajaran-Nya, dan karya-Nya di dunia. Yesus ingin mereka mengerti bahwa tugas mereka bukan untuk kepentingan pribadi, tetapi untuk menyampaikan berita tentang pertobatan dan pengampunan dosa.

Para murid mengalami transformasi paradigma, dari yang sebelumnya fokus pada diri sendiri, kini beralih ke fokus pada orang lain. Tugas dan tanggung jawab mereka tidaklah mudah, oleh karena itu, sebelum naik ke surga, Yesus memberikan pesan agar mereka menanti di Yerusalem untuk menerima kuasa Roh Kudus.

Mengapa para murid harus menunggu di Yerusalem sebelum menerima kuasa Roh Kudus? Mengapa Yesus tidak langsung memberikannya saat Dia naik ke surga, seperti yang dilakukan Elia kepada Elisa?

Para murid diminta menunggu di Yerusalem untuk mempersiapkan diri menjadi saksi Kristus. Perubahan paradigma dari fokus pada diri sendiri menjadi fokus pada orang lain membutuhkan proses, bukan perubahan instan.

Kisah Para Rasul menceritakan bagaimana Roh Kudus memampukan para murid menjadi saksi Kristus di Yerusalem (Kisah 2-7), seluruh Yudea dan Samaria (Kisah 8-12), dan sampai ke ujung bumi (Kisah 13-26). Ini menunjukkan bahwa menjadi saksi Kristus adalah proses bertahap, dimulai dari orang-orang terdekat (Yerusalem), kemudian sesame orang Yahudi (Yudea), bangsa lain (Samaria), dan akhirnya seluruh dunia.

Sebelum para murid menjadi saksi Kristus dan melanjutkan karya Yesus membawa kedamaian dan keadilan, mereka harus terlebih dahulu menyelesaikan kepentingan diri mereka sendiri. Perubahan paradigma ini tidak boleh instan, tetapi harus berlangsung hingga tugas mereka selesai.

Oleh karena itu, para murid harus menunggu di Yerusalem untuk diperlengkapi kuasa Roh Kudus.

Perubahan paradigma kehidupan ini juga ditekankan oleh Paulus kepada jemaat di Efesus. Mereka yang dipanggil menjadi milik Kristus telah diperlengkapi roh hikmat yang mengubah paradigma kehidupan mereka untuk dapat menjadi saksi Kristus dan berkat bagi sesamanya.

Setelah memberikan tugas perutusan kepada para murid, Yesus mengangkat tangan-Nya dan memberkati mereka. Berkat Tuhan ini menandakan penyerahan tanggung jawab kepada para murid dan janji untuk selalu mendampingi mereka dalam menjalankan tugas sebagai saksi-Nya. Para murid sujud dengan penuh hormat kepada Yesus dan menerima tugas perutusan tersebut.

Berbeda dengan kesedihan mereka saat Yesus wafat, kali ini para murid tidak bersedih atas kepergian Yesus. Dengan berkat dan kuasa yang telah mereka terima, mereka kembali ke Yerusalem dengan penuh sukacita dan kegembiraan. Para murid siap melanjutkan karya Yesus di dunia, yaitu membawa kedamaian dan memperjuangkan keadilan bagi mereka yang terpinggirkan, tersisih, termarjinalkan, dan mengalami kesewenang-wenangan dalam kehidupan sosial maupun keagamaan.

Meskipun mereka menyadari bahwa perjuangan ini akan penuh dengan penolakan dan tantangan, para murid tetap bersukacita karena yakin bahwa kuasa Yesus akan selalu melingkupi mereka. Kuasa Roh Kudus yang telah mereka terima memberikan kekuatan dan kemampuan kepada mereka untuk bersaksi dan menaati perintah serta pengajaran Yesus dengan penuh ketaatan, hingga tugas dan tanggung jawab mereka selesai.

Keotentikan kesaksian para murid tidak dapat diragukan karena mereka telah melihat dan mendengarkan sendiri karya pelayanan Yesus, termasuk kebangkitan-Nya dari kematian.


Penutup

Ketiga bacaan ini menekankan kesiapan para murid Yesus dan orang-orang percaya untuk meneruskan karya Yesus setelah Dia naik ke surga. Modal utama mereka adalah pengalaman langsung mereka bersama Yesus. Mereka menjadi saksi mata karya Yesus yang membawa kedamaian dan keadilan bagi kaum terpinggirkan, tertindas, dan termarjinalkan, baik dari penguasa maupun pemimpin agama. Mereka juga mendengarkan langsung pengajaran Yesus yang menentang kesewenang-wenangan.

Berkat dan kuasa yang mereka terima memampukan mereka untuk melanjutkan karya Yesus di seluruh dunia, dimulai dari Yerusalem (diri mereka sendiri dan keluarga), Yudea (orang-orang seiman), Samaria (orang-orang yang berbeda keyakinan), hingga ke ujung bumi (semua orang yang mereka temui). Mereka sadar bahwa perjuangan ini akan penuh dengan pertentangan dan penolakan.

Demikian pula dengan orang-orang percaya di Efesus. Roh hikmat yang mereka terima memampukan mereka untuk hidup dalam Kristus dan menjadi saksi Kristus, melayani sesama dengan penuh sukacita, bahkan kepada mereka yang berbeda. Kuasa Roh Kudus akan selalu menguatkan mereka untuk setia menjadi saksi Kristus yang membawa kedamaian dan memperjuangkan keadilan sampai akhir hidup mereka.

Kita sebagai orang percaya juga dipanggil untuk menjadi seperti para murid. Menjadi saksi Kristus di mana pun kita berada, baik di lingkungan keluarga, gereja, masyarakat, dan pekerjaan. Bagaimana kita dapat senantiasa menjadi pembawa damai dan memperjuangkan keadilan di semua tempat?

