Informasi dalam artikel ini tidak ditujukan untuk menginspirasi kepada siapapun untuk melakukan tindakan serupa. Bagi Anda pembaca yang merasakan gejala depresi dengan kecenderungan berupa pemikiran untuk bunuh diri, segera konsultasikan persoalan Anda ke pihak-pihak yang dapat membantu seperti psikolog, psikiater, ataupun klinik kesehatan mental.
Sederet kasus bunuh diri menghebohkan warga Jatim dalam sepekan terakhir. Bahkan, aksi bunuh diri ini dilakukan dengan cara berbeda.
Praktisi Psikolog Klinis dan Forensik Surabaya, Riza Wahyuni SpSi MSi angkat bicara terkait hal tersebut. Menurutnya, ada level depresi berdasarkan faktor atau penyebab yang meliputi seseorang tersebut.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Berdasarkan pemeriksaan oleh profesional, kalau mengalami problem dengan ciri yang sesuai (sedang hingga berat) harus segera dirujuk ke ahli. Karena tingkat depresi berbeda," kata Riza saat dikonfirmasi detikJatim, Sabtu (16/12/2023).
Tak melulu masalah asmara dan keluarga, Psikolog Universitas 17 Agustus Surabaya ini meyakini, tekanan dari lingkungan luar maupun media sosial juga turut melatarbelakangi terjadinya aksi bunuh diri. Namun, bukan berarti hal tersebut tak bisa dicegah hingga disembuhkan.
"Ada yang level ringan, sedang dan berat, lalu ada yang tidak membutuhkan penanganan obat dan terapi, lalu ada yang cukup intervensi psikologi, lalu problem dengan kehidupan keluarga juga bisa (menjadi penyebab)," ujarnya.
Wanita yang juga menjadi anggota Satgas PPA Provinsi Jatim itu menilai, masyarakat bisa mencegah sejak dini apabila menemukan seseorang dengan gejala yang seharusnya sudah bisa terdeteksi. Seperti kerap merasa sendiri, melukai diri sendiri hingga mempengaruhi pola hidup mereka.
"Yang menjadi ciri khasnya lagi adalah merasa sendiri, terbebani, tertekan, sehingga ada ide-ide untuk menyakiti diri sendiri dan itu mempengaruhi pola tidur mereka. Ada juga untuk latar belakang penyakit bisa mempengaruhi, tapi itu tidak terlalu (dominan)," terangnya.
Maka dari itu, ia ingin masyarakat bersama pemerintah hingga sejumlah pihak terkait untuk saling bergandengan. Bahkan, ikut memecahkan solusi bersama-sama.
"Saran kami ayo sama-sama gandeng tangan, kita lakukan pertolongan pertama psikologi, pertama look atau lihat apa yang menjadi kedaruratan fisik, mental dan keamanan. Lalu menjadi pendengar yang baik, mereka yang terluka tanpa menghakimi. Yang ketiga adalah rujuk kepada ahlinya, ini juga perlu dilakukan untuk mengobati," tuturnya.
(hil/iwd)