Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengumumkan wilayah pesisir Kalimantan Timur diprediksi akan mengalami musim kemarau lebih panjang dari biasanya, terutama di kawasan timur seperti Berau, Kutai Timur, dan Paser. Kondisi ini menjadi perhatian penting dalam menghadapi potensi kekeringan, krisis air bersih, serta peningkatan risiko kebakaran hutan dan lahan (karhutla) selama pertengahan hingga akhir 2025.
Musim kemarau yang akan datang di wilayah Kalimantan Timur (Kaltim) diprediksi memiliki karakteristik bervariasi antar wilayah. Sebagai wilayah dengan kondisi geografis yang kompleks, Kalimantan Timur menghadapi tantangan unik dalam dinamika cuaca tahun ini. Berdasarkan rilis BMKG Kalimantan Timur, mayoritas wilayah Kalimantan Timur diprediksi memasuki musim kemarau mulai Juli dasarian I-II.
Namun, ada pengecualian penting untuk sebagian Balikpapan dan Penajam Paser Utara yang akan mengalami keterlambatan, di mana awal musim kemarau baru muncul di September dasarian III. Sementara itu, beberapa zona ZOM Monsunal-1 seperti di perbatasan utara menunjukkan tidak adanya pola kemarau yang jelas karena hujan tetap berlangsung sepanjang tahun.
Wilayah pesisir timur, mulai dari Kabupaten Paser hingga Berau, tampaknya akan menjadi daerah yang paling lama mengalami musim kemarau, dengan durasi mencapai 10-12 dasarian atau sekitar 4 bulan. Sementara daerah lainnya mengalami kemarau antara 3 hingga 9 dasarian (1-3 bulan).
Puncak Musim Kemarau dan Anomali Perubahan Musim
Sebagian besar wilayah mengalami awal musim kemarau dalam rentang waktu normal. Namun, wilayah selatan Kaltim, termasuk sebagian besar Paser dan Penajam Paser Utara, menunjukkan keterlambatan awal musim kemarau hingga 3 dasarian.
Sebaliknya, sebagian Kutai Barat justru memulai kemarau lebih cepat 1 dasarian dari rata-rata klimatologis 30 tahunan. Hal ini berpengaruh pada pola tanam, distribusi air, dan jadwal mitigasi bencana hidrometeorologi. Sementara itu, wilayah utara Berau akan mencapai puncak lebih awal di Juli.
Sifat Curah Hujan Selama Musim Kemarau
Mayoritas wilayah Kaltim akan mengalami musim kemarau dengan sifat hujan kategori normal. Namun, wilayah selatan Paser dan bagian kecil Berau menunjukkan potensi curah hujan dengan kategori atas normal, artinya walaupun berada di periode kemarau, masih berpeluang menerima hujan lebih dari biasanya.
Prediksi ini menjadi peringatan penting bagi masyarakat dan pemerintah daerah, terutama di wilayah pesisir yang durasi kemaraunya panjang. Ketersediaan air bersih, potensi kebakaran lahan, serta pengaruh terhadap sektor pertanian dan ketahanan pangan perlu diantisipasi lebih dini. Informasi ini juga penting dalam perencanaan distribusi air dan program bantuan kekeringan oleh instansi terkait.
Prediksi ini menjadi peringatan penting bagi masyarakat dan pemerintah daerah, terutama di wilayah pesisir yang durasi kemaraunya panjang. Ketersediaan air bersih, potensi kebakaran lahan, serta pengaruh terhadap sektor pertanian dan ketahanan pangan perlu diantisipasi lebih dini. Informasi ini juga penting dalam perencanaan distribusi air dan program bantuan kekeringan oleh instansi terkait.
(aau/aau)