Penyebaran nyamuk wolbachia di Bali menimbulkan pro kontra di masyarakat sehingga implementasinya ditunda. Padahal, sudah ada 4 kota yang menjadi pilot project program tersebut di tahun 2022.
Kemenkes sendiri telah menerapkan inovasi teknologi wolbachia untuk menurunkan penyebaran Demam Berdarah Dengue (DBD). Bahkan tingkat efektivitasnya sudah diteliti oleh World Mosquito Program (WMP) di Yogyakarta dengan dukungan filantropi yayasan Tahija tahun 2011.
Wolbachia ialah bakteri yang hanya dapat hidup di dalam tubuh serangga, salah satunya nyamuk. Wolbachia tidak dapat bertahan hidup di luar sel tubuh serangga, selain itu juga tidak bisa mereplikasi diri tanpa bantuan serangga inangnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Hal itu merupakan sifat alami bakteri wolbachia. Bakteri ini juga telah ditemukan di dalam tubuh nyamuk aedes albopictus secara alami.
Berdasarkan penelitian nyamuk wolbachia UGM, teknologi Wolbachia aman bagi manusia dan lingkungan. Seperti apikasinya di Yogyakarta yang mampu menurunkan kegiatan fogging sebesar 83%.
Rencana penyebaran jutaan telur nyamuk wolbachia di Kota Denpasar dan Kabupaten Buleleng, Bali ditunda karena ada penolakan dari warga. Bagaimana dengan Jatim?
"Program tersebut masih taraf penelitian dan belum ada kebijakan dari pemerintah pusat untuk dilaksanakan di Jatim," kata Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Jatim dr Erwin Astha Triyono saat dihubungi detikJatim, Selasa (21/11/2023).
Begitu pula dengan Kota Surabaya. Sebab, Surabaya bukan wilayah intervensi. Sehingga penyebaran nyamuk wolbachia tidak dilakukan.
"Kota Surabaya bukan merupakan wilayah intervensi untuk pengembangan dari metode penyebaran nyamuk dengan wolbachia ini," kata Kepala Dinkes Surabaya Nanik Sukristina.
Nanik menjelaskan, jika sudah ada 4 kota di Indonesia yang menjadi pilot project. Karena teknologi bakteri wolbachia disebut masih baru.
"Teknologi penggunaan bakteri wolbachia pada nyamuk merupakan metode baru yang dilakukan oleh Kementerian Kesehatan sejak tahun 2022 yang diimplementasikan melalui pilot project di Kota Semarang. Selanjutnya akan dilakukan di 4 kota lain seperti Jakarta Barat, Bandung, Kupang dan Bontang," jelasnya.
Harapan dari pilot project ini akan memberikan hasil yang baik. Khususnya untuk mengurangi secara signifikan populasi nyamuk aedes aegypti.
"Mengurangi kejadian penyakit demam berdarah dan kebutuhan rawat inap bagi penderita penyakit tersebut. Penurunan ini tentu saja akan berdampak pada penghematan biaya yang signifikan dalam pengendalian DBD," pungkasnya.
(esw/iwd)