Memang tidak mudah, karena kita akan berhadapan dengan kenyamanan dogma dan kesejahteraan hidup yang sulit diubah. Kemiskinan, ketidakadilan, peradilan yang tidak adil, sumber daya alam yang melimpah namun rakyatnya tidak sejahtera, prasangka terhadap orang-orang yang berbeda, dan masih banyak lagi ketidakadilan yang akan kita temui dalam kehidupan sehari-hari.

Lalu, bagaimana kita sebagai orang percaya? Apakah kita benar-benar mau menjadi saksi Kristus di dunia untuk memperjuangkan kedamaian dan keadilan bagi semua orang, meskipun ada risiko besar yang menanti kita, ataukah kita memilih untuk berdiam diri dan hanya memikirkan diri sendiri?

Para murid telah mengalami perubahan paradigma dan mereka diberikan kuasa untuk berkarya. Kuasa yang sama itu juga akan diberikan kepada kita. Kita dapat menjadi saksi Kristus di dunia yang membawa kedamaian dan memperjuangkan keadilan. Jangan berdiam diri, jangan takut dan berkecil hati karena kuasa Roh Kudus memperlengkapi dan memampukan kita untuk menjadi saksi-Nya. Amin.


3. Khotbah Kenaikan Yesus Kristus 3


Tema Liturgis: GKJW sebagai Saksi dan Pelayan Perdamaian dan Keadilan Sosial

Tema Khotbah: Saksi Kristus yang Mengusahakan Kedamaian dan Keadilan Sosial di Tengah Dunia


Kisah Para Rasul 1 : 1 - 11
Kisah Para Rasul adalah bagian kedua dari karya penulis Injil Lukas. Dalam Injil Lukas dituliskan segala sesuatu yang dikerjakan dan diajarkan oleh Yesus sampai pada hari Ia terangkat ke surga. Sedangkan Kisah Para Rasul dimulai dari saat Yesus terangkat ke surga serta menceritakan tentang penyebarluasan pekabaran Injil oleh para rasul. Yesus telah mempersiapkan para murid untuk tugas perutusan dengan mengajar mereka selama Ia hidup dan pada saat menampakkan diri sekitar 40 hari setelah kebangkitan-Nya. Sebelum Yesus terangkat ke surga, Ia memberikan tugas kepada para murid agar menanti di Yerusalem sampai mereka diperlengkapi kuasa oleh Roh Kudus. Roh Kuduslah yang akan memberi mereka kuasa menjadi saksi Kristus di Yerusalem (diceritakan dalam Kisah 2-7), seluruh Yudea dan Samaria (diceritakan dalam Kisah 8-12) dan sampai ke ujung bumi (diceritakan dalam Kisah 13-26). Kuasa dari Roh Kudus itu memberikan kemampuan dan kekuatan dalam kehidupan para murid untuk dapat menjalankan tugasnya sebagai saksi Kristus dengan penuh sukacita. Kuasa (Yunani: δυναμισ: dunamis) bukan sekedar kekuatan atau kemampuan akan tetapi kuasa yang berkuasa dan bertindak (bersifat aktif), termasuk kuasa untuk mengusir roh jahat dan menyembuhkan orang sakit. Kuasa dari Roh Kudus ini juga memberikan kekuatan dan kemampuan kepada para murid untuk bersaksi dan menaati perintah serta pengajaran Yesus. Para murid adalah saksi yang otentik, karena mereka melihat dan mendengarkan Yesus dalam karya pelayanan-Nya serta kebangkitan-Nya dari antara orang mati. Para murid diberi kuasa, kekuatan, dan kemampuan menjadi saksi Kristus di Yerusalem, seluruh Yudea, Samaria dan sampai ke ujung bumi. Dengan kuasa Roh Kudus inilah, para murid melanjutkan tugas Yesus di dunia yang bukan perkara mudah. Dalam pelayanan-Nya, Yesus mengusahakan keadilan bagi orang-orang yang termarginalkan, sehingga banyak timbul pertentangan dan penolakan kepada Yesus. Oleh karena itu, para murid perlu diperlengkapi kuasa dari Roh Kudus, agar mereka tetap setia dan kuat melanjutkan karya Yesus di dunia, sebagai saksi Kristus yang otentik.


Efesus 1 : 15 - 23
Surat Efesus ditulis dengan tujuan memberi penekanan bahwa mereka adalah persekutuan orang-orang percaya yang dipanggil keluar untuk bersaksi dan melayani. Pada saat itu, orang-orang di Efesus masih menyembah dewi Artemis (dewi kesuburan) dan menyembah kepada Kaisar. Akan tetapi, Paulus mengingatkan orang-orang percaya di Efesus untuk senantiasa hidup di dalam Kristus, karena Dialah yang mempersatukan seluruh isi dunia dan sebagai penguasa bumi dan surga. Efesus 1:15-23 adalah bagian dari doa syukur dan permohonan Paulus untuk kehidupan iman orang-orang percaya di Efesus. Paulus bersyukur karena saat mengenal Yesus, orang percaya di Efesus mengalami perubahan dalam kehidupannya, mereka benar-benar hidup di dalam Sang Kristus. Mereka semakin kuat dalam iman secara pribadi sekaligus mereka memahami bahwa mereka dipilih dan dipanggil menjadi saksi Kristus, sehingga mereka memiliki kasih kepada sesama. Oleh karena apa yang telah mereka lakukan, maka Paulus menaikkan doa syukur atas keberadaan mereka yang telah menjadi saksi Kristus dan melayani dalam kasih bagi sesama. Sekaligus memohon supaya mereka senantiasa mendapatkan Roh Hikmat dan wahyu agar terus mengenal Kristus dengan benar. Hikmat yang mereka dapatkan akan memampukan mereka untuk memahami pengharapan dalam panggilan Kristus untuk mereka, kemuliaan yang diberikan untuk orang-orang kudus, serta kuasa bagi orang-orang percaya (Ay. 18-19). Dengan itu semua, mereka akan semakin berhikmat untuk terus bersaksi tentang Kristus dan melayani sesama dengan kasih Kristus.


