Warga Sidoarjo barat dan Wringinanom Gresik kini bisa tersenyum lebar. Warga yang akan menuju ke Wringinanom Gresik dan Sidoarjo kini bisa lebih cepat.
Itu setelah dibangunnya jembatan apung di atas sungai (Kalimas). Sebelumnya, warga harus memutar sekitar 3 kilometer ke arah timur menuju jembatan atau menggunakan perahu tambang untuk menyeberangi sungai.
Jembatan ini dibangun untuk mempermudah transportasi bagi warga Balongbendo yang bekerja di daerah industri di Wringinanom Gresik dan sebaliknya bagi warga Wringinanom yang akan ke Sidoarjo. Jembatan ini dibangun oleh pihak swasta bekerjasama dengan pihak Bumdes Bongempinggir.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sejak dibangunnya jembatan kayu yang mengapung di sungai Kalimas tersebut 2 bulan yang lalu, jembatan tersebut mendadak menjadi semacam daya tarik baru bagi warga. Warga beranggapan jembatan ini bisa mempersingkat waktu untuk ke Gresik dan sebaliknya.
![]() |
Kuncoro (55) salah satu warga Desa Bongempinggir, Balongbendo mengatakan jembatan ini sangat membantu warga yang setiap harinya bekerja di daerah Wringinanom, Gresik. Sebelumnya warga harus memutar melewati daerah Taman, atau memilih mengunakan akses perahu tambang.
"Alhamdulillah dengan adanya jembatan apung ini sangat membantu warga, selain itu sangat senang tidak usah ribet naik perahu tambang," kata Kuncoro.
Kuncoro menambahkan sebelumnya di lokasi ini merupakan dermaga penyeberangan perahu tambang. Pembangunan jembatan apung ini sangat bermanfaat bagi warga dua desa di dua Kecamatan, bahkan di dua Kabupaten. Kini mereka bisa lebih cepat dan lebih aman melalui jembatan apung ini.
"Tarifnya murah sekali sepeda motor sekali menyeberang hanya membayar Rp 2 ribu," jelas Kuncoro.
Hal yang sama disampaikan oleh Abdullah Syukur (59) yang mengatakan warga Desa Bongempinggir sangat terbantu dengan keberadaan jembatan apung. Mengingat pada bulan April 2017 terjadi tragedi memilukan di Kalimas.
"Sebanyak 12 orang penyeberang perahu tambang tenggelam karena derasnya arus. Tujuh orang di antaranya meninggal dunia, serta barang berharga seperti sepeda motor mereka ikut hilang," kata Abdullah.
Rohman (43) salah satu pekerja penunggu jembatan apung mengatakan jembatan ini memiliki lebar 2,5 meter dengan panjang 55 meter dengan lama pengerjaan sekitar 2 minggu. Jembatan ini menggunakan 80 drum plastik dan kayu mahoni. Biaya pembuatan jembatan menghabiskan puluhan juta.
"Jembatan beroperasi selama 24 jam, setiap warga yang akan menyeberang membayar tarif Rp 2 ribu. Jembatan ini hanya bisa dilewati oleh pengendara roda dua," tandas Rohman.
(abq/iwd)