Selama 3 bulan musim kemarau tahun 2023, terjadi 32 kasus kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di Trenggalek. Luas area yang terbakar mencapai puluhan hektare.
Kepala Pelaksana BPBD Trenggalek Stefanus Triadi Atmono, mengatakan 32 kebakaran tersebar di 21 desa di 10 kecamatan.
"Karhutla ini bersifat sporadis di beberapa titik dan dalam waktu yang berbeda-beda. Namun seluruhnya saat ini sudah padam," kata Triadi Atmono, Senin (16/10/2023).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kebakaran hutan tersebut telah menghanguskan lebih dari 25 hektare hutan dan lahan masyarakat. Vegetasi yang terbakar mayoritas adalah semak-semak yang berada di bawah tegakan utama.
"Kalau area yang terbakar ini sebagian besar adalah hutan Perhutani, sedangkan lahan masyarakat sedikit. Kemarin itu juga ada hutan pinus yang terbakar," imbuhnya.
Triadi menambahkan, proses pemadaman biasanya langsung dilakukan gabungan dari BPBD, damkar, polisi, TNI, Perhutani dan masyarakat.
"Untuk lokasi yang mudah dijangkau pakai mobil damkar, tapi rata-rata lokasi karhutla itu lokasinya sulit diakses, sehingga harus pakai cara manual," katanya.
Insiden karhutla terakhir terjadi pada Minggu (15/10/2023) di kawasan hutan pinus di Desa Sukorejo, Kecamatan Gandusari. Proses pemadaman membutuhkan tenaga ekstra sebab kayu yang terbakar jenis pinus, sehingga lebih sulit dipadamkan.
"Yang sulit memang pinus, karena ada getahnya. Tapi kami bersyukur sudah bisa diatasi," ujarnya.
Triadi mengaku belum bisa menyimpulkan penyebab pasti rentetan kasus kebakaran hutan di Trenggalek. "Bisa jadi karena puntung rokok atau pembakaran di dekat kawasan hutan," kata Triadi.
Pihaknya mengimbau masyarakat untuk lenih berhati-hati saat beraktivitas di dekat kawasan hutan. Sebab potensi kebakaran di Trenggalek cukup besar, mengingat hampir separuh wilayahnya adalah hutan.
"Apalagi kondisinya saat ini kering," pungkasnya.
(dpe/fat)