Seorang siswa sekolah dasar (SD) Meduri V, Kecamatan Margomulyo, Kabupaten Bojonegoro viral karena membawa bekal makanan nasi putih dengan lauk ulat. Memang, ada beberapa jenis ulat yang bisa dikonsumsi dan bergizi. Tapi sebaliknya, ada juga jenis ulat yang tidak baik untuk dikonsumsi.
Ahli Gizi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga (FKM Unair) Dr Ir Annis Catur Adi MS mengatakan bahwa jenis ulat yang bisa dikonsumsi biasanya tergantung kekhasan daerah masing-masing. Namun, yang paling populer di masyarakat adalah ulat sagu.
"Bagi daerah tertentu, seperti di Papua ada ulat dan serangga yang bisa dikonsumsi. Pastinya ulat tidak berbulu, karena bisa menimbulkan gatal," kata Annis saat dihubungi detikJatim, Jumat (13/10/2023).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Biasanya ulatnya agak besar dan memiliki daging banyak. Sebenarnya banyak jenis ulat. Tapi yang paling populer adalah ulat sagu," tambahnya.
Jenis ulat yang bisa dikonsumsi seperti ulat jati di Jatim maupun Jateng banyak yang mengolah sebagai camilan atau lauk makanan. Ulat jati sendiri memiliki kandungan protein, mineral, vitamin, lemak, dan karbohidrat yang baik untuk tubuh.
"Ulat lain ada Insyaallah. Karena serangga juga banyak dikonsumsi. Temannya ulat seperti belalang coklat, di Bojonegoro juga banyak. Saya juga kaget ulat sagu kok di Bojonegoro. Yang saya ingat Bojonegoro belalang coklat banyak. Terkenal," jelasnya.
Annis menyebutkan ada ulat sejenis ulat sagu, namun ukurannya lebih kecil dan tidak berbulu yang bisa dikonsumsi. Biasanya ulat itu hidup dengan pohon yang khas.
"Jenis pohon kelapa juga ada di beberapa daerah, di sela-sela lubang pohon," ujarnya.
Sementara untuk jenis ulat yang tidak boleh dikonsumsi tentunya yang berbulu. Alasan utamanya karena bulu ulat itu memiliki racun yang selain akan membuat gatal bisa membahayakan.
"Yang tidak boleh hanya yang membahayakan, seperti ada racun. Tapi kalau tidak membahayakan diperbolehkan dalam kondisi darurat. Terpenting tidak membahayakan bagi kesehatan," katanya.
(dpe/fat)