Tanggal 9 September diperingati sebagai Hari Internasional untuk Melindungi Pendidikan. Peringatan tersebut dideklarasikan oleh Majelis Umum PBB (Perserikatan Bangsa-Bangsa) pada 2019.
Dilansir dari laman UNICEF, Qatar dan 62 negara lain memproklamirkan peringatan Hari Internasional untuk Melindungi Pendidikan. Tujuannya untuk melindungi pendidikan dari serangan.
UNESCO dan UNICEF pun ditunjuk sebagai badan PBB yang bertanggung jawab meningkatkan kesadaran akan penderitaan jutaan orang yang terkena dampak serangan pendidikan secara global.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pendidikan yang seharusnya dapat menjadi tempat berlindung yang aman bagi anak, pelajar, dan tenaga kependidikan, justru tidak berjalan sesuai harapan. Pendidikan malah berubah menjadi sasaran langsung kerusakan akibat konflik antarnegara.
Serangan terhadap pendidikan dapat menimbulkan dampak fisik dan psikologis jangka panjang bagi siswa dan guru. Hal ini dapat menunda kegiatan belajar mengajar, menyebabkan peningkatan angka putus sekolah secara signifikan, dan menghambat siswa mengakses hak mereka atas pendidikan berkualitas.
![]() |
Menurut laporan Education Under Attack pada 2022, sepanjang 2021 dan 2022 terdapat 5.000 laporan serangan terhadap pendidikan dan insiden penggunaan militer di sekolah dan universitas secara global.
Terdapat juga laporan 9.000 siswa dan pendidik menjadi korban serangan di 85 negara. Untuk itu, koalisi global berusaha melindungi pendidikan dari serangan.
Serangan terhadap pendidikan di Palestina juga dirujuk dalam laporan 2022. Misalnya, dari 28 negara yang diprofilkan, Palestina menduduki peringkat satu dari tiga negara yang paling terkena dampak serangan terhadap sekolah, selain Mali dan Republik Demokratik Kongo.
Akhir-akhir ini, 1,3 juta anak di Palestina kembali bersekolah. Koordinator Residen dan Kemanusiaan PBB pun menyoroti insiden kekerasan dan serangan yang telah mereka alami pada 2022 dan menyerukan agar lebih banyak tindakan dilakukan untuk melindungi mereka.
Sementara pada laman UNESCO dijelaskan peringatan 9 September diharapkan dapat menyerukan kepada para pemangku kepentingan agar selalu menjadikan masalah ini sebagai prioritas utama. Agenda internasional akan selalu bertindak sepatutnya untuk meringankan penderitaan pelajar yang terdampak konflik bersenjata.
Peringatan Hari Internasional untuk Melindungi Pendidikan pada 2021 menekankan pada pentingnya peran pendidikan yang aman, inklusif, dan berkualitas dalam mendorong perdamaian dan kohesi sosial. Para pemimpin dunia, pakar, advokat, masyarakat sipil, dan perwakilan pemuda bersatu melawan serangan terhadap pendidikan.
Sedangkan peringatan 2022 berfokus memperkuat mekanisme pencegahan, melindungi kelompok rentan, meningkatkan mekanisme akuntabilitas, dan akses terhadap keadilan. Pada 9 September, UNESCO menyelenggarakan acara tingkat tinggi di kantor pusat di Paris.
Acara ini diselenggarakan atas kerja sama dengan Qatar, Education Above All (EAA), UNICEF, dan Kantor Perwakilan Khusus Sekretaris Jenderal untuk Anak-anak dan Konflik Bersenjata. Pembicara PBB antara lain Sekretaris Jenderal Antonio Gutierrez, Direktur Jenderal UNESCO Audrey Azoulay, dan Direktur Eksekutif UNICEF Catherine Russell.
Peserta juga akan mendengar pendapat dari H.H. Sheikha Moza binti Nasser, Ketua EAA H.E. Nana-Akufo-Addo, Presiden Ghana, dan Adipati Agung Luksemburg H.R.H. Maria Teresa. Peringatan Hari Internasional menjadi platform tahunan untuk memperkuat advokasi dan menggalang tindakan demi perlindungan pendidikan dan perdamaian berkelanjutan.
Artikel ini ditulis oleh Nadza Qur'rotun A'ini, peserta Magang Bersertifikat Kampus Merdeka di detikcom.
(irb/sun)