Hingga saat ini motif pembunuhan dan mutilasi pria Surabaya berinisial AP di Kota Malang masih tanda tanya. Meski sang pembunuh keji, AR, yang berprofesi sebagai tukang pijat di salah satu rumah kos sudah mengakui perbuatannya, motif pembunuhan itu belum tersibak.
Polisi terus mendalami hubungan antara pelaku dengan korban. Pemeriksaan secara intensif terus dilakukan baik terhadap tersangka, terhadap saksi, juga terhadap sejumlah barang bukti seperti telepon seluler serta mobil korban yang sudah ditemukan.
"Mobil sudah ditemukan, makanya petunjuknya selain keberadaan kendaraan, juga komunikasi HP milik korban. Terkait, apakah korban langganan pijat? Kami perlu pendalaman apa hubungan korban dan tersangka," ujar Wakasat Reskrim Polresta Malang Kota AKP Nur Wasis, Sabtu (6/1/2024).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sudah ada sejumlah saksi yang telah diperiksa untuk mendalami kasus pembunuhan dan mutilasi ini. Polisi memungkinkan jumlah saksi yang akan diperiksa akan bertambah.
"Saksi yang kami periksa saat ini ada 3 orang. Mungkin nanti akan bertambah, petugas kami juga mencari beberapa saksi yang dimungkinkan bisa membantu membuktikan peristiwa ini," katanya.
Sebenarnya, kasus ini sudah cukup terang dengan pengakuan tersangka yang secara sadis membunuh korban kemudian memotong bagian tubuh korban hingga dibuang di sungai dan sebagian lainnya dikubur.
Namun tidak cukup itu saja, polisi juga berupaya membuktikan perbuatan tersangka secara sains. Pemeriksaan terhadap sisa jasad korban baik tengkorak dan bagian tubuh lainnya juga dilakukan.
"Tersangka sudah mengakui, kooperatif, tapi kami harus membuktikan secara sains. Maka, kami melakukan pemeriksaan terhadap tengkorak untuk memastikan ini tengkorak korban dengan cara menghubungi keluarga untuk mengenali struktur gigi dan sebagainya," beber Nur Wasis.
Kasus ini bermula dari temuan potongan tubuh oleh Polresta Malang Kota serta laporan orang hilang yang diterima Polda Jatim dari Rudijanto Sugie Prawono (76), warga Jalan Prapen Indah, Kecamatan Tenggilis Mejoyo, Kota Surabaya yang melaporkan kehilangan putranya bernama AP.
Dalam laporannya, AP mengenakan kaus abu-abu, celana jin warna pink kemerahan, warna kulit kuning, dan rambut gelombang hitam. Dalam laporan itu keluarga menyebut korban pamit ke Pasuruan pada Sabtu 14 Oktober 2023 sekitar pukul 13.00 WIB.
Korban sempat ke kafe miliknya di Kota Batu mengendarai mobil Toyota Rush warna hitam bernomor polisi L 1465 JK. Pada Minggu, 15 Oktober 2023 sekitar pukul 18.00 WIB, AP mengabari orang tuanya hendak pulang ke Surabaya. Namun ia harus mampir lebih dulu ke Malang karena ada keperluan.
Sejak saat itu, AP tidak bisa dihubungi lagi, hingga akhirnya korban ditemukan dalam keadaan termutilasi yang mana sejumlah bukti yang ditemukan polisi mengarah pada tukang pijat berinisial AR.
Setelah mendapatkan bukti, polisi langsung menjebloskan AR ke tahanan Polresta Malang. Pelaku akan dijerat pasal 338 dan 340 tentang pembunuhan dengan ancaman hukuman seumur hidup.
AR Berusaha Hilangkan Jejak
AR, tersangka pembunuhan dan mutilasi yang merupakan penghuni kamar kos di Jalan Sawojajar Gang 13A, Kecamatan Kedungkandang, Kota Malang, diketahui sempat berusaha menghilangkan jejak. Dia membuang kasurnya dan sempat mengecat tembok.
Pemilik kos M Irianto (61) mengatakan AR sempat meminta izin mengecat tembok. Pada hari penangkapan AR, polisi pun mendatangi Irianto menanyakan apakah rumah kosnya pernah dicat ulang.
"Malam jam 8 saat tahlil (Kamis, 4 Januari 2023) dari kepolisian datang ke rumah saya, tanya kosan bapak pernah dicat ulang ya. Saya sampaikan orangnya (AR) pernah izin untuk ngecat," ujar Irianto kepada wartawan, Sabtu (6/1/2024).
Selain mengecat tembok, AR juga pernah meminta izin mengganti kasur kamar kos. Dia ungkapkan bahwa AR beralasan kasur di kamarnya sudah tipis dan ingin diganti.
"Katanya kasur sudah tipis terus dibuang ke sungai. Perkiraan saya dari kasur itu, apakah hasil mutilasi itu dibungkus kasur lalu dibuang ke sungai atau gimana. Kayaknya gitu," katanya.
"Terus kan ada pengecatan juga, mungkin bercak-bercak darahnya dihilangkan. Terus di kasur bekas darah dihilangkan jejaknya, perkiraan saya seperti itu," sambungnya.
Irianto mengungkapkan, AR juga sempat pamit untuk pindah ke rumah mertuanya. Lagi-lagi AR punya alasan. Kepada Irianto, AR mengatakan usaha pijatnya sudah sepi pasien.
"Sebenarnya orang ini sudah pamit, karena habisnya 6 Januari. Katanya 'InsyaAllah 6 Januari saya sudah pindah', menyampaikan seperti itu, hendak ikut mertuanya karena usaha sepi," tutur Irianto.
AR bersama istrinya tinggal di kamar kos itu selama kurang lebih 5 tahun. Mereka menyewa 2 kamar kos, satu untuk kamar keluarga, satu untuk praktik memijat.
Irianto menyebutkan bahwa AR dia kenal sebagai pribadi yang kalem dan pendiam. Selama menghuni kos itu, dia tidak mendapati sikap atau sifat yang memungkinkan AR sebagai pembunuh berdarah dingin.
"Orangnya kalem, agak pendiam sedikit. Nggak ada perkiraan hal-hal seperti itu (membunuh)," ujar Irianto.
(dpe/dte)