Lukas 24 : 44 - 53
Yesus menampakkan diri kepada para murid dan membuka pikiran mereka, sehingga mereka mengerti Kitab Suci (Ay. 45). Saat pikiran mereka terbuka dan mengerti Kitab Suci, mereka dikuatkan dan dimampukan untuk menjadi saksi Kristus. Mereka pun mengerti tugasnya, bukan untuk kepentingan dan kepuasan diri mereka sendiri, tetapi untuk menyampaikan berita tentang pertobatan dan pengampunan dosa. Yesus memberikan perintah kepada para murid untuk menjadi saksi-Nya mulai dari Yerusalem sampai ke segala bangsa. Akan tetapi sebelum mereka berangkat menjalankan tugasnya sebagai saksi Kristus, mereka terlebih dahulu harus tinggal di Yerusalem sampai diperlengkapi dengan kuasa Roh Kudus (Yunani : δυναμισ : dunamis). Kuasa yang diterima oleh para murid dalam ayat 49 sama dengan kuasa yang diterima para murid yang ditulis dalam Kisah Para Rasul 1:8 (karena memiliki akar kata yang sama). Para murid adalah orang Yahudi yang setia, sehingga perutusan mereka awal mulanya masih tetap di Yerusalem sampai mereka dibimbing oleh kuasa yang akan diberikan kepada mereka melalui Roh Kudus. Kuasa yang menjadikan mereka kuat dan setia untuk bersaksi akan Kristus dan melayani sesama seperti halnya Kristus. Mereka akan melakukan tugas pelayanan yang besar dan berat, karena ada perlawanan yang akan mereka hadapi dan mereka akan mengalami banyak penderitaan. Namun kuasa Roh Kudus akan menguatkan mereka dan menjadikan mereka berani, karena kuasa yang mereka terima bersifat aktif.

Setelah memberikan tugas itu, Yesus mengangkat tangan-Nya dan memberkati para murid-Nya. Berkat Tuhan menyatakan penyerahan perutusan-Nya kepada para murid sekaligus janji untuk mendampingi mereka melakukan tugas sebagai saksi-Nya. Para murid sujud untuk menghormati Yesus dan menerima tugas perutusan itu. Kali ini para murid tidak sedih atas kepergian Yesus, berbeda saat berhadapan dengan kematian Yesus, para murid merasa sangat ketakutan. Dengan berkat dan kuasa yang diberikan kepada mereka, para murid kembali ke Yerusalem dengan perasaan penuh sukacita dan kegembiraan. Mereka siap melanjutkan karya Yesus di dunia. Karya yang membawa kedamaian dan mengusahakan keadilan bagi yang tersisih, termarginalkan dalam kehidupan masyarakat maupun keagamaan. Walaupun mereka menyadari konsekuensinya untuk memperjuangkan itu semua, akan ada penolakan dan tantangan yang harus dihadapi. Tetapi para murid tetap merasa bersukacita karena yakin bahwa kuasa Yesus akan melingkupi mereka. Kuasa (Yunani : δυναμισ : dunamis (Luk 24:49, Kisah 1:8)) bukan sekedar kekuatan atau kemampuan akan tetapi kuasa yang berkuasa dan bertindak (bersifat aktif), termasuk kuasa untuk mengusir roh jahat dan menyembuhkan orang sakit. Kuasa dari Roh Kudus ini juga memberikan kekuatan dan kemampuan kepada para murid untuk bersaksi dan menaati perintah serta pengajaran Yesus. Para murid adalah saksi yang otentik karena mereka melihat dan mendengarkan Yesus dalam karya pelayanan-Nya serta kebangkitan-Nya dari antara orang mati.


Benang Merah Tiga Bacaan:

Ketiga bacaan menggarisbawahi tentang kesiapan para murid Yesus dan orang percaya untuk melanjutkan karya Yesus setelah naik ke sorga. Para murid sudah memiliki modal, saat hidup bersama-sama dengan Yesus, mereka dapat melihat langsung sebagai saksi akan apa yang telah Yesus lakukan di dunia, karya yang membawa kedamaian dan keadilan bagi mereka yang tersisih dan termarginalkan. Para murid juga mendengarkan langsung pengajaran-pengajaran Yesus yang melawan kesewenang-wenangan. Berkat dan kuasa yang diberikan kepada mereka akan memampukan mereka untuk melanjutkan karya Yesus di dunia, walau akan ada pertentangan dan penolakan yang mereka alami. Demikian juga dengan orang-orang percaya di Efesus, Roh Hikmat yang mereka terima memampukan umat untuk hidup di dalam Kristus dan menjadi saksi Kristus, melayani sesama dengan penuh sukacita walaupun kepada sesama yang berbeda.

