Sebanyak 10 Desa yang tersebar di sembilan kecamatan di Bojonegoro mengalami krisis air bersih. Krisis terjadi karena imbas kekeringan.
Desa yang terdampak yakni Sugihwaras, Desa Malingmati, Jatimulyo, Karangdinoyo, Meduri, Siwalan, Kepohbaru, Desa Dukohkidul, Miyono, Sumberjokidul.
Untuk memenuhi kebutuhan air bersih, warga harus antre mengandalkan sumur warga yang masih ada airnya. Mereka mengambil air dengan timba, pikulan dan jeriken.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Warga berharap ada bantuan tambahan distribusi air dari BPBD Bojonegoro atau organisasi dan elemen masyarakat. Ini bantuan yang ada masih kurang sedangkan kekeringan semakin meluas.
Warga yang terdampak juga telah menyediakan kolam penampungan darurat dari di sekitar pemukiman yang terbuat dari terpal dan bambu untuk mempermudah distribusi air dari truk tangki.
"Sulit air sejak bulan Juli di sini, hingga saat ini. Ya bantuan air sudah ada meski antre tiga atau empat hari," tutur Siti (50), salah satu warga Jatimulyo, Selasa 1/8/2023).
Data yang dihimpun dari BPBD Bojonegoro hingga 31 Juli kemarin, telah dikirim air bersih secara bergantian di 10 desa yang tersebar di 9 kecamatan dengan total ada 103 tangki air bersih yang telah di distribusikan.
"Untuk distribusi air antre tiga atau empat hari ya, tergantung jumlah kepala keluarga yang terdampak dan butuh air," ucap Kalaksa BPBD Bojonegoro, Ardian.
Dikatakan Ardian, puncak kekeringan tahun ini diprediksi oleh BMKG terjadi mulai bulan Agustus ini. Untuk itu, ia mengimbau warga untuk berhemat air.
"Prediksi BMKG mulai Agustus ini akan terjadi puncak kekeringan. Sehingga masyarakat diharapkan bisa hemat air. Dan mencari solusi sumber air bersih yang ada di sekitar pemukimannya," kata Ardian.
(abq/iwd)