Profil R Katjasungkana, Tokoh Sumpah Pemuda Asal Pamekasan Madura

Profil R Katjasungkana, Tokoh Sumpah Pemuda Asal Pamekasan Madura

Nadza Qur’rotun A - detikJatim
Jumat, 27 Okt 2023 13:01 WIB
R Katjasungkana.
R. Katjasungkana/Foto: Museum Sumpah Pemuda-Dirjen Kebudayaan Kemdikbud
Pamekasan - Hari Sumpah Pemuda diperingati setiap tanggal 28 Oktober. Peringatan ini dilakukan untuk mengingat peristiwa penting dalam sejarah Indonesia, yaitu ikrar persatuan dari para pemuda yang menjadi cikal bakal semangat kesatuan bangsa.

Sumpah Pemuda merupakan hasil dari Kongres Pemuda II pada 28 Oktober 1928. Sumpah Pemuda dicetuskan oleh 13 tokoh pemuda dari berbagai kalangan. Salah satu tokoh Sumpah Pemuda dari Jawa Timur adalah R. Katjasungkana.

Profil R. Katjasungkana

R. Katjasungkana lahir di Pamekasan pada 24 Oktober 1908. Ia merupakan anak dari pasangan aktivis berdarah Madura, yaitu R. Sosrodanukusumo lulusan terbaik Sekolah Pegawai Pangreh Praja di Probolinggo dan Siti Rusuli putri tunggal Mohammad Seman Kiemas.

Mohammad Seman Kiemas merupakan pendiri Muhammadiyah di Sampang. Ia merupakan pengajar di Taman Siswa Yogyakarta dan telah mendirikan Yayasan Pertiwi Poetera di Singaraja Bali.

Semasa hidupnya, R. Katjasungkana mendapatkan pendidikan yang layak. Ia bersekolah di sekolah tingkat atas (AMS) di Solo, lalu melanjutkan pendidikan di Rechts Hogeschool (sekolah tinggihukum) Batavia sebagai mahasiswa pendengar (toehoorder).

R. Katjasungkana menjadi inisiator dan pembantu II dalam kepanitiaan Kongres Pemuda II. Ia juga menjadi pimpinan redaksi Bintang Timur (koran berbahasa Belanda). Koran tersebut berisi kritikan dalam bentuk puisi perjuangan ataupun editorial mengenai kebijakan pemerintah Belanda.

Ia merupakan salah satu pendiri Jong Indonesie. R. Katjasungkana pernah mendapat tugas dari Presiden Soekarno untuk mengampanyekan Partai Nasional Indonesia (PNI).

PNI dibentuk pada Juli 1927, namun akhirnya dibubarkan karena dianggap membahayakan. Lalu R. Katjasungkana pindah ke Partai Indonesia Raya (Partindra) yang berisi kaum buruh kapal, petani, dan nelayan. Pada 1935, R. Katjasungkana diminta memberikan kursus politik di Partindra.

Ia pernah bekerja di British American Tabacco dan dikenal sebagai sosok yang kritis. R. Katjasungkana juga pernah dipanggil Soekarno untuk menjadi Dewan Nasional dan diangkat menjadi anggota MPRS perwakilan Jawa Timur setelahnya.

Pada 1987, ia mendapat gelar Anugerah Bintang Jasa Mahaputra Utama sebagai tokoh perjuangan Indonesia dari Soeharto. Saat ini, ada patung R. Katjasungkana di Museum Sumpah Pemuda di Jalan Kramat Raya 106, Jakarta Pusat.

R. Katjasungkana suka membaca buku berjudul Max Havelaar karya Multatuli, dan menghabiskan waktu tuanya di Parelegi untuk menyusun An Indonesian-English Dictionary as derivation from Sanskrit. Sayangnya, buku tersebut tidak tersusun sampai selesai dikarenakan sakit saat menulisnya.

Ia wafat pada 16 Agustus 1985. Sebelum meninggal dunia, ia berpesan agar dimakamkan di TPU Tanah Kusir, Bintaro, Jakarta Selatan. Ia ingin dimakamkan berdekatan dengan sahabatnya Mohammad Hatta.

Keluarga R. Katjasungkana memutuskan memindahkan makamnya setelah 26 tahun lebih. Makam R. Katjasungkana dipindahkan ke Taman Makam Pahlawan (TMP) Kalibata, Jakarta Selatan.

Artikel ini ditulis oleh Nadza Qur'rotun A, peserta Magang Bersertifikat Kampus Merdeka di detikcom.


(irb/sun)


Hide Ads