Pendahuluan

Dalam proses persidangan di pengadilan, selalu dihadirkan saksi. Baik itu saksi yang meringankan maupun saksi yang memberatkan bagi terdakwa. Dalam KBBI online, kata saksi berarti orang yang melihat atau mengetahui sendiri suatu peristiwa (kejadian) atau juga orang yang dapat memberikan keterangan guna kepentingan penyidikan, penuntutan, dan peradilan tentang suatu perkara pidana yang didengarnya, dilihatnya, atau dialaminya sendiri. Saat hendak bersaksi, terlebih dahulu seorang saksi disumpah agar dapat memberikan keterangan yang sebenar-benarnya sesuai yang dia ketahui di dalam persidangan. Keterangan saksi ini dijadikan sebagai alat bukti dan jika berbohong dalam kesaksiannya, maka seorang saksi bisa dipidanakan. Dari sini kita tahu bahwa tugas dan tanggungjawab seorang saksi tidaklah mudah. Dia harus bersaksi sebenar-benarnya, sesuai akal budi dan hati nuraninya. Tak jarang dari kesaksian yang disampaikan bisa menimbulkan konflik atau bahkan penolakan baik dari penggugat ataupun terdakwa. Sehingga tidak banyak orang yang bersedia menjadi saksi, karena tanggungjawabnya berat. Tetapi seorang saksi tetap harus bersaksi dengan sebenar-benarnya, sesuai akal budi dan hati nuraninya, harapannya tentu agar sang hakim bisa mempertimbangkan keadilan dalam setiap putusannya.


Isi


Para murid yang telah dipanggil, dipilih, dan mengikut Tuhan Yesus dalam pelayanan-Nya dijadikan saksi oleh Tuhan Yesus. Tentu itu bukan suatu tanggungjawab yang mudah bagi mereka, walaupun selama 3 tahun mereka mengikuti Yesus kemanapun Dia pergi serta mendengarkan pengajaran-Nya dan melihat karya-Nya. Menjadi saksi dan melanjutkan pekerjaan Yesus bukanlah perkara yang mudah. Selama hidupnya banyak pertentangan dan penolakan yang diterima oleh Yesus. Mengapa? Karena di dalam setiap pengajaran dan karya-Nya, Yesus menentang kesewenang-wenangan, Yesus membela orang-orang yang tersisihkan, terpinggirkan, dan termarginalkan baik di dalam kehidupan sosial maupun keagamaan. Dalam karya-Nya, Yesus membawa kedamaian dan keadilan bagi orang-orang yang termarginalkan, tersisihkan, terpinggirkan, dan mengalami kesewenang-wenangan baik dari penguasa pemerintah maupun pemimpin agama. Tentu perubahan paradigma yang seperti itu tidak mudah dipahami, sehingga banyak orang yang menentang Yesus, karena terusik kenyamanan dan dogma mereka. Memang, biasanya manusia saat terusik kenyamanan hidupnya untuk masalah dogma dan kesejahteraan hidup, mereka akan mudah bereaksi.

Untuk hal itulah para murid diutus menjadi saksi Kristus di dunia. Melanjutkan karya Yesus di dunia, membawa kedamaian, dan mengusahakan keadilan bagi orang-orang yang termarginalkan, tersisihkan, terpinggirkan dan mengalami kesewenang-wenangan, baik dari penguasa pemerintah maupun pemimpin agama. Tentu bukanlah hal yang mudah dilakukan bagi para murid. Jangankan memikirkan orang lain, selama tiga tahun mengikuti Yesus saja mereka lebih banyak memikirkan kepentingan dan kebutuhan diri sendiri. Sehingga sebelum memberikan perutusan untuk menjadi saksi-Nya, terlebih dahulu Yesus membuka pikiran para murid (Ay. 45), agar mereka mengerti akan Kitab Suci, mengerti pengajaran Yesus dan karya Yesus di dunia. Mereka pun mengerti tugasnya, bukan untuk kepentingan dan kepuasan diri mereka sendiri, tetapi untuk menyampaikan berita tentang pertobatan dan pengampunan dosa. Ada perubahan paradigma dalam diri para murid, dari yang sebelumnya berfokus kepada diri sendiri, sekarang berfokus kepada orang lain. Tugas dan tanggung jawab yang akan dilakukan oleh para murid tidak mudah, oleh karena itu sebelum naik ke sorga, Yesus memberikan pesan bahwa mereka harus menanti di Yerusalem untuk menerima kuasa dari Roh Kudus.

Lalu mengapa mereka harus menunggu dulu di Yerusalem? Mengapa kuasa itu tidak langsung diberikan oleh Yesus saat Dia terangkat ke surga, seperti halnya Elia yang memberikan rohnya kepada Elisa? Para murid diutus menunggu ke Yerusalem, agar mereka dapat benar-benar mempersiapkan diri menjadi saksi Kristus. Bahwa perubahan paradigma dari diri para murid perlu proses, bukan sekedar perubahan instan sebelum Yesus naik ke surga. Oleh karena itu, Kisah Para Rasul menuliskan kuasa yang diberikan oleh Roh Kudus yang akan memampukan mereka menjadi saksi Kristus di Yerusalem (diceritakan dalam Kisah 2-7), seluruh Yudea dan Samaria (diceritakan dalam Kisah 8-12) dan sampai ke ujung bumi (diceritakan dalam Kisah 13-26). Hal ini bermakna bahwa para murid akan menjadi saksi Kristus, tetapi ada proses yang harus dilalui. Di mulai dari Yerusalem, yaitu orang-orang yang terdekat dengan dirinya, baik itu dirinya sendiri maupun keluarganya. Dilanjutkan menjadi saksi bagi Yudea, yaitu sesama orang-orang Yahudi yang seagama dengan mereka. Saksi bagi Samaria, yaitu orang-orang yang berbeda bangsa dan berbeda dogma ajaran agama dengan mereka. Saksi bagi seluruh bumi, yaitu semua orang yang ada, baik itu Yahudi maupun non-Yahudi. Sehingga sebelum para murid menjadi saksi Kristus yang melanjutkan karya Yesus membawa kedamaian dan keadilan bagi banyak orang, mereka harus benar-benar sudah selesai dengan kepentingan diri mereka sendiri. Sehingga benar-benar perubahan paradigma itu tidak hanya instan saat Yesus akan terangkat ke surga tetapi juga sampai paripurna tugas mereka. Itulah mengapa para murid harus menunggu di Yerusalem terlebih dahulu untuk diperlengkapi kuasa oleh Roh Kudus. Perubahan paradigma kehidupan inilah juga yang disampaikan oleh Paulus kepada jemaat di Efesus. Mereka yang dipanggil menjadi milik Kristus telah diperlengkapi roh hikmat yang merubah paradigma kehidupan mereka untuk dapat menjadi saksi Kristus dan berkat bagi sesamanya.

