Tanah gerak terjadi di RT 01 RW10 Dusun Brau, Desa Gunungsari, Kecamatan Bumiaji, Kota Batu. Akibat peristiwa tersebut muncul retakan baik di rumah, sekolah, jalan hingga persawahan.
Salah satu warga bernama Handoko mengaku tanah gerak sudah terjadi sejak beberapa waktu lalu. Karena tanah gerak tersebut bagian belakang rumahnya mengalami sejumlah retakan di beberapa titik.
"Yang retak itu tembok kamar mandi sampai bak air itu bocor dan akhirnya kita bongkar dan ganti pakai bak plastik sementara. Selain kamar mandi, salah satu tiang peyangga atap juga ambles tapi sudah diperbaiki," ujarnya saat ditemui detikJatim, Minggu (17/3/2024).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Saat ditanya kapan peristiwa itu terjadi, Handoko mengaku lupa secara pasti. Namun sejak muncul tanah gerak, retakan itu semakin melebar setiap harinya.
"Tanggal pastinya lupa, tapi di minggu ini. Yang jelas awalnya itu retakannya nggak besar, tapi berjalannya waktu sedikit demi sedikit membesar," kata Handoko.
Dengan adanya peristiwa tersebut, dia mengaku khawatir terjadi sesuatu yang buruk jika tetap menempati rumahnya. Namun, dia tidak memiliki pilihan lain karena rumah tersebut adalah satu-satunya tempat yang bisa ditinggalinya bersama keluarga.
"Takutnya takut, tapi tetap kami tinggali karena sudah rumahnya," terangnya. Selain rumah Handoko, beberapa rumah warga juga mengalami kerusakan yang beragam, mulai dari retakan di atap, tembok hingga lantai.
![]() |
Secara terpisah, BPBD Kota Batu mendapatkan informasi peristiwa tanah gerak itu pada Sabtu (16/3/2024) sedangkan peristiwa tanag gerak itu sudah terjadi pada Kamis (14/3/2024) siang.
Kepala BPBD Kota Batu Agung Sedayu mengaku kejadian tersebut terjadi akibat kondisi tanah yang jenuh akibat curah hujantinggi. Kondisi tanah yang jenuh membuat tanah mengalami pergerakan dan membawa dampak negatif.
Total ada 10 rumah warga terdampak retak dengan dimensi berkisar antara 10 - 18 cm. Tak hanya itu, tembok bangunan SD SMP 1 Brau juga mengalami keretakan.
''Beberapa lahan persawahan juga mengalami retak dan juga jalan aspal mengalami ambles sekitar 20 hingga 30 cm. Tidak ada korban jiwa dalam kejadian ini,'' tuturnya.
Pasca dilaporkan, BPBD Kota Batu melakukan koordinasi dengan pihak terkait untuk mengajukan rekomendasi relokasi area dan bangunan terdampak. Langkah sementara yang diambil yakni melakukan penutupan jalan aspal yang retak.
Agung mendorong agar opsi alih fungsi kawasan rawan tanah bergerak itu segera mendapat tindak lanjut. Pasalnya, dari hasil kajian PVMBG, BPBD Provinsi dan Geologi UB, kawasan tersebut memang tidak direkomendasikan untuk ditempati karena kondisi tanah labil.
Selama ini, meski ancaman bencana itu menghantui namun aktivitas di sana tetap berjalan. Terakhir, pada akhir 2022, bangunan sekolah di sisi selatan terdiri dari ruang guru, ruang kepala sekolah dan toilet mengalami keretakan parah. Terutama pada bagian atap, dinding hingga lantai.
''Selain relokasi, kami merekomendasikan alih fungsi kawasan menjadi daerah konservasi tangkapan air dan rekayasa teknis penguatan struktur tanah guna pemanfaatan kawasan dengan pelibatan penelitian sivitas akademi,'' tandasnya.
(abq/fat)