Pada Jumat (28/7/2023) atau 10 Muharram 1445 H, umat Islam akan menunaikan Puasa Asyura. Sebelum menunaikan amalan sunah tersebut, tak ada salahnya untuk menyimak hadits-nya.
Mengutip situs resmi Nahdlatul Ulama (NU) Jatim, dalam artikel berjudul Hadits Shahih tentang Puasa Asyura, Berikut Keutamaannya diterangkan, dalam menentukan halal-haram (hukum agama) harus berdasarkan Hadits Shahih. Namun jika untuk sekadar mendorong amal ibadah, Hadits Dhaif boleh digunakan asalkan tidak sampai maudhu (palsu).
Salah satu hadits tak shahih seputar Muharram adalah hadits tentang memakai celak (penggaris mata) pada hari Asyura. Sebab, sumber hadits tersebut tidak jelas alias maudhu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Hadits Shahih tentang Puasa Asyura
Imam Bukhari dalam kitab Shahih al-Bukhari membuat satu bab khusus yang menyebutkan sejumlah hadits puasa Asyura. Judul babnya yakni Shiyam Yaumi Asyura.
Itu berarti sunahnya puasa Asyura tidak perlu diperdebatkan lagi. Berikut ini contoh hadits di dalam Shahih Bukhari dari Ibnu Abbas.
1. Hadits Shahih tentang Sejarah Puasa Asyura
قَدِمَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ المَدِينَةَ فَرَأَى اليَهُودَ تَصُومُ يَوْمَ عَاشُورَاءَ، فَقَالَ: «مَا هَذَا؟»، قَالُوا: هَذَا يَوْمٌ صَالِحٌ هَذَا يَوْمٌ نَجَّى اللَّهُ بَنِي إِسْرَائِيلَ مِنْ عَدُوِّهِمْ، فَصَامَهُ مُوسَى، قَالَ: «فَأَنَا أَحَقُّ بِمُوسَى مِنْكُمْ»، فَصَامَهُ، وَأَمَرَ بِصِيَامِهِ
Artinya: Nabi Muhammad SAW datang ke kota Madinah. Beliau kemudian melihat orang Yahudi puasa pada hari Asyura'. Lalu Rasul bertanya 'Ada kegiatan apa ini?' Para sahabat menjawab 'Hari ini adalah hari baik yaitu hari di mana Allah menyelamatkan Bani Israil dari musuh mereka kemudian Nabi Musa melakukan puasa atas tersebut'. Rasul lalu mengatakan 'Saya lebih berhak dengan Musa daripada kalian'. Nabi kemudian berpuasa untuk Asyura tersebut dan menyuruh pada sahabat menjalankannya. (HR Bukhari: 2004)
2. Hadits Shahih tentang Hukum Puasa Asyura
Puasa Asyura diperintahkan Nabi sebelum ada kewajiban puasa Ramadhan. Setelah disyariatkan puasa Ramadhan, Nabi memberi kebebasan bagi siapa saja yang ingin menjalankan dan yang ingin meninggalkan Puasa Asyura. Hadits ini diriwayatkan dari Aisyah, istri Nabi Muhammad SAW.
كَانَ يَوْمُ عَاشُورَاءَ تَصُومُهُ قُرَيْشٌ فِي الجَاهِلِيَّةِ، وَكَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَصُومُهُ، فَلَمَّا قَدِمَ المَدِينَةَ صَامَهُ، وَأَمَرَ بِصِيَامِهِ، فَلَمَّا فُرِضَ رَمَضَانُ تَرَكَ يَوْمَ عَاشُورَاءَ، فَمَنْ شَاءَ صَامَهُ، وَمَنْ شَاءَ تَرَكَهُ
Artinya: Puasa Asyura adalah puasa yang dilakukan oleh orang Quraisy pada zaman jahiliyyah dan Rasulullah SAW juga melakukan puasa pada hari itu. Ketika Nabi datang ke Madinah juga melakukan puasa dan menyuruh para sahabat menjalankan puasa Asyura. Namun ketika puasa Ramadhan mulai diwajibkan, Nabi meninggalkan puasa Asyura. Maka barang siapa yang ingin berpuasa, silakan, dan siapa saja yang ingin meninggalkan, juga silakan. (HR Bukhari: 2002)
Apa Itu Hadits Shahih, Hadits Hasan, dan Hadits Dhaif?
Para ulama membagi hadits berdasarkan kualitasnya menjadi tiga kategori. Mulai dari Hadits Shahih, Hadits Hasan, dan Hadits Dhaif.
1. Hadits Shahih
Hadits Shahih ialah hadits yang sanadnya bersambung, diriwayatkan oleh perawi yang berkualitas dan tidak lemah hafalannya, di dalam sanad dan matannya tidak ada syadz dan illat. Mahmud Thahan dalam Taisir Musthalahil Hadits menjelaskan Hadits Shahih adalah:
ما اتصل سنده بنقل العدل الظابط عن مثله إلى منتهاه من غير شذوذ ولا علة
Artinya: Setiap hadits yang rangkaian sanadnya bersambung, diriwayatkan oleh perawi yang adil dan dhabit dari awal sampai akhir sanad, tidak terdapat di dalamnya syadz dan 'illah.
2. Hadits Hasan
Hadits Hasan hampir sama dengan Hadits Shahih, yaitu hadits yang rangkaian sanadnya bersambung, diriwayatkan oleh perawi yang adil dan dhabit, tidak terdapat syadz dan 'illah. Namun perbedaannya adalah kualitas hafalan perawi hadits hasan tidak sekuat hadits shahih.
Ulama hadits sebenarnya berbeda-beda dalam mendefinisikan Hadits Hasan. Menurut Mahmud Thahhan, definisi yang mendekati kebenaran adalah definisi yang dibuat Ibnu Hajar. Menurut beliau Hadits Hasan ialah:
هو ما اتصل سنده بنقل العدل الذي خف ضبطه عن مثله إلى منتهاه من غير شذوذ ولا علة
Artinya: Hadits yang sanadnya bersambung, diriwayatkan oleh perawi adil, namun kualitas hafalannya tidak seperti Hadits Shahih, tidak terdapat syadz dan 'illah.
3. Hadits Dhaif
Hadits Dhaif ialah hadits yang tidak memenuhi persyaratan Hadits Shahih dan Hadits Hasan. Dalam Mandzumah Bayquni disebutkan Hadits Dhaif adalah:
وكل ما عن رتبة الحسن قصر # فهو الضعيف وهو اقسام كثر
Artinya: Setiap hadits yang kualitasnya lebih rendah dari Hadits Hasan adalah dhaif dan Hadits Dhaif memiliki banyak ragam.
(sun/iwd)