BMKG memetakan peta sebaran titik panas sejumlah daerah di Jawa timur. Rupanya, titik merah bukan berarti tengah terjadi kebakaran, namun perbedaan suhu udara dengan daerah sekitarnya.
Prakirawan BMKG Stasiun Klimatologi Karangploso Malang, Ahmad Lutfi mengatakan, berdasarkan hasil pantauan satelit yang diperbarui setiap hari.
Diketahui adanya sebaran titik panas di wilayah Jawa Timur. Kondisi ini terpotret karena adanya perbedaan suhu udara dengan wilayah sekitarnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Peta sebaran titik panas ini, menunjukkan adanya anomali suhu dengan wilayah sekitarnya. Bukan sedang ada kebakaran di titik tersebut," ujar Lutfi ditemui detikJatim di kantonya Jalan Zentana, Karangploso, Kabupaten Malang, Senin (15/8/2023).
Lutfi menyebut, sejumlah wilayah memiliki suhu panas dibandingkan daerah lain tersebut hampir merata. Meskipun ada perbedaan pada topografi wilayahnya.
"Kalau kita melihat dari topografinya, ternyata titik panasnya ada di wilayah pesisir. Bukan di kawasan pegunungan saja," sebutnya.
![]() |
Wilayah dengan suhu panas itu di antaranya Tuban, Ngawi, Jember, Lumajang, Malang bagian selatan.
"Dengan potensi suhu panas terlihat berbeda dengan sebelumnya. Bukan hanya di wilayah pegunungan tetapi bisa juga di daerah pesisir," katanya.
Menurut Lutfi, suhu panas pada sejumlah wilayah di Jawa Timur tersebut, memiliki potensi terus meningkat, selama berlangsungnya musim kemarau. Kondisi tersebut akan mulai beransur turun, jika curah hujan mulai mengguyur wilayah tersebut.
"Selama musim kemarau, potensi suhu panas akan tetap berlangsung. Dan potensinya bisa meningkat," tuturnya.
Lutfi membeberkan, bahwa Agustus hingga September ini menjadi puncak dari musim kemarau. Sementara potensi turunnya hujan akan terjadi pada Nopember sampai Desember nanti.
"Puncak musim kemarau pada Agustus sampai September, kemudian potensi adanya hujan terus menerus terjadi pada Nopember sampai Desember nanti," pungkasnya.
(mua/fat)