Setelah memberikan tugas itu, Yesus mengangkat tangan-Nya dan memberkati para murid-Nya. Berkat Tuhan menyatakan penyerahan perutusan-Nya kepada para murid sekaligus janji untuk mendampingi mereka melakukan tugas sebagai saksi-Nya. Para murid sujud untuk menghormati Yesus dan menerima tugas perutusan itu. Kali ini para murid tidak sedih atas kepergian Yesus, berbeda saat berhadapan dengan kematian Yesus, para murid merasa sangat ketakutan. Dengan berkat dan kuasa yang diberikan kepada mereka, para murid kembali ke Yerusalem dengan perasaan penuh sukacita dan kegembiraan. Mereka siap melanjutkan karya Yesus di dunia. Karya yang membawa kedamaian dan mengusahakan keadilan bagi yang terpinggirkan, tersisih, termarginalkan, mengalami kesewenang-wenangan dalam kehidupan masyarakat maupun keagamaan. Walaupun mereka menyadari konsekuensinya untuk memperjuangkan itu semua, akan ada penolakan dan tantangan yang harus mereka hadapi. Tetapi para murid tetap bersukacita karena yakin kuasa Yesus akan melingkupi mereka. Kuasa dari Roh Kudus ini juga memberikan kekuatan dan kemampuan kepada mereka untuk bersaksi dan menaati perintah serta pengajaran Yesus sampai paripurna tugas dan tanggungjawab mereka. Para murid adalah saksi yang otentik karena mereka melihat dan mendengarkan Yesus dalam karya pelayanan-Nya serta kebangkitan-Nya dari antara orang mati.


Penutup

Ketiga bacaan menggarisbawahi tentang kesiapan para murid Yesus dan para orang percaya untuk melanjutkan karya Yesus setelah kenaikan-Nya ke surga. Para murid sudah memiliki modal, saat hidup bersama-sama dengan Yesus. Mereka dapat melihat langsung sebagai saksi akan apa yang telah Yesus lakukan di dunia, karya yang membawa kedamaian dan keadilan bagi mereka yang terpinggirkan, tersisih, termarginalkan dan mengalami kesewenang-wenangan dari penguasa pemerintah maupun pemimpin agama. Para murid juga mendengarkan langsung pengajaran-pengajaran Yesus yang melawan kesewenang-wenangan. Berkat dan kuasa yang diberikan kepada mereka akan memampukan mereka untuk melanjutkan karya Yesus di dunia, mulai dari Yerusalem (diri mereka dan keluarga mereka), Yudea (orang-orang yang seiman), Samaria (orang-orang yang tidak seiman), sampai ke ujung dunia (semua orang yang ditemui para murid). Walau akan ada konsekuensi berupa pertentangan dan penolakan yang mereka alami. Demikian juga dengan orang-orang percaya di Efesus, roh hikmat yang mereka terima memampukan mereka untuk hidup di dalam Kristus dan menjadi saksi Kristus, melayani sesama dengan penuh sukacita walaupun kepada sesama yang berbeda. Kuasa Roh Kudus akan senantiasa memampukan mereka setia menjadi saksi Kristus yang membawa kedamaian dan mengusahakan keadilan sampai paripurna kehidupan mereka.

Demikian juga kita sebagai orang percaya dipanggil menjadi seperti para murid. Menjadi saksi Kristus di dunia, menjadi saksi Kristus dimanapun kita berada, baik di lingkungan keluarga kita, gereja, masyarakat, dan pekerjaan. Bagaimana kita senantiasa menjadi pembawa damai dan mengusahakan keadilan di semua tempat. Tidak mudah, karena kita akan berhadapan dan berjumpa dengan kenyamanan dogma dan kesejahteraan hidup yang tidak mudah digoyahkan. Kemiskinan, ketidakadilan kehidupan, dan peradilan, sumber daya alam yang melimpah tetapi rakyat kesusahan mendapatkan hasil sumber daya alam tersebut, prasangka kepada orang-orang yang berbeda dengan kita atau yang beragama lain ataupun agamanya sama tetapi dogmanya berbeda, dan masih banyak lagi ketidakadilan yang akan kita temui. Semuanya itu ada di tengah kehidupan kita, semuanya nyata di depan mata kita. Lalu bagaimana kita sebagai orang percaya? Apakah kita benar-benar mau menjadi saksi Kristus di dunia untuk mengusahakan kedamaian dan keadilan bagi semua orang, walaupun resiko besar menanti kita, ataukah kita mengambil sikap nyaman dan berdiam diri untuk diri kita sendiri? Para murid telah dibuka hatinya sehingga ada perubahan paradigma dan mereka diberikan kuasa untuk berkarya. Maka kuasa yang sama itu juga akan diberikan kepada kita. Kita menjadi saksi Kristus di dunia yang membawa kedamaian dan mengusahakan keadilan. Jangan hanya berdiam diri, jangan takut dan berkecil hati karena kuasa dari Roh Kudus memperlengkapi dan memampukan kita menjadi saksi-Nya. Amin


4. Khotbah Kenaikan Yesus Kristus 4


Judul: Kristus Telah Bangkit

Markus 16:1-8; 19

Narasi Injil Markus tentang kebangkitan Kristus telah lama membingungkan para penafsir. Setelah menyaksikan peristiwa paling agung dan penting dalam sejarah umat manusia, para perempuan yang datang untuk meminyaki tubuh Yesus malah "lari meninggalkan kubur" karena "kegentaran dan kedahsyatan menguasai mereka" dan mereka "tidak mengatakan apa-apa kepada siapa pun juga karena takut". Agaknya, ini bukanlah akhir yang dirasa pas untuk sebuah peristiwa agung! Atau, memang seharusnya demikian?

