Ketua DPD Gerindra Jawa Timur Anwar Sadad atau Gus Sadad menggelar Tadarus Politik Milenial Part IV di Lamongan. Dalam pertemuan yang dihadiri sekitar 100 mahasiswa dan santri itu, Gus Sadad awalnya memaparkan gagasan politik yang pernah disampaikan Presiden keempat RI KH Abdurrahman Wahid atau Gus Dur.
Berbicara di depan peserta pertemuan yang berasal dari Lamongan, Gresik, Bojonegoro, dan Tuban, Gus Sadad memaparkan peran startegis anak muda dalam politik. Menurutnya, sudah sewajarnya anak muda yang memiliki kepedulian terhadap bangsa ikut turun dalam politik.
"Proses yang sedang adik-adik mahasiswa jalani sekarang ini adalah proses yang juga pernah dialami tokoh-tokoh bangsa. Aktivis itu adalah orang-orang yang sudah merasa ada sesuatu di luar sana, di luar dirinya, yang harus mereka perjuangkan yang lebih besar dari kepentingan dirinya," kata Gus Sadad, Jumat (29/3/2024).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut Gus Sadad, semangat para aktivis biasanya juga beririsan dengan kerja-kerja politik. Sehingga, tidak sedikit seorang aktivis yang kemudian ikut turun sebagai politikus.
"Biasanya, aktivis itu tahap berikutnya politikus. Calon-calon politisi masa depan," katanya.
Peraih gelar doktor politik Islam dari UINSA ini kemudian memaparkan gagasan sosial ekonomi yang berkembang di Nahdlatul Ulama. Di mana, pada Muktamar NU di Magelang pada 1939 ditetapkan prinsip-prinsip pengembangan sosial dan ekonomi yang tertuang dalam Mabadi Khaira Ummah.
"Dalam NU itu kita mengenal ada namanya prinsip-prinsip untuk memperbaiki kualitas kehidupan manusia yang disebut sebagai Mabadi Khaira Ummah. Mabadi itu kan jamak dari mabda. Mabda itu kan asas pijakan atau dasar khoiro ummah. Itu adalah untuk menciptakan kualitas yang baik bagi keumatan kita ini," kata Keluarga besar Pondok Pesantren Sidogiri Pasuruan ini.
Pria yang masuk Bursa Cagub Jatim 2024 ini mengutip penjelasan tentang gagasan NU yang pernah disampaikan langsung oleh Gus Dur ketika menjabat sebagai Ketum PBNU periode 1984-1999.
Gus Sadad yang saat itu masih menjadi mahasiswa sekaligus pers Mahasiswa, mendengarkan secara langsung penjelasan Gus Dur pada forum NU di Jawa Timur. Di hadapan para Kiai, Gus Dur menyampaikan gagasan tersebut.
"Gus Dur bicara soal itu. Kenapa Mabadi Khaira ummah? Karena Khaira ummah ini adalah satu konsep, suatu terminologi yang mengacu kepada ayat dalam Al-Qur'an yang berbunyi kuntum khaira ummatin ukhrijat lin-nΔsi ta`murα»₯na bil-ma'rα»₯fi wa tan-hauna 'anil-mungkari wa tu`minα»₯na billΔh," kata Gus Sadad.
"Ini menjadi suatu upaya ikhtiar yang luar biasa. Untuk apa? Menciptakan sebaik-baiknya umat sesuai dengan konsep Al-Qur'an," katanya di hadapan peserta pertemuan yang di antaranya berasal dari aktivis PMII tersebut.
Banyaknya kader PMII yang berkecimpung di politik harus mendapatkan sambutan hangat. Harapannya, semakin banyak ide dan gagasan keumatan yang membawa manfaat untuk bangsa. Oleh karena itu, Gus Sadad juga berharap semakin banyak anak muda yang mau turun di politik.
"Politik bisa sebagai alat atau menjadi tools untuk memperbaiki dan mengikhtiarkan supaya kita menjadi sebaik-baiknya umat yang aktif melakukan ta `murα»₯na bil-ma'rα»₯fi wa tan-hauna 'anil-mungkar," katanya.
"Sehingga, ke depan itu kita punya pemimpin-pemimpin yang bisa mengharmonikan antara tujuan kita bernegara di atas basis tujuan kita beragama," kata Gus Sadad.
Diskusi berjalan semakin menarik ketika Wakil Ketua DPRD Jatim ini diminta menanggapi soal wacana hak angket DPR RI terkait penyelenggaraan pemilu.
Sambil tersenyum, Gus Sadad memberikan jawaban yang segar bagi millenial. Meskipun terpilih anggota DPR RI dirinya mengaku belum mengetahui suasana itu di Senayan.
"Saya ini masih calon terpilih DPR RI jadi tidak tahu suasana di sana. Tapi secara umum hak angkat adalah hak DPR RI untuk menyelidiki dan itu tidak bisa dibendung," ungkapnya.
Hak tersebut tidak bisa dibendung karena sama dengan hak bertanya anggota DPR RI. Jadi anggota DPR itu punya dibekali dengan banyak hak. Hak bertanya, hak mengatakan pendapat.
"Karena itu, kalau di gedung dewan ada anggota dewan yang misalnya melakukan interupsi, menyatakan pendapatnya di Paripurna, nggak bisa ditolak. Harusnya enggak boleh mic-nya itu dimatikan. Pernah ada ya?" pancingnya diikuti sorak peserta.
"Hal itu biarkan berproses. Saya kemarin di Tuban gimana dengan gugatan MK, saya bilang ya memang itu wajar dalam demokrasi. Konstitusi kita menyediakan untuk mengajukan hak angket. Silakan itu cara orang beradab untuk menyelesaikan masalah. Daripada gebuk-gebukan di parlemen," bebernya.
Kegiatan tersebut menjadi rangkaian Gus Sadad dalam safari Ramadhan yang dilakukan tahun ini. Sebelumnya, Gus Sadad juga sempat bertemu para mahasiswa di Surabaya, Jombang, dan Kota Madiun.
(dpe/dte)