Mengapa 1 Mei Diperingati Hari Buruh atau May Day?

Mengapa 1 Mei Diperingati Hari Buruh atau May Day?

An Nisa Maulidiyah - detikJatim
Senin, 29 Apr 2024 16:10 WIB
Twibbon Hari Buruh 2024
Twibbon Hari Buruh 2024. Foto: Twibbonize
Surabaya -

1 Mei diperingati sebagai Hari Buruh atau May Day. Peringatan Hari Buruh bertujuan untuk mengingat perjuangan dan jasa para pekerja dalam mencapai hak-haknya di tempat kerja.

Tak hanya dirayakan masyarakat di berbagai penjuru dunia, Hari Buruh juga diperingati di Indonesia untuk membangun kebersamaan para pekerja. Utamanya bagi para pelaku industrial agar dapat berjalan harmonis.

Namun di balik peringatan Hari Buruh, masih ada masyarakat yang belum paham mengapa 1 Mei diperingati sebagai Hari Buruh. Bagi yang penasaran, yuk simak sejumlah ulasannya berikut ini.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Mengapa 1 Mei Diperingati Hari Buruh?

Mengutip dari situs Britannica, Hari Buruh Internasional atau May Day merupakan hari untuk memperingati perjuangan dan pencapaian yang telah dicapai buruh maupun para pekerja. Pemilihan 1 Mei sebagai Hari Buruh didasarkan pada peristiwa Kerusuhan Haymarket di Chicago.

Pada 1889, federasi internasional yang terdiri atas kelompok-kelompok sosialis dan serikat pekerja menetapkan 1 Mei sebagai Hari Buruh. 1 Mei menjadi hari untuk mendukung para pekerja dalam memperingati Kerusuhan Haymarket Affair, sebuah konfrontasi kekerasan yang terjadi 4 Mei 1886 di Chicago.

ADVERTISEMENT

Peringatan 1 Mei umumnya dikenal dengan istilah May Day di Amerika Serikat dan Kanada. Hal ini bertujuan membedakan peringatan serupa Labour Day yang diperingati pada Senin pertama September.

Beberapa negara lain, May Day memiliki tujuan yang sama dengan Labour Day untuk menghormati para pekerja dan mengakui kontribusinya kepada masyarakat. Sebagian negara besar di dunia memperingati Hari Buruh atau May Day pada 1 Mei sebagai hari libur nasional, termasuk Indonesia.

Sejarah Hari Buruh Internasional

Dilansir dari laman Universitas Brawijaya, sejarah Hari Buruh bermula pada abad ke-19 di Amerika Serikat. Pada 1 Mei 1886, terjadi unjuk rasa yang melibatkan ribuan pekerja di Chicago, Amerika Serikat yang meminta hak-hak mereka di tempat kerja.

Mereka memperjuangkan hak-hak mereka untuk meminta waktu kerja yang lebih pendek, gaji lebih baik, dan kondisi kerja lebih aman. Namun, aksi tersebut berakhir dengan kekerasan dan kematian beberapa orang. Empat orang aktivis buruh dipenjara dan dihukum mati atas tuduhan melakukan tindakan terorisme.

Peristiwa tersebut memicu munculnya gerakan buruh internasional untuk memperingati perjuangan para pekerja dengan memperjuangkan hak-haknya. Pada 1889, Kongres Buruh Internasional yang digelar di Paris, Prancis memutuskan menetapkan 1 Mei sebagai Hari Buruh Internasional atau May Day.

Sejarah Hari Buruh Nasional

Hari Buruh di Indonesia diperingati sejak 1918. Pada masa itu, rakyat Indonesia mengalami ketimpangan perlakuan dan dieksploitasi di berbagai bidang yang dilakukan pemerintah kolonial Belanda.

Beberapa organisasi seperti Serikat Islam, Budi Utomo, Pasundan, Insulinde, dan Perkumpulan Sosial Demokratis Hindia berjuang meningkatkan kondisi rakyat. Pada 1 Mei 1918, mereka memutuskan melakukan aksi mogok total sebagai bentuk protes atas permasalahan tersebut.

Hingga akhirnya, aksi tersebut menjadi momen penting dalam sejarah perjuangan Hari Buruh. Bahkan, hampir setiap tahun masyarakat memperingati Hari Buruh dengan berbagai macam acara yang dilaksanakan serikat buruh dan para pekerja.

Namun, peringatan Hari Buruh di Indonesia sempat mengalami perubahan setelah terjadi peristiwa G30S/PKI pada 1965. Pada masa itu, pemerintah Orde Baru melarang kegiatan buruh yang dianggap sebagai ancaman terhadap keamanan sosial. Sebab, Hari Buruh selalu dikonotasikan sebagai ideologi komunis.

Namun, setelah memasuki masa 1998, masyarakat Indonesia kembali memperingati Hari Buruh. Bahkan, secara resmi Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menetapkan peringatan ini melalui Keputusan Presiden RI Nomor 24 Tahun 2013 yang menyebutkan Hari Buruh merupakan hari libur nasional.

Artikel ini ditulis oleh An Nisa Maulidiyah, peserta Magang Bersertifikat Kampus Merdeka di detikcom.




(irb/fat)


Hide Ads