Sebanyak 504 hektare hutan dan lahan terdampak kebakaran kawasan Gunung Bromo. Balai Besar Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (BB TNBTS) menyebut pemulihan ekosistem membutuhkan waktu tidak sebentar.
Kebakaran di kawasan TNBTS ini terjadi sejak Rabu (6/9/2023). Kebakaran terjadi akibat ulah pengunjung yang menggunakan flare saat melakukan pengambilan foto prewedding.
Kepala Bagian Tata Usaha Balai Besar TNBTS Septi Eka Wardhani mengaku kerugian ekosistem akibat kebakaran di Gunung Bromo cukup besar. Selain itu, proses pemulihan savana juga membutuhkan waktu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Harapannya, ketika musim hujan tiba, rumput di savana Gunung Bromo dapat kembali tumbuh.
"Untuk kerugian ekosistem jelas sangat besar, tak ternilai lah. Untuk pemulihan savana, semoga setelah musim hujan tiba, rumput di savana akan kembali tumbuh," kata Septi kepada detikJatim, Selasa (19/9/2023).
Jika proses percepatan tumbuhnya rumput di savana menunggu musim penghujan tiba, berbeda dengan proses pemulihan sejumlah pepohonan yang ikut terbakar.
Menurut Septi, proses tumbuh kembali pepohonan membutuhkan waktu sampai 5 tahun, dari mulai awal menanam.
"Untuk pohon-pohon, nanti akan kami tanami kembali. Butuh sekitar 3 sampai 5 tahun untuk pohon-pohon tumbuh dengan baik setelah ditanami," tuturnya.
Septi memberi contoh, rumput malelo merupakan jenis tanaman endemik yang tumbuh di kawasan TNBTS. Pada tanaman itu, sudah tumbuh tunas yang menunjukkan nantinya tanaman ini akan dapat tumbuh kembali.
Sementara, jenis tanaman yang bukan endemik, tapi tumbuh di kawasan TNBTS adalah cemara, pinang Jawa, kesek dan anggrek.
"Endemik TNBTS adalah rumput Malelo. Insyaallah tumbuh, sekarang sudah ada yang mulai tumbuh tunasnya," sebutnya.
Seperti diberitakan, kebakaran di Gunung Bromo berhasil dipadamkan. Setidaknya, 504 hektare kawasan taman nasional ini terdampak kebakaran. Upaya menghitung jumlah kerugian belum dilakukan.
(hil/iwd)