Keterbatasan dalam komunikasi verbal menjadi hambatan bagi setiap individu saat berinteraksi sosial. Hal itu yang kerap dirasakan oleh teman tuli.
Bermula dari ragam kendala yang dihadapinya, Callan Rahmadyvi Triyunanto seorang mahasiswa tuli dari Universitas Brawijaya (UB) berhasil membentuk kelas bahasa isyarat pada 2023 lalu. Salah satu visinya untuk mencapai peluang kesetaraan dalam segala aspek kehidupan dan penghidupan.
"Kelas isyarat ini sebenarnya direncanakan sejak saya mengikuti program MBKM, lebih tepatnya Agustus 2023. Sedangkan untuk mendirikannya itu sekitar November 2023," ujar Callan kepada detikJatim, Senin (1/4/2024).
"Saya berniat untuk tetap menjalankan kelas isyarat ini supaya bisa beredukasi kepada masyarakat terkait bahasa isyarat serta pendidikan bahasa isyarat dapat diakses oleh siapapun, termasuk seluruh Indonesia," sambungnya.
Callan menceritakan pengalaman pribadinya membawa dirinya untuk melihat betapa pentingnya akses terhadap komunikasi bagi teman tuli. Dia menyadari bahwa kurangnya pemahaman dan dukungan terhadap bahasa isyarat dapat menyebabkan isolasi sosial dan kesenjangan dalam pendidikan dan kesempatan pekerjaan.
"Karena mengingat banyak sekali disabilitas belum dapat kerja dan beberapa perusahaan belum bisa menerima. Kalau dilihat dari UU itu mewajibkan menerima. Saya pikir tidak ada salahnya untuk memberikan edukasi bahasa isyarat kepada masyarakat, agar masyarakat itu bisa meningkatkan kesadaran terhadap disabilitas, khususnya teman Tuli. Masyarakat bisa menerima keberadaan teman Tuli di sekitar," terangnya.
Dengan tekad yang kuat, Callan memulai perjalanan membentuk kelas isyarat untuk memberikan akses yang lebih luas terhadap bahasa isyarat bagi masyarakat. Sehingga teman tuli juga dapat merasa didengar, dihargai, dan dapat berpartisipasi sepenuhnya dalam kehidupan sehari-hari.
"Untuk pertama kali ketika menjalankan ya, karena masih dalam memuat informasi saya coba memberikan edukasi melalui sosial media, khususnya Instagram. Contohnya carousel IG. Supaya lebih mudah tersampaikan ke audiens-nya" jelas Callan.
"Kalau dalam memuat informasi ya, biasanya saya sampaikan informasi budaya tuli, tidak hanya bahasa isyarat. Itu pun juga bisa bermacam-macam. Sebagai contohnya tips, fakta, pengetahuan, dan lain-lain," imbuhnya.
Proses membangun kelas isyarat tidaklah mudah. Callan menyebut dirinya menghadapi berbagai tantangan, mulai dari penyesuaian materi, mencari tempat yang sesuai untuk kelas hingga mengumpulkan sumber daya untuk mendukung kelas tersebut.
"Kemudian kita pernah mengadakan kelas online untuk pertama kalinya, tentunya ada kendala, harus menyesuaikan materi bahasa isyarat agar pesertanya lebih mengenal dengan bahasa isyarat. Selain itu juga, cukup tantangan mencari Juru Bahasa Isyarat (JBI) yang bersedia menerima fee seikhlasnya. Mengingat kelas isyarat ini memang masih nonprofit hingga kini. Jadi tidak mudah. Butuh waktu panjang, ya," terang Callan.
Namun, dengan ketekunan dan dukungan dari teman-teman serta sukarelawan yang percaya pada misinya, dia berhasil mengatasi rintangan tersebut. Kini, kelas isyarat yang didirikan Callan tak hanya menjadi tempat belajar bahasa baru, tetapi juga menjadi titik pusat keberagaman dan inklusi.
"Hingga kini, saya berhasil memberikan edukasi bahasa isyarat melalui kelas isyarat itu. Tidak hanya itu juga, saya telah membuka lapangan pekerjaan walau hanya bisa memberikan posisi volunteer," ujarnya.
"Sementara ini, kelas isyarat hanya menyediakan kelas secara online, mengingat kelas isyarat ini memang untuk semua orang, termasuk di seluruh Indonesia, ya. Saya biasanya juga ditunjuk untuk jadi tutor secara offline, itu dalam kolaborator kelas isyarat dengan komunitas atau organisasi lain," sambung Callan.
Dari kelas itu, Callan berharap masyarakat bisa lebih mudah menerima informasi dan berkomunikasi dengan teman tuli. Sehingga, upaya peningkatan potensi sumber daya manusia teman tuli bisa tercapai dengan mudahnya interaksi komunikasi di lingkungan.
"Harapannya kelas Isyarat ini boleh menjadi referensi untuk semua orang ya, bagi yang tertarik belajar bahasa isyarat dan juga mencari tau tentang budaya Tuli. Supaya bahasa isyarat lebih mudah dikenali oleh masyarakat," pungkasnya.
Ngalam Mbois adalah rubrik spesial detikJatim yang mengupas seputar seluk-beluk, capaian, prestasi, dan kelokalan khas yang ada di Malang Raya. Ngalam Mbois tayang setiap hari Senin.
Simak Video "Video: Satu-satunya Scaffolder Bambu Tuli di Hong Kong"
(hil/dte)