9 Tradisi Pesantren di Indonesia

9 Tradisi Pesantren di Indonesia

Savira Oktavia - detikJatim
Selasa, 31 Okt 2023 21:00 WIB
Ilustrasi Santri
Ilustrasi santri/Foto: Getty Images/iStockphoto/wichianduangsr
Surabaya -

Pesantren memiliki peran penting dalam struktur pendidikan nasional. Sebab, pesantren sudah ada sejak zaman dahulu dan ikut serta dalam mencapai tujuan Indonesia, yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa.

Ada banyak tradisi dalam pesantren. Tradisi ini merupakan segala sesuatu yang dibiasakan, dipahami, dihayati dan diterapkan di wilayah pesantren. Tradisi tersebut berupa nilai-nilai dan implementasi dalam kehidupan sehari-hari.

Sehingga membentuk kebudayaan dan peradaban yang menjadi ciri khas, yang membedakannya dengan lembaga pendidikan lainnya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Berikut ini sederet tradisi yang dimiliki pesantren di Indonesia, yang dikutip dari jurnal berjudul Tradisi Pesantren dalam Tantangan Arus Globalisasi karya Muchlis.

Tradisi Pesantren di Indonesia:

1. Rihlah Ilmiah

Rihlah ilmiah merupakan perjalanan dari satu tempat ke tempat lain. Baik dengan jarak dekat maupun jauh.

ADVERTISEMENT

Terkadang menetap di sebuah tempat dalam kurun waktu yang cukup lama. Bahkan berpotensi tidak kembali ke daerah asal.

Tujuannya yaitu untuk memperoleh dan memperdalam, serta mengembangkan ilmu pengetahuan. Lalu menyebarkannya ke dalam berbagai kitab.

Beberapa ulama Indonesia yang melakukan tradisi ini, di antaranya Khalil Bangkalan (1819-1925), KHR Asnawi Kudus (1861-1959), Hasyim Asy'ari (1871-1947), dan masih banyak lagi.

2. Menulis Buku

Kegiatan ini merupakan salah satu tradisi yang masih dilakukan oleh para kiai pesantren. Beberapa ulama menjadi penulis yang produktif pada zamannya, dengan menghasilkan puluhan hingga ratusan judul kitab.

Karya para ulama Indonesia telah diakui oleh seluruh dunia. Bahkan dengan adanya karya ilmiah tersebut, kiai Indonesia telah mengupayakan dalam mengangkat martabat bangsa Indonesia di kancah internasional.

3. Penelitian

Tradisi ini dikategorikan ke dalam beberapa jenis berdasarkan sumbernya. Seperti bayani, burhani, ijbari, jadah, dan 'irfani. Serta cukup erat kaitannya dengan tradisi menulis.

Bayani merupakan penelitian yang berhubungan dengan kandungan kitab suci Al-Qur'an dan al-Sunah, dengan memanfaatkan kemampuan berbahasa Arab dan berbagai cabang-cabangnya, ilmu tafsir, ilmu hadis, dan sebagainya. Penelitian ini akan menciptakan cabang ilmu seperti tafsir, hadis, fikih, kalam, tasawuf, dan lainnya.

Burhan merupakan penelitian yang berhubungan dengan fenomena sosial dan mengaitkannya dengan metodologi sosial, bahasa, dan cabang ilmu lainnya. Kemudian, penelitian ini akan menghasilkan cabang ilmu lainnya, seperti ekonomi, politik, budaya, pendidikan, hukum, dan lain-lain.

Ijbari merupakan penelitian yang berhubungan dengan fenomena alam semesta dengan memanfaatkan eksperimen atau percobaan di laboratorium. Penelitian inilah yang menghasilkan teori-teori sains, meliputi fisika, biologi, kimia, optika, astronomi, dan lainnya.

Irfani adalah penelitian yang berhubungan dengan usaha memperoleh ilmu secara langsung, dengan memanfaatkan kekuatan intuisi yang dibersihkan dengan cara mengendalikan hawa nafsu, menjalankan ibadah ritual, dzikir, kontemplasi, wirid, dan lainnya. Penelitian ini menghasilkan ilmu tasawuf.

Jadali adalah penelitian yang berhubungan dengan usaha memahami berbagai makna dan hakikat dari segala sesuatu, dengan jalan memanfaatkan akal secara spekulatif, sistematik, radikal, dan universal, serta mendalam.

4. Membaca Kitab Kuning

Kitab kuning merupakan kitab bertuliskan bahasa Arab tanpa harakat, yang digunakan sebagai sumber pengajaran di pondok pesantren. Melalui tradisi ini, para kiai pesantren berhasil membawakan warna pada corak kehidupan keagamaan masyarakat, baik secara khusus maupun umum.

5. Berbahasa Arab

Tradisi ini muncul seiring dengan kehadiran tradisi menulis kitab-kitab oleh para kiai menggunakan bahasa Arab. Oleh karena itu, para kiai telah menguatkan tradisi berbahasa Arab di ruang lingkup pesantren.

6. Mengamalkan Thariqat

Thariqat atau tarekat diartikan sebagai sebuah jalan untuk kembali kepada Allah dengan mengamalkan beberapa ilmu. Seperti tauhid, fikih, dan tasawwuf.

Di sejumlah pondok pesantren, tradisi mengamalkan thariqat merupakan wujud kesatuan yang tidak dapat dipisankan dari ketakwaan dan akhlak, atau antara religiusitas dan etika.

7. Menghafal

Tradisi ini cukup lazim digunakan dalam metode pembelajaran kitab kuning, atau kitab-kitab berisikan materi pokok yang lebih dikenal dengan nama matan.

8. Berpolitik

Tradisi ini kerap digunakan oleh kalangan dunia pesantren, yang hendak berpartisipasi dalam dunia politik. Seperti lahirnya Nahdlatul Ulama (NU) pada tahun 1926 menjadi wujud tradisi politik di kalangan pesantren Indonesia.

9. Tradisi Bersifat Sosial Keagamaan dan Kemasyarakatan

Tradisi ini bersifat sosial keagamaan dan kemasyarakatan, seperti ziarah kubur, gotong royong, berbasis masyarakat, kekeluargaan, keikhlasan, kesederhanaan, kemandirian dan kebebasan.

Itulah sederet tradisi yang dimiliki pesantren di Indonesia. Semoga bermanfaat!

Artikel ini ditulis oleh Savira Oktavia, peserta Magang Bersertifikat Kampus Merdeka di detikcom.




(sun/iwd)


Hide Ads