Salah satu pola sastra menarik yang digunakan oleh Markus adalah motif "perintah untuk diam". Di seluruh bagian Injil, kita sering membaca bahwa Yesus tidak mengizinkan orang-orang menceritakan kepada orang lain tentang diri-Nya atau mukjizat yang dilakukan-Nya (Markus 1:34, 44; 3:12; 5:43; 7:36; 8:26, 30; 9:9). Yesus tahu bahwa orang-orang akan menjadikan-Nya raja untuk kepentingan politis mereka sendiri (Yohanes 6:15). Ini bertentangan dengan misi utama kedatangan-Nya ke dunia, untuk menjadikan diri-Nya tebusan bagi banyak orang (Markus 10:45). Oleh karena itu, Dia memerintahkan orang-orang untuk tidak menceritakan kepada yang lain tentang-Nya, setidaknya sampai Dia dibangkitkan dari antara orang mati (9:9).

Setelah kebangkitan-Nya, para pengikut Yesus diperintahkan untuk menyebarkan Injil (Matius 28:18-20). Namun, Markus tidak pernah menceritakan pada kita apakah para perempuan itu akhirnya mengatasi ketakutan mereka dan pergi untuk memberitahukan kepada orang lain tentang kebangkitan Yesus. Banyak pembaca yang telah mengikuti narasi Markus akan bertanya-tanya, "Ke mana mereka pergi?"

Apakah mereka bersembunyi dan menyimpan rapat-rapat berita itu? Untuk menjawabnya, mari kita posisikan diri kita hadir pada peristiwa bersejarah itu, pada suatu pagi setelah peristiwa penyaliban yang mengguncang negeri baru saja terjadi.

Tiga perempuan yang dijelaskan Markus sebagai Maria Magdalena, Maria ibu Yakobus, dan Salome berniat datang ke kubur untuk meminyaki jenazah Yesus. Ini bukanlah perjalanan yang menyenangkan bagi mereka setelah menyaksikan sendiri bagaimana ngerinya penderitaan yang Yesus alami serta kehebohan politik yang terjadi di Yerusalem. Di saat para murid lain menghilang, para perempuan ini tetap berada sedekat mungkin dengan Yesus sampai batu menutup kubur-Nya. Prosesi penguburan pada Jumat saat matahari telah terbenam tidak memungkinkan Yusuf dan Nikodemus meminyaki jenazah Yesus dengan sepenuhnya, sehingga untuk inilah para perempuan ini datang. Waktu pagi-pagi benar adalah waktu terbaik, karena suasana kota belum ramai, untuk menghindari perhatian yang tidak diinginkan.

Kenyataan, kengerian, kesedihan, dan disorientasi akan kematian Yesus menyadarkan mereka kembali ketika mereka semakin dekat dengan makam-Nya. Namun, betapa terkejutnya mereka ketika batu besar itu telah digulingkan dan tak ada jenazah Yesus di dalamnya. Mereka melihat malaikat Tuhan ada di sana dan memberitahu bahwa Kristus telah bangkit.

Injil Lukas mencatat respons mereka. Para perempuan itu tidak lari atau bersembunyi. Perkataan malaikat mengingatkan mereka akan nubuat yang Kristus telah sampaikan dan mereka lantas "menceritakan semuanya itu kepada kesebelas rasul dan kepada semua saudara yang lain" (Lukas 24:8-9).

Mengapa Markus tidak menuliskan keterangan ini? Mungkin, pertanyaan "ke mana" inilah yang diharapkan Markus muncul dalam hati para pembacanya sehingga dia tidak menuliskan kelanjutan kisah para perempuan itu.

Jika pertanyaan ini juga muncul pada kita, Injil mengundang kita untuk bertanya balik kepada diri kita sendiri.Sudahkah kita pergi?Sudahkah kita dengan setia menyatakan Injil yang agung tentang Kristus yang mati, bangkit, dan akan datang kembali? Yesus yang terangkat ke surga adalah Yesus yang akan datang kembali ke dunia ini (Kisah

Para Rasul 1: 10-11).


Kiranya kita memiliki keberanian untuk pergi dan menceritakan Kabar Baik ini kepada setiap orang yang butuh mendengarnya!


Doa


Bapa yang kekal, putra-Mu, Tuhan Yesus Kristus, telah bangkit dari kematian dan terangkat ke surga, duduk di sebelah kanan-Mu. Karuniakanlah kami kekuatan dan keberanian untuk pergi dan menjadikan bangsa-bangsa murid-Mu. Kiranya kami menyatakan Dia sebagai Juruselamat dunia, agar orang-orang datang mengenal-Nya dan menyembah di kaki-Nya. Dalam nama Kristus kami berdoa, amin.


5. Khotbah Kenaikan Yesus Kristus 5


Judul: Berkat Kenaikan Tuhan Yesus ke Sorga

Kenaikan Tuhan Yesus ke Sorga bukan sekadar Dia kembali ke tempat asal-Nya, namun memiliki arti penting. Ada beberapa hal yang perlu kita ketahui tentang makna di balik kenaikan-Nya itu karena Sering kali orang Kristen kurang memperhatikan dan mempelajari arti kenaikan Tuhan Yesus ke Sorga. Kita bersyukur atas penebusan dosa yang dilakukan melalui kematian dan kebangkitan-Nya. Dalam Iman kekristenan baik kelahiran, kematian, kebangkitan, maupun kenaikan-Nya ke Sorga sama-sama memiliki makna yang penting dan perlu kita pelajari. Tuhan Yesus naik ke Sorga bukan sekedar pulang ke rumah-Nya di Sorga.

