Ketua MUI Jatim KH Mutawakkil 'Alallah meminta warga benar-benar memahami arti tambahan Gus. Menurut Mutawakkil, Samsudin belum pas disebut Gus.
"Untuk literasi keagamaan, agar tidak gunakan nomenklatur keagamaan untuk konteks yang tidak pas, seperti nyebut Samsudin dengan Gus atau penggunaan kiai dan lainnya," kata Mutawakkil kepada detikJatim, Minggu (3/3/2024).
Menurut Kiai Mutawakkil, seseorang yang dipanggil Gus harus jelas keturunannya. Gus merupakan panggilan untuk anak kiai atau ulama.
"Gus itu panggilan untuk anak kiai, nasabnya jelas," tegasnya.
Wakil Rois Syuriah PWNU Jatim ini juga meminta warga selektif dalam memilih seseorang untuk panutan agama. Hal itu agar warga bisa mendapat ajaran-ajaran islam yang sesuai kaidah agama dan tidak melenceng dari Al-Qur'an.
"Carilah panutan agama yang sanad keilmuannya jelas, sosoknya jelas. Jangan sampai membuat kegaduhan di masyarakat dengan ajaran-ajaran yang melenceng," ujar Kiai Mutawakkil.
"Untuk teman-teman media juga tentu kami imbau agar tidak mudah menyematkan kata gus atau kiai kepada orang yang nasabnya tidak jelas," tandasnya.
Gus Samsudin sendiri pernah blak-blakan soal panggilan Gus kepada dirinya. Ini dikatakan Samsudin saat menjalani memberi kesaksian terkait laporannya kepada Pesulap Merah di Mapolda Jatim, 13 Agustus 2022.
Dia mengaku bukan merupakan keturunan kiai. Namun, sebutan Gus yang melekat pada dirinya merupakan sebutan dari orang Jawa.
"Nama Gus sendiri kalau di dalam orang Jawa, Gus itu anak laki-laki, cah bagus," kata Gus Samsudin kala itu.
Ia pun tak memaksa orang-orang memanggil namanya dengan sebutan gus. Masyarakat bebas memanggil namanya dengan sebutan lain atau hanya namanya saja.
"Kalau memanggil saya, ya silakan mau dipanggil apapun. Itu orang yang memanggil saya, bukan saya," jelasnya.
(abq/dte)