Hari Buruh atau May Day diperingati setiap 1 Mei. Hari Buruh menjadi salah satu momen penting yang tidak hanya dirayakan di Indonesia, tapi diperingati secara global setiap tahunnya.
Penetapan 1 Mei sebagai Hari Buruh ternyata memiliki sejarah panjang. Ingin tahu lebih lanjut mengenai sejarah peringatan tersebut? Simak penjelasan selengkapnya berikut ini.
Sejarah Hari Buruh Internasional
Hari Buruh atau May Day merupakan peringatan atas perjuangan bersejarah yang dilakukan para buruh. Peringatan ini dilakukan di mancanegara setiap 1 Mei. Dihimpun dari Britannica, Hari Buruh bermula pada 1889.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Saat itu, federasi internasional kelompok sosialis dan serikat pekerja menetapkan 1 Mei sebagai hari dukungan untuk pekerja. Perayaan ini dilatarbelakangi Kerusuhan Haymarket di Chicago pada 1886.
Kerusuhan Haymarket merupakan peristiwa kekerasan antara polisi dengan para buruh yang melakukan unjuk rasa di Chicago pada 4 Mei 1886. Pada 3 Mei 1886, satu orang terbunuh dan beberapa lainnya terluka ketika polisi mengintimidasi para pemogok aksi serikat pekerja di perusahaan mesin panen McCormick.
Aksi ini dilakukan sebagai bagian dari kampanye nasional yang menuntut jam kerja delapan jam sehari. Tuntutan ini bermula karena saat itu para buruh dipaksa bekerja selama 12 hingga 20 jam per hari.
Keesokan harinya, para pemimpin buruh mengagendakan pertemuan massal di Haymarket Square untuk memprotes kebrutalan polisi. Pertemuan itu kemudian dinyatakan damai oleh Wali Kota Chicago Carter Harriso yang hadir sebagai pengamat.
Setelah Harrison dan sebagian besar pengunjuk rasa pergi, satuan polisi datang dan meminta massa bubar. Namun pada saat yang sama, seseorang misterius melemparkan sebuah bom.
Polisi pun membalasnya dengan tembakan acak yang menyebabkan tujuh polisi tewas dan 60 lainnya luka. Sementara peristiwa ini turut memakan korban jiwa dari pihak sipil sebanyak 4-8 orang, dan 30-40 orang terluka.
Di tengah kepanikan itu, August Spies, salah satu aktivis buruh dan tujuh orang lainnya didakwa atas pembunuhan dan konspirasi untuk membantu penyerang tidak dikenal. August Spies dan ketujuh orang lainnya itu dijuluki sebagai Chicago Eight.
Hingga akhirnya terungkap banyak dari Chicago Eight tidak hadir pada aksi 4 Mei tersebut. Dugaan keterlibatan mereka juga tidak pernah terbukti. Meski demikian, Spies dan tiga terdakwa lainnya digantung pada 11 November 1887, sedangkan terdakwa lainnya bunuh diri.
Pada 1893, pengacara kriminal Clarenvce Darrow memohon kepada Gubernur Illinois John Peter Altgeld untuk memberikan grasi kepada tiga pria yang masih hidup. Setelah mempelajari kasus tersebut, Altgeld menyimpulkan para terdakwa tidak diadili secara adil karena hakim bias, dewan juri memihak penuntut, serta banyak bukti yang dibuat-buat.
Keputusannya untuk memberikan ampunan sempat dikecam secara luas oleh para industrialis dan pers konservatif. Namun, itu memberi kemenangan bagi para reformis buruh. Sejak saat itu, Kerusuhan Haymarket menjadi simbol perjuangan internasional untuk hak-hak pekerja.
Sejarah Hari Buruh di Indonesia
Meski Hari Buruh diprakarsai Kerusuhan Haymarket, peringatan ini juga tak lepas dari sejarah panjang buruh di Indonesia. Dilansir dari laman Kementerian Ketenagakerjaan (Kemnaker) RI, rakyat Indonesia telah dipekerjakan secara paksa sejak zaman kolonial Hindia Belanda.
Kondisi ini memicu dua organisasi politik Boedi Oetomo dan Indische Partij berdiri. Namun, kedua organisasi ini tidak terlihat eksistensinya karena di bawah bayang politik kolonial yang mendominasi kala itu.
Situasi para pekerja yang terus dihantui kesengsaraan membuat pemberontakan besar pecah di Jambi pada 1916. Rakyat Indonesia menuntut pengurangan pajak, kenaikan upah, dan tuntutan perbaikan nasib lainnya.
Atas situasi ini, pemerintah kolonial berusaha meredam kemarahan masyarakat dengan mendirikan Dewan Rakyat pada 1917. Para anggota Dewan Rakyat ditunjuk dan diangkat pemerintah kolonial. Hal itu membuat rakyat Indonesia menolak eksistensi Dewan Rakyat karena dianggap tidak mewakili rakyat.
Berselang setahun, sejumlah organisasi seperti Sarekat Islam, Budi Utomo, Insulinde, Pasundan, dan Perkumpulan Sosial Demokratis Hindia membentuk Konsentrasi Radikal sebagai bentuk perlawanan lanjutan.
Mereka melancarkan aksi mogok kerja total pada 1 Mei 1918. Untuk pertama kalinya, Hari Buruh diperingati rakyat Indonesia, sekaligus di Asia. Namun, mulai 1927 hingga masa kemerdekaan, Hari Buruh sulit diperingati.
Sebab, semua aktivis gerakan pekerja ditangkap pemerintah pendudukan Jepang. Terlebih, kebijakan kolonial yang berlaku turut merepresi semua organisasi politik. Baru pada 1946, Hari Buruh kembali diperingati secara luas oleh rakyat Indonesia. Peringatan ini didukung dan difasilitasi pemerintah.
Artikel ini ditulis oleh Alifia Kamila, peserta Magang Bersertifikat Kampus Merdeka di detikcom.
(irb/fat)