Tak ada angin, tak ada hujan. Tetiba, akses jalan rumah Sunarto ditembok oleh tetangganya, Margono. Penembokan akses jalan ini terjadi di Jalan Nakulo, Desa Jabung, Kecamatan Mlarak, Ponorogo.
Sunarto pun bingung bukan main. Pasalnya, ia tak merasa berselisih dengan Margono. Ia pun bingung mengapa tetangganya menembok akses jalan yang biasanya dilewatinya saat hendak berjualan ayam.
Kasus perselisihan antartetangga berujung penembokan akses rumah ini akhirnya viral di media sosial.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Berikut sederet fakta konflik tetangga di Ponorogo:
1. Tembok Dibangun Sejak Selasa
Sunarto mengeluhkan akses jalan yang biasa dia lewati untuk keluar masuk rumah naik sepeda motor, ditutup tembok sepanjang dan setinggi 2 meter. Margono, pemilik tanah gang yang biasa dia lewati menemboknya pada Selasa (12/9).
Pedagang ayam itu mengaku jalan itu adalah satu-satunya akses menuju rumahnya yang bisa dilewati naik sepeda sepeda motor. Sementara halaman rumahnya sendiri langsung berbatasan dengan sawah dan kebun yang tidak bisa dilewati kendaraan.
"Tembok itu dibangun Selasa (12/9). Ya akhirnya keluarga saya tidak bisa lewat gang itu lagi, terpaksa harus lewat gang lain," ujar Sunarto kepada wartawan saat ditemui di rumahnya, Rabu (14/9/2023).
2. Gang Tersebut Satu-satunya yang Bisa Dilewati Motor Sunarto
Meski ada gang lain tapi akses itu hanya bisa dilewati dengan berjalan kaki dengan lebar hanya 60 sentimeter. Hal ini membuat Sunarto tidak mungkin keluar masuk gang itu membawa serta sepeda motor yang dia pakai untuk berjualan ayam.
"Gang itu cuma bisa dilewati dengan berjalan kaki, motor nggak bisa," kata Sunarto.
Setelah akses jalan itu ditembok, dia pun terpaksa menitipkan sepeda motor itu ke tetangga lain. Sunarto sendiri sebenarnya bersedia bila memang tanah gang milik Margono itu dijual sebagian.
"Kalau akses jalan ini (yang ditutup tembok) dijual saya siap membeli 1,5 meter," ujar Sunarto.
3. Margono Diduga Terganggu Suara Bising Motor Sunarto
Mengenai alasan mengapa Margono menembok akses jalan itu, Sunarto menyebutkan awalnya Margono mengaku terganggu karena dirinya seringkali lalu lalang di gang itu.
"Katanya terganggu karena saya lewat lalu lalang di sini. Padahal saya kerjaannya pedagang ayam," jelas Sunarto kepada wartawan.
Sunarto sendiri sempat heran kenapa Margono sampai menutup akses gang itu dengan tembok sehingga dirinya kesulitan akses. Padahal dia merasa tidak pernah cekcok dengan pemilik tanah tersebut.
Kasus keduanya telah dimediasi, bagaimana hasilnya? Baca di halaman selanjutnya!
4. Sunarto Sebut Margono Iri Dengki
Sunarto pun menyebut bahwa sebenarnya Margono hanya iri dengan dirinya karena dia membangun teras rumah tapi nggak bilang-bilang.
"Cuma iri dengki. Saya bangun teras, bangun nggak bilang-bilang, terus (Margono) marah," terang Sunarto.
5. Akhirnya Lewat Gang Sempit
Sunarto dan keluarganya terpaksa melewati gang lain yang lebih sempit. Gang yang kini dilewati Sunarto dan keluarganya itu lebarnya cuma 60 sentimeter.
Gang itu hanya bisa dilewati Sunarto dan keluarganya dengan berjalan kaki. Sepeda motor tidak mungkin bisa melewati gang berada di samping rumah paman Sunarto di Jalan Nakulo, Desa Jabung, Kecamatan Mlarak, Ponorogo itu.
"Lewatnya di jalan setapak di samping rumahnya Paklik (paman) kula. Hanya bisa jalan kaki, motor nggak bisa lewat. Wong cuman 60 senti lebarnya," kata Sunarto.
Pedagang ayam itu juga terpaksa menitipkan sepeda motornya di halaman rumah pamannya. Sehingga sehari-hari Sunarto masih bisa menjalankan pekerjaan berdagang dan menghidupi keluarganya.
Pantauan detikJatim, gang selebar 60 cm itu memang hanya bisa dilewati dengan berjalan kaki. Bahkan, gang yang sangat sempit itu hanya bisa dilewati 1 orang secara bergantian. Bila ada 2 orang yang mau jalan bersamaan atau berpas-pasan, salah satu harus mengalah.
Gang sesempit itu harus dilewati Sunarto dan keluarganya usai tembok setinggi 2 meter dibangun oleh Margono menutup sempurna jalan gang selebar 2 meter sebagai satu-satunya akses ke rumah Sunarto yang bisa dilewati motor.
6. Sunarto Sempat Minta Maaf
Sunarto mengaku sempat datang ke rumah Margono. Dia sempat meminta maaf bila memang dirinya ada salah kepada Margono.
Sunarto mengaku sebelum tembok setinggi 2 meter berdiri kokoh memblokir total jalan gang yang biasa dia lewati, Margono memang sempat datang ke halaman rumahnya dan marah-marah. Menurutnya, Margono marah karena merasa terganggu suara bising motor milik Sunarto saat lalu lalang di gang.
"Ya cuma marah-marah. Saya pernah ke situ (rumah Margono), mohon maaf kalau saya salah. Itu (Margono) nggak mau (memaafkan) sudahan," ujar Sunarto.
Dia juga mengingat sebelum tembok itu berdiri, Margono kerap meletakkan sepeda kayuh melintang menghalangi akses gang. Sunarto yang merupakan pedagang ayam mau tak mau meminggirkan sepeda itu saat hendak berangkat bekerja. Saat pulang, sepeda itu kembali melintang.
"Sepeda itu malang (melintang) di gang. Saya pinggirkan. Pas saya mau lewat lagi, malang lagi. Saya pinggirkan lagi. Begitu," ujarnya.
7. Sudah Dilakukan Mediasi
Kedua belah pihak, Sunarto dan Margono dipertemukan dalam mediasi yang bertempat di Balai Desa Jabung. Keduanya melakukan mediasi didampingi Muspika, polisi, TNI dan perangkat desa setempat, Kamis (14/9).
Margono akhirnya sepakat temboknya dibongkar namun dengan biaya dan tukang dari Sunarto. Kapolsek Mlarak Iptu Rosyid Effendi mengatakan, mediasi yang berlangsung selama 1 jam itu berjalan lancar. Keduanya saling legowo.
"Tadi disepakati Sabtu (16/9) ini tembok dibongkar, tapi biaya dan tukang dari Sunarto," tutur Rosyid kepada wartawan, Jumat (15/9/2023).
Rosyid menerangkan, saat mediasi memang pihak Margono sempat mengucapkan alasan penembokan karena sakit hati oleh ucapan keluarga Sunarto. Namun, akhirnya pihak keluarga Sunarto meminta maaf dan tidak akan mengulangi lagi.
"Pemicunya karena ada omongan dari keluarga Sunarto yang tidak mengenakkan, sebenarnya mereka ini kan masih saudara," terang Rosyid.