LUKAS 24 : 51, Dan ketika Ia sedang memberkati mereka, Ia berpisah dari mereka dan terangkat ke Sorga.


KISAH PARA RASUL 1 : 9 Sesudah Ia mengatakan demikian, terangkatlah Ia disaksikan oleh mereka, dan awan menutup-Nya dari pandangan mereka.

Kenaikan Yesus ke surga merupakan peristiwa penting yang perlu kita pahami dengan seksama. Dalam Lukas diceritakan bahwa kenaikan ini disaksikan oleh para murid Yesus. Mengapa demikian?

Tuhan Yesus mengetahui bahwa kenaikan-Nya memiliki makna yang sangat penting. Ia juga menyadari bahwa iblis akan berusaha untuk menyangkal fakta ini dan menggunakan orang-orang untuk memutarbalikkan, memalsukan, dan menutup-nutupi kebenaran tentang kenaikan-Nya. Oleh karena itu, Yesus membawa para murid sebagai saksi mata untuk membuktikan bahwa Dia benar-benar naik ke surga.

Lukas, penulis Kisah Para Rasul, memperkuat pernyataan ini dengan menyebutkan bahwa awan menutupi Yesus dari pandangan para murid. Hal ini menunjukkan bahwa peristiwa kenaikan Yesus bukan ilusi, melainkan kenyataan yang benar-benar terjadi.

Tujuan Yesus adalah kembali ke Sorga. Hal ini menunjukkan bahwa Dia adalah benar-benar anak Allah yang berasal dari Sorga. Nubuat para nabi tentang Yesus telah digenapi: Dia lahir, mati, bangkit dan naik ke Sorga. Sebagai orang beriman, kita memiliki keyakinan dan menunggu kegenapan DIA akan turun menjemput kita untuk tinggal bersama-Nya di Sorga.

Kita acap kali bertanya-tanya, "Tuhan sudah mati menebus dosaku, sudah bangkit dalam kemenangan, mengapa Dia tidak terus tinggal di dalam dunia ini. Jadi kalau kita sedang sakit atau membutuhkan sesuatu, kita hanya perlu meminta kesembuhan, meminta berkat?" Ternyata Tuhan Yesus sudah meninggalkan berkat bagi kita, para murid-Nya, sebelum kenaikan-Nya ke Sorga.


Tuhan Memberikan Berkat Kekuatan

YOHANES 16 : 33 Semuanya itu Kukatakan kepadamu, supaya kamu beroleh damai sejahtera dalam Aku. Dalam dunia kamu menderita penganiayaan, tetapi kuatkanlah hatimu, Aku telah mengalahkan dunia."

Berkat damai sejahtera yang telah dijanjikan-Nya sebelum Dia naik ke Sorga ini akan dapat kita nikmati dengan kondisi "di dalam Aku". Damai sejahtera ini bukan membuat kita terlepas dari kesulitan, tetapi memampukan kita menghadapi dan mengalahkan kesulitan itu. Berarti kalau kita tidak mau dijajah problema, kita harus hidup di dalam Yesus, bukan hidup dalam keduniawian. Jadi pilihannya ada di tangan kita: menikmati berkat damai sejahtera, sehingga kita mampu menghadapi kesulitan, ataukah kita mengandalkan keduniawian yakni kekayaan, kekuasaan, dan segala kemampuan yang kita miliki.


Dia Bersyafaat Bagi Kita

Ibrani 9 : 24 Sebab Kristus bukan masuk ke dalam tempat kudus buatan tangan manusia yang hanya merupakan gambaran saja dari yang sebenarnya, tetapi ke dalam sorga sendiri untuk menghadap hadirat Allah guna kepentingan kita.

Di dalam Ibrani 9:22-24 tercantum secara ringkas namun lengkap tentang misi Tuhan Yesus turun ke dalam dunia dan kemudian kembali ke Sorga. Ayat 22 menjelaskan mengenai misi penyelamatan Tuhan Yesus, Domba Paskah yang tersembelih bagi kita. Yesus datang ke dalam dunia bukan untuk meniadakan hukum Taurat, tetapi justru untuk menggenapinya. Dia mati menebus dosa kita, dan kemudian bangkit dalam kemenangan. Kemudian Dia menghadap Bapa "Untuk kepentingan kita", Tuhan menjadi pembela kita, dihadapan Allah Tuhan Yesus menjadi pensyafaat atau pengantara antara Bapa dengan orang-orang yang percaya kepada-Nya.


Dia Menyiapkan Tempat dan Kekekalan Bagi Kita

Yohanes 14:3, Dan apabila Aku telah pergi ke situ dan telah menyediakan tempat bagimu, Aku akan datang kembali dan membawa kamu ke tempat-ku, supaya di tempat di mana Aku berada, kamupun berada.

Kenaikan Tuhan Yesus ke Sorga menggenapi apa yang Tuhan janjikan bagi kehidupan kita semuanya, janji yang sangat istimewa yaitu jaminan keselamatan dan kepastian kehidupan yang kekal bersama-sama dengan Dia.

Betapa kita sangat bersyukur atas anugerah dan karya Allah yang sangat besar dalam kehidupan kita melalui kebangkitan-Nya Yesus membuktikan kemuliannya sebagai Allah yang hidup dan yang berkuasa. Percayalah seperti janji yang Tuhan berikan bahwa melalui Roh Kudus-Nya Dia menyertai kehidupan kita sampai akhir zaman. Tugas kita adalah menjadi saksi-saksiNya yang membawa berita keselamatan bagi dunia ini.

Tetaplah bersaksi, melalui kehidupan kita ... nyatakanlah bahwa Tuhan sudah menebus dosa umat manusia, telah menyediakan jaminan keselamatan bagi semua orang yang mau untuk percaya kepada-Nya.

Kiranya dalam moment kita memperingati hari kenaikan Tuhan ini, membawa kita semakin memuliakan Tuhan dan menjadi saksiNya bagi duni ini.

Tuhan Yesus memberkati.


6. Khotbah Kenaikan Yesus Kristus 6


Judul: Menjadi Saksi Kristus

Hari ini kita merayakan Hari Besar Umat Kristen yang Keempat, yaitu Hari Kenaikan Yesus ke Surga, setelah Natal, Jumat Agung, dan Paskah. Tema yang kita renungkan dalam perayaan ini adalah "Menjadi Saksi Kristus". Kenaikan Yesus menjadi momen penting dalam memahami tugas kita sebagai saksi Kristus. Ketika Yesus kembali ke surga, Dia memberikan tanggung jawab kesaksian kepada para murid-Nya untuk melanjutkan pelayanan-Nya di dunia ini.

Oleh karena itu, tugas kita saat ini adalah meneruskan pelayanan, memberikan kesaksian, dan menjalin persekutuan. Kenaikan Yesus menjadi momentum penyerahan dan pemberian tanggung jawab kepada para murid dan juga kepada kita sebagai orang percaya saat ini.

Pada perayaan Hari Kenaikan Yesus ke surga hari ini kita membahas perikop Lukas 24:44-53. Kalau kita perhatikan perikop ini maka kita akan menemukan ada tiga hal penting yang dapat kita pahami, yakni:

Sebelum Tuhan Yesus naik ke surga, Dia memberikan tugas kepada murid-Nya untuk menyaksikan segala sesuatu tentang Dia (Ayat 44-48).

Para murid diberitahu kembali bahwa Yesus adalah Mesias yang telah dijanjikan dalam kitab Taurat Musa, kitab nabi-nabi, dan kitab Mazmur. Mesias itu adalah sosok yang akan menderita, mati disalibkan, dan bangkit pada hari ketiga dari kematian, semuanya itu untuk menyelamatkan manusia.

Para murid telah menjadi saksi atas semua ini. Karena itu, Yesus memberi tugas kepada mereka untuk pergi dan memberitakan pesan tentang pertobatan dan pengampunan dosa dalam nama-Nya, dimulai dari Yerusalem.

Mengapa harus dalam nama-Nya? Pertama, karena kuasa dalam nama Yesus Kristus memungkinkan orang untuk menyesali dosa-dosanya dan bertobat. Kedua, hanya dalam nama-Nya pengampunan dosa tersedia bagi semua yang menyesali dosa-dosanya, sehingga manusia dapat diselamatkan. Lukas menegaskannya dalam Kisah Para Rasul 4:12, bahwa keselamatan hanya ditemukan dalam Yesus Kristus. Paulus juga menegaskan dalam Roma 10:13 bahwa siapa pun yang berseru kepada nama Tuhan (Yesus) akan diselamatkan.


Yesus menjanjikan penolong, yaitu Roh Kudus (Ayat 49).

Yesus menyadari bahwa tugas yang diberikan kepada para murid bukanlah hal yang mudah. Dia sangat mengenal murid-murid-Nya, termasuk yang pernah meninggalkan-Nya atau bahkan menyangkal-Nya. Oleh karena itu, Yesus tidak mengizinkan mereka untuk pergi dari Yerusalem dan memberitakan Injil sebelum mereka menerima Roh Kudus, karena Dia tahu mereka pasti akan gagal tanpa kehadiran-Nya.

Hal ini mengajarkan kepada kita betapa pentingnya peran Roh Kudus dalam memberitakan Injil. Meskipun seseorang memiliki kecerdasan dalam berkhotbah dan menjelaskan kebenaran Firman Tuhan, jika Roh Kudus tidak bekerja di dalam dirinya, hal itu tidak akan berdampak. Roh Kudus yang dijanjikan oleh Yesus membantu para murid menjadi saksi di tengah dunia ini, untuk berani menyatakan bahwa Yesus adalah Tuhan dan Juruslamat, berani berkorban, hidup berbeda dari dunia, dan bahkan bersedia setia sampai mati demi nama-Nya.


Yesus memberkati murid-murid-Nya lalu naik ke surga (Ayat 51-53).

Disebutkan dalam ayat 52 bahwa murid-murid pulang ke Yerusalem dengan sukacita yang besar. Ini mungkin mengejutkan, mengingat perpisahan biasanya menyebabkan kesedihan, terutama ketika tidak ada jaminan kapan akan bertemu kembali. Namun, mereka bersukacita karena mereka memiliki pemahaman yang benar dan iman yang kokoh tentang Yesus.

Kenaikan Yesus ke surga dipahami oleh mereka dalam tiga hal: Pertama, mereka menyadari bahwa Yesus adalah Mesias yang telah dijanjikan, satu-satunya jalan penyelamatan dan keselamatan. Kedua, kenaikan Yesus ke surga memberi harapan bagi orang percaya karena Dia telah menyediakan tempat bagi mereka di surga. Ketiga, kenaikan Yesus memberikan kesempatan bagi orang percaya untuk menjadi saksi-Nya di dunia ini, setelah mereka diperlengkapi dengan urapan dan kuasa Roh Kudus.

Saudara-saudara, renungkanlah dalam diri Anda sekalian. Biarkan saat ini hati nurani dan batin saudara sekalian bekerja. Selamat merayakan Hari Kenaikan Yesus ke surga!


Artikel ini ditulis oleh An Nisa Maulidiyah, peserta Magang Bersertifikat Kampus Merdeka di detikcom.




(irb/fat)


